Pertarungan Lisa
Rosé, Jennie, Lisa dan Jisoo kembali melanjutkan perjalanan. Video yang mereka tonton membuat pikiran mereka sedikit terbuka dan mereka pun mendapat petunjuk—meski yang berpikir keras adalah Jennie dan Jisoo.
Rosé dan Lisa hanya mengikuti apa yang dipikirkan oleh Jennie dan Jisoo. Mereka percaya pada keputusan kedua teman baiknya tersebut. Rosé dan Lisa bukan tidak mau berpikir—hanya cara berpikir mereka lebih sederhana bahkan melakukan sesuatu pun berdasarkan perasaan dan insting mereka.
Berbeda dengan Jennie dan Jisoo yang dominan di akal dan pikiran mereka. Saat mereka membunuh pun, mereka tidak terkena dampak perasaan dan lebih cenderung tenang—dibanding Rosé dan Lisa.
Perjanalan mereka terus berlanjut, menyusuri hutan belantara yang penuh akan pepohonan—mereka sesekali beristirahat untuk mengambil nafas dan meminum air. Jennie dan Jisoo lah yang mudah kelelahan. Berbeda, dengan Rosé dan Lisa di mana mereka masih kuat untuk berjalan.
"Rosé, kenapa kau pucat?" tanya Jennie sembari melirik Rosé.
Jennie memang sejak awal sudah khawatir dengan Rosé. Ia tahu Rosé kurang tidur—ia masih memikirkan apa yang telah ia lakukan kemarin. Padahal, itu dilakukan dalam upaya untuk melindungi diri sendiri—dan tentu saja teman terdekat.
"Aku tidak apa-apa, Jennie," ucap Rosé beranjak sedikit lemas dari tempat duduknya.
Lisa yang memperhatikan pun ikut cemas, pasalnya ia juga tahu bahwa Rosé kurang tidur—Lisa meskipun memiliki beban pikiran yang sama dengan Rosé, ia masih saja bisa tertidur. Lisa beranjak dari tempat duduknya. Lalu, ia menghampiri Rosé.
"Rosé kau—"
"Aku tidak apa-apa, Lisa." Rosé memotong kalimat Lisa.
Nafas Rosé sedikit terengah, ia berjalan dengan sedikit lemas. Jujur saja, itu mengkhawatirkan. Jisoo di sana yang sedari tadi memperhatikan pun juga ikut menghampiri Rosé. Jisoo cemas. Sebab, ia tahu bahwa selama perjalanan memang Rosé seperti tidak bertenaga. Namun, gadis memang tangguh, meskipun lemas ia masih bisa berjalan seperti biasanya.
Namun, keadaan sekarang berbeda. Sepertinya dampak perjalanan itu sudah terkena pada tubuhnya. Sehingga Rosé sekarang menjadi lebih lemas. Rosé sekarang dikelilingi oleh Jennie, Lisa dan Jisoo.
Rosé sekilas menatap mereka ber-tiga lalu berucap, "Aku tidak apa-apa." Rosé menarik garis senyumannya. "Sungguh, jadi kalian jangan khawatir.
Rosé mencoba berjalan. Namun, ia kehilangan keseimbangan tubuhnya hampir terjatuh, tetapi dengan sigap Lisa berhasil menangkap tubuh Rosé. Lisa bisa merasakan tubuh Rosé menghangat. Itu mengkonfirmasi bahwa Rosé sakit.
"Rosé kau sak—"
Sebelum sempat menyeleseikan kalimatnya Lisa mendengar suara raungan serigala. Jennie dan Jisoo di sana juga mendengarnya. Lisa menatap ke arah sumber suara di sana. Samar, namun ia bisa melihat serigala yang mencoba mendekat ke arah mereka ber-empat.
Rosé juga mendengar namun ia tidak memiliki tenaga—bahkan untuk berjalan. Jennie lantas membaringkan Rosé dengan alas sleeping bag yang dikeluarkan oleh Jisoo dari tas-nya.
Suhu tubuh Rosé, semakin meningkat. Membuat nafas Rosé semakin ter-engah. Mata Rosé terpejam beberapa kali mencoba menahan sakit yang menderita tubuhnya.
Dari arah lain sekumpulan serigala itu mulai mendekat ke arah mereka ber-empat.
Lisa di sana harus membuat keputusan, ia tahu tidak mungkin untuk melibatkan Jisoo. Dan ia juga tahu bahwa keadaan Jennie yang sangat cemas. Lisa melihat Jennie menautkan tangannya dengan tangan milik Rosé.
Lisa menarik nafasnya perlahan, lalu menghembuskannya. Lisa memutuskan ia akan bertarung sendirian menghadapi serigala-serigala yang sepertinya terlihat lapar itu.
"Lisa, aku tahu apa yang kau pikirkan tapi ini sangat beresiko," ucap Jisoo cemas sembari menatap Lisa.
Lisa menarik garis senyumnya. "Iya, tapi kita tidak punya pilihan." Lisa berbalik dan berjalan menuju ke tas yang terdapat pisau di dalamnya.
"Terlebih, aku tidak mau kau terluka, Jisoo." Lisa sekilas menatap Rosé dan Jennie. "Juga untuk mereka, Jisoo."
