Chapter 8

205 27 0
                                    


Menenangkan Diri

Keadaan begitu hening—tepatnya sejak, Rosé, Jennie, Lisa dan Jisoo berhasil mengalahkan ketiga pemuda yang ingin mengambil tasnya itu. Jujur saja, mereka sebenarnya tidak ingin ada kekerasan. Namun, karena situasi yang mendesak, akhirnya mereka pun harus bertarung.

Beruntung sekali, Rosé dan Lisa memiliki keahlian beladiri, sehingga mereka mampu menghadapi ketiga pemuda itu. Walaupun, sempat ada kejadian naas yang hampir merenggut nyawa mereka. Bersyukur adalah kata yang tepat untuk diucapkan saat ini.

Rosé, Jennie, Lisa dan Jisoo telah menghilangkan nyawa—lebih tepatnya mereka telah membunuh.

Mereka termenung, memikirkan kejadian yang baru saja mereka alami. Kejadian itu begitu cepat. Dan begitu mengerikan. Memikirkannya saja, membuat mereka sampai terdiam beberapa menit, sebelum bisa mencerna semua yang baru saja mereka alami.

Mulut mereka terasa kelu. Tubuh mereka setengah kelelahan. Dan perasaan mereka begitu sendu. Pikiran mereka, terus memutar kejadian yang sepersekian menit sudah berlalu.

Sekilas mereka, melirik apa yang telah mereka lakukan. Terlihat tiga tubuh pemuda terbujur kaku, tergeletak di tanah—salah satu dari mereka bersimbah darah.

Jennie menghela nafas. "Kita harus menguburkan mereka."

Jisoo melirik Jennie, ia mengangguk pelan tanpa suara.

Rosé dan Lisa masih terdiam, mereka tak menjawab. Mereka larut dalam pikirannya sendiri. Jennie pun mendekati Rosé, disusul dengan Jisoo yang mendekati Lisa.

"Rosé ... kau tidak apa-apa?" tanya Jennie sembari meremas bahu Rosé.

Rosé terkesiap, lalu ia melirik Jennie sembari mencoba tersenyum. "Aku ... tidak apa-apa."

"Lisa, apa kau tidak apa-apa?" tanya Jisoo sembari lebih mendekati Lisa.

Lisa tidak menjawab, dan kali ini Jisoo pun menaikan volume suaranya. "Lisa!"

Sontak Lisa terkesiap. "Ahh ... iya apa?"

"Kau tidak apa-apa 'kan?

"Ahh iya ... aku tidak apa-apa."

Lisa itu tidak pandai berbohong. Jisoo tahu itu. Kentara sekali, Lisa tidak sedang baik-baik saja. Rosé hampir sama dengan Lisa. Ia tidak pandai berbohong dan Jennie tahu itu. Rosé dan Lisa masih kalut perasaan serta pikiran atas apa yang mereka lakukan. Meskipun, mereka melakukannya dalam upaya untuk melindungi diri mereka—dan tentu saja dengan teman dekat mereka.

"Kau benar, kita harus segera menguburkan mereka," ucap Rosé sembari melirik ketiga pemuda yang terbujur kaku itu.

"Baiklah, ayo kita menggali tanah," ucap Lisa yang datang bersama Jisoo.

Rosé dan Lisa mencoba menekan perasaan dan pikiran mereka—mereka berusaha tenang. Walaupun, itu sangat sulit bagi mereka berdua.

Jennie dan Jisoo nampak lebih tenang. Justru, mereka khawatirkan adalah Rosé dan Lisa. Raut wajah mereka benar-benar menyedihkan—tidak seceria saat mereka semua saling bertemu bersama.

"Aku dan Lisa akan menggali kuburannya. Apa kalian bisa menggotong mayat pemuda itu lalu memasukannya ke kuburan?" tanya Rosé kepada Jennie lalu ia melirik ke Jisoo.

Jennie dan Jisoo mengangguk pelan sebagai jawaban.

Rosé dan Lisa pun menggali satu kuburan dan itu untuk Alex. Sebab, mayat pemuda itu yang digotong pertama kali oleh Jennie dan Jisoo. Mayat itu langsung dimasukan ke liang kubur yang telah Rosé dan Lisa gali. Setelah dimasukan, Rosé dan Lisa menimbun kembali, tanah yang telah digali. Hal serupa juga dilakukan untuk mayat Kun dan Jo.

