Kemajuan
Matahari telah terbit, binarnya menyilaukan ke seluruh penjuru hutan. Akibat dari itu, Jennie dan Jisoo terbangun. Tak terasa sudah enam hari, mereka berada di hutan belantara tersebut—dan sedikitnya mereka mendapatkan informasi bahwa mereka di bawa ke sini untuk suatu alasan—entah apapun itu.
Jennie dan Jisoo membuka sleeping bag mereka, lalu beranjak untuk membersihkan wajah serta menggosok gigi. Jennie dan Jisoo, sejenak melihat keadaan Rosé dan Lisa. Keadaan Lisa masih tetap sama tak sadarkan diri. Namun untuk Rosé berbeda, deruan nafasnya sudah normal, meskipun ia masih belum membuka matanya. Panas tubuh Rosé juga kembali menurun.
Jennie dan Jisoo telah kembali, mereka memutuskan untuk membuat sarapan dan menggunakan mie instant lagi. Jujur saja, mereka dalam kurun waktu enam hari hanya memakan mie. Sebenarnya, itu sangat tak sehat. Namun, apa boleh buat, itu yang hanya tersedia.
Akibat dari itu juga, frekuensi buang air besar mereka menjadi berkurang. Hanya, beberapa kali mereka buang air besar dalam kurun waktu enam hari tersebut—tentu saja, dengan sistem menghemat air. Namun, dikarenakan ada sumber mata air, mereka menjadi tak kesulitan untuk mendapatkan air. Dan menjadi solusi untuk masalah air mereka.
Beberapa menit kemudian, akhirnya Jennie dan Jisoo telah menyeleseikan sarapan mereka. Setelah itu, mereka kembali—lebih tepatnya adalah mereka kembali untuk berada di samping Rosé dan Lisa.
Jennie memeras kompresan tersebut, lalu ia menumpahkan air pada kompresan itu. Setelah itu, Jennie memasangkan kembali kompresan tersebut ke-kening milik Rosé. Jisoo sendiri hanya menautkan jemarinya dengan jemari Lisa. Jisoo melirik sertiap luka gigitan serigala yang sudah di perban tersebut. Jisoo sesekali mengelus poni teman terdekatnya lalu tak lupa ia mengucapkan kata-kata semangat, seperti apa yang pernah Lisa lakukan padanya.
"Eungh ... Eungh ...." Rosé mengerang dengan parau.
Jennie sontak terkesiap lalu ia berucap, "Rosé."
Rosé secara perlahan membuka kedua kelopak matanya, lalu ia menatap Jennie, "Jennie ...."
Jisoo di sana juga nampak terkejut melihat Rosé yang sudah sadar sepenuhnya dan bisa berbicara. Jisoo tersenyum tipis lalu setelahnya hanya menatap saja.
"Iya Rosé, ini aku Jennie." Jennie menarik garis senyumnya. "Syukurlah, kau sudah sadar sepenuhnya."
Rosé masih sedikit terengah-engah namun ia berusaha untuk menetralkan nafasnya sendiri. Jujur saja, Rosé masih merasakan meriang di tubuhnya juga, ia merasakan lemas di sekujur tubuhnya tersebut.
"Kau mau aku ambilkan minum, Rosé?" tanya Jennie pelan.
Rosé hanya mengganguk pelan sebagai balasan. Jennie lantas beranjak lalu mengambil cangkir serta botol berisi air untuk minum. Setelah itu, Jennie menuangkan air secukupnya pada cangkir tersebut. Kemudian, ia segera kembali ke tempat semula.
Jennie pun datang dengan membawa cangkir berisi air tersebut. Tak lupa, ia membuka sleeping bag milik Rosé. Jisoo mendekat dan membantu Jennie untuk mendudukan posisi Rosé. Jennie dengan perlahan menyodorkan cangkir tersebut secara perlahan ke mulut Rosé. Jisoo di sana hanya menatap kejadian tersebut.
Setelah minum, Rosé lantas melirik Jennie lalu kemudian ia secara perlahan mengalihkan pandangannya pada Jisoo.
"Jisoo ...."
Jisoo tersenyum tipis. "Iya Rosé, ini aku Jisoo."
Jennie dan Jisoo tahu, bahwa tubuh Rosé sedang mengumpulkan tenaga dan juga otaknya sedang memproses segala sesuatu pasca sadar. Maka dari itu, mereka hanya akan menjawab Rosé seperlunya saja, tanpa menanyakan balik tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kill Or Die (Blackpink) - END
FanfictionRosé, Jennie, Lisa dan Jisoo adalah siswa yang yang bersekolah di salah satu sekolah menengah atas negeri di Seoul. Namun saat pulang sekolah. Secara tiba-tiba mereka berpindah ke tempat lain. Hutan Belantara. "Ugh ... Rosé kita ada di mana?" "Aku...