"Tapi Lisa—"
Jisoo belum sempat menyeleseikan kalimatnya. Lisa sudah berjalan untuk mengambil batang kayu. Lalu, ia memberikan itu pada Jisoo.
"Itu untuk berjaga-jaga." Lisa menaikan tangan kanannya yang membawa pisau. "Tapi, kuusahakan agar tidak ada serigala yang lolos mendekati kalian."
Lisa pun bergegas untuk mendekati serigala-serigala itu. Lisa mengeratkan pisau yang ada di tangan kanannya tersebut. Lisa sedikit melukai jemarinya dengan pisau, lalu ia mengoleskan darah yang mengucur tersebut pada pergelangan tangan, wajah, serta kedua kakinya.
Lisa melakukan itu agar serigala tertarik padanya. Sebab, bau darah ditubuhnya.
Lisa melihat serigala—dengan jumlah lima ekor. Lisa menatap secara bergantian. Serigala itu semuanya berwarna hitam. Tatapan mereka nyalang dengan geraman. Taring mereka terlihat disertai dengan tetesan air liur.
Lisa takut—tapi bukan takut menghadapi serigala-serigala tersebut. Lisa takut jikalau ada serigala yang lolos mendekati Rosé, Jennie dan Jisoo.
Satu serigala tiba-tiba menyerang Lisa dari arah depan. Serigala itu melompat sembari membuka rahangnya. Lisa dengan sigap menahan terkaman serigala itu dengan tangan kirinya. Tangan kirinya terluka akibat gigitan serigala tersebut. Sepersekian detik kemudian, Lisa menikam tubuh serigala tersebut dengan pisau yang ada di tangan kanannya. Serigala itu mengerang. Lalu, Lisa mencabut pisaunya dengan sedikit menyayat tubuh serigala tersebut.
Serigala tersebut terjatuh dan darah keluar dari perut serigala itu. Perlahan pergerakan serigala itu mulai berhenti.
Saat Lisa mencoba menyeimbangkan tubuhnya. Tiba-tiba ada dua serigala yang menyerangnya. Satu serigala menggigit tangan kiri Lisa dan serigala yang lain menggigit tangan kanan Lisa. Ringisan keluar dari mulut Lisa. Namun, sepersekian detik kemudian. Lisa menggigit hidung serigala yang menggigit tangan kanannya. Serigala itu meringis melepas gigitannya. Lisa dengan cepat menusuk rahang serigala tersebut.
Lisa mencabut pisau dari rahang serigala itu dengan sedikit sayatan. Serigala itu terhenti seketika. Lisa melirik tangan kirinya yang masih tergigit oleh serigala. Dan dengan cepat Lisa menusuk kepala serigala tersebut.
Saat Lisa ingin mecabut pisau. Tiba-tiba serigala menyerangnya. Lisa dengan sigap menahan rahang serigala tersebut. Lisa akan memelintir rahang serigala itu. Namun, fokusnya teralih saat ada serigala yang melewatinya.
"Ohh tidak."
Serigala yang menerkam Lisa. Dengan tergesa mendekatkan rahangnya ke wajah Lisa. Tangan Lisa dengan cepat menjauhkan rahang tersebut. Lisa secara perlahan memelintir rahang serigala itu, lalu ia mengumpulkan tenaga di kedua pergelangan tangannya. Dan sepersekian detik kemudian, Lisa menghentakkan rahang serigala tersebut. Seketika serigala itu terhenti.
Serigala yang melewati Lisa itu. Datang mengarah ke Rosé, Jennie dan Jisoo.
Jisoo mengeratkan genggaman terhadap batang kayu yang ia bawa. Jisoo menarik nafas, lalu menghembuskannya. Ia berbicara pada dirinya sendiri bahwa ia tidak boleh takut atau ragu.
Saat serigala itu ingin menerkam Jisoo. Ia sudah terhempas ke samping. Sebab, Jisoo berhasil memukul serigala tersebut. Serigala itu kembali bangkit, dan ia mendekati Jisoo.
Namun, dari arah belakang. Lisa dengan kondisi terluka datang dan melompat ke punggung seriga tersebut. Lisa mengkalungkan lengannya pada leher serigala tersebut. Lisa mencekik serigala itu. Serigala itu meringis. Lisa terus menambah kekuatan pergelangan tangannya dengan tenaga yang tersisa. Perlahan serigala itu berhenti bergerak.
Lisa beranjak dari serigala tersebut. Dan menatap ke-tiga temannya. Rosé, Jennie dan Jisoo.
"Syukurlah ... aku berhasil ...."
Pandangan Lisa memudar. Namun ia masih bisa melihat Jisoo yang mendatanginya. Lisa tersenyum sebelum tubuhnya kehilangan keseimbangan.
Bersambung
Comment and Vote
KAMU SEDANG MEMBACA
Kill Or Die (Blackpink) - END
Fiksi PenggemarRosé, Jennie, Lisa dan Jisoo adalah siswa yang yang bersekolah di salah satu sekolah menengah atas negeri di Seoul. Namun saat pulang sekolah. Secara tiba-tiba mereka berpindah ke tempat lain. Hutan Belantara. "Ugh ... Rosé kita ada di mana?" "Aku...