Beberapa menit kemudian, akhirnya sesi menguburkan ketiga pemuda itu telah usai. Rosé, Jennie, Lisa dan Jisoo terduduk di tanah dengan posisi sedikit melingkar dengan beberapa sekat.

Mereka ber-empat terdiam sejenak. Lalu, Jennie pun menghembuskan nafas, kemudian ia mengeluarkannya. "Lebih baik, kita lanjut perjalanan ini besok." Jennie sekilas menatap Jisoo, kemudian ke Lisa dan yang terakhir Rosé. "Karena, keadaan kita sedang tidak baik-baik saja."

"Aku tidak ap—"

"Tidak Rosé, kita harus beristirahat." Jennie memotong kalimat Rosé.

"Kita harus se—"

"Apa yang dikatakan Jennie benar, kita harus beristirahat." Jisoo memotong kalimat Lisa.

Entah mengapa Jennie dan Jisoo bisa sepakat. Namun, memang benar keadaan mereka sedang tidak baik-baik saja dan mereka butuh istirahat.

Rosé dan Lisa pun pasrah. Mereka ikut apa yang Jennie dan Jisoo inginkan.

"Kita kembali ketempat genangan air tadi, di sana tempat yang cocok untuk beristirahat dan menenangkan diri," ucap Jennie sembari menggigit kukunya menatap ke arah tempat genangan air tadi.

Jisoo melirik ke arah tas ketiga pemuda yang telah dikubur itu. Lalu, ia pun berjalan ke sana. "Kita juga, harus bawa ini."

Rosé, Jennie dan Lisa melirik ke arah Jisoo.

"Lisa, untuk saat ini. Biar aku dan yang lain, membawa tas-tas," ucap Rosé sembari menatap telapak tangan Lisa yang terluka.

Lisa menggeleng perlahan, lalu tersenyum tipis. "Tanganku, memang terluka. Tapi, tenang saja aku masing bisa membawa barang."

"Kau yakin?"

Lisa mengangguk pelan sebagai balasan.

"Jangan paksakan, dirimu sendiri." Jennie berucap tanpa menatap Lisa.

Lisa tersenyum tipis, lalu menatap Jennie. "Sungguh, aku tidak apa-apa."

Rosé, Jennie dan Lisa pun berjalan ke tempat tas-tas itu berada. Mereka pun meraih ta situ satu-persatu kecuali Jennie. Rosé, Lisa dan Jisoo membawa dua tas sedangkan Jennie hanya satu yaitu miliknya sendiri. Sebenarnya, Jennie lah yang ingin membawa salah satu ta situ. Namun, karena Lisa sedikit memaksa untuk membawanya, maka Jennie pun mengalah.

Beberapa menit kemudian, akhirnya mereka telah sampai kepada tempat di mana mereka tadi mandi. Rosé, Jennie, Lisa dan Jisoo menurunkan tas yang mereka bawa. Jisoo sedikit terengah karena membawa dua tas tersebut. Berbeda, dengan Rosé dan Lisa yang nampak biasa saja.

"Kita harus check isi ketiga tas itu," ucap Jennie melirik ke arah tiga tas yang mereka bawa.

Rosé, Lisa dan Jisoo yang sudah paham langsung membuka tas itu. mereka secara perlahan mengeluarkan isi tas tersebut. Tas yang dibawa Rosé, berisi mie instant dan juga snack yang jumlahnya sedikit. Tas yang dibawa Lisa, berisi kotak p3k dan beberapa obat untuk luka luar. Tas yang dibawa Jisoo, berisi beberapa celana training dan juga kaos.

Mereka ber-empat bersyukur mendapat pakaian. Sebab, pakaian yang mereka pakai—tepatnya seragam sekolah sudah tidak layak dipakai lagi, karena selain gatal terdapat beberapa kotoran dan sedikit robekan akibat apa yang telah mereka alami, selama kurun waktu empat hari belakangan itu.

Dengan perasaan yang bercampur aduk. Mereka ber-empat memutuskan untuk membersihkan diri kembali, lalu makan setelah itu beristirahat dan melanjutkan perjalanan besok harinya.

Meski hari Nampak masih siang. Namun, kejadian yang mereka alami cukup melelahkan dan membuat pikiran serta perasaan mereka kacau—terutama untuk Rosé dan Lisa.

Semoga saja, kejadian mengerikan yang mereka alami hari ini tidak akan terulang lagi. Dan secapatnya mereka bisa keluar dari hutan berlantara tersebut

Bersambung

Comment and Vote

Kill Or Die (Blackpink) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang