Chapter 9

187 23 0
                                    


Suara Tidak Dikenal

Rosé, Jennie, Lisa dan Jisoo telah bangun dari tidur mereka. Seperti biasanya, mereka beranjak lalu membersihkan diri masing-masing. Rosé dan Lisa adalah yang bangun paling pertama. Lalu, disusul dengan Jennie dan Jisoo.

Rosé saat menggosok gigi, sekilas memikirkan apa yang telah ia lakukan dibenaknya. Ia membunuh sudah dua kali—pertama, ia membunuh serigala sebab serigala itu akan menerkam Jisoo. Lalu, pada saat kemarin—membunuh pemuda yang ingin mengambil tas mereka.

Rosé sebenarnya, mempunyai jiwa belas kasih yang tinggi. Namun, karena keadaan—rasa kemanusiaannya hilang—ia bergerak dengan menggunakan insting-nya—untuk melindungi yang lain. Meskipun, itu membuatnya harus membunuh.

Rosé bahkan kurang tidur, karena memikirkan rentetan kejadian tersebut.

Lisa sendiri merasakan hal sama dengan Rosé—ia juga memikirkan hal yang telah mereka lakukan—Lisa menikam seseorang dengan pisau, yang lebih parahnya lagi. Lisa menusuk begitu dalam bahkan, ia masih ingat bagaimana pemuda itu merintih akibat ulahnya. Lisa bahkan mencoba untuk mencuci tangan beberapa kali. Sebab, ia masih teringat noda darah yang ada ditelapak tangannya serta ya ng berada di bajunya.

Lisa bersyukur, karena dalam tas mereka terdapat pakaian. Setidaknya, Lisa bisa sejenak melupakan kejadian tersebut dengan mengganti pakaiannya—walaupun memang, itu sangat sulit untuk Lisa—ia itu gadis baik dan ceria yang menyukai olahraga. Namun, menurutnya ia berubah menjadi seorang pembunuh—meskipun, ia lalukan itu karena terdesak.

Jennie sendiri, tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Sebab, memang hukumnya seperti itu—hukum rimba adalah hukum kejam di mana ia harus melakukan apa pun demi untuk melangsungkan kehidupan—meskipun, kita harus membunuh. Siapa yang kuat, dia yang akan bertahan. Walaupun, Jennie tahu ia tidak sekuat yang lainnya.

Jennie menjadi akur dan mau kerjasama dengan Jisoo berkat situasi yang hampir merenggut nyawa Rosé. Jika mereka terlambat bertindak. Jujur saja, Jennie sebenarnya bersyukur, sebab Jisoo mau diajak kerjasama—ia seperti sudah paham kala itu dan langsung bertindak. Jennie sangat menyayangi Rosé—itulah mengapa dia bisa melakukan apapun, bahkan sampai mengorbankan egonya sendiri.

Jisoo sama seperti Jennie ia tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Terlepas, dari ia sudah membunuh bersama Jennie. Mereka melakukan juga. Sebab, terpaksa dan karena ingin melindungi orang yang berharga—Rosé sangat berharga bagi Jisoo, ia telah menyelamatkan hidupnya. Meskipun, saat itu Jisoo tidak terlalu menampakkan kekhawatiran, nyatanya ia selalu memikirkan hal tersebut. Namun, hanya dalam benaknya sendiri.

Jisoo sendiri juga tidak memerdulikan egonya kala itu. Apa yang Jennie katakan langsung ia lakukan karena itu menyangkut Rosé—Jisoo sendiri pun tahu ia mempunyai fisik yang tidak kuat. Namun, setidaknya ia bisa membantu—bersama Jennie. Dan karena kejadian tersebut, ia menjadi sedikit dekat dengan Jennie.

Jennie mengkhawatirkan Rosé. Ia begitu sebab Rosé menjadi pemurung sejak kemarin kejadian tersebut terjadi. Ia bahkan selalu tersenyum namun dengan memaksa dari kemarin hingga saat ini.

Jisoo pun sama, ia mengkhawatirkan Lisa. Tentu saja, sebab Lisa tidak pernah se-pediam itu. ia bahkan sebenarnya sedikit berisik. Namun, sekarang berbeda. Ia seperti tidak memiliki gairah untuk melakukan apa pun.

Rosé dan Lisa sekarang dalam posisi terduduk di tanah sembari berlaskan dedaunan kering yang ada di sana—mereka duduk sembari sedikit menundukkan kepalanya. Jennie dan Jisoo yang ada di dekat sana memerhatikan Rosé dan Lisa.

"Ayo kita makan!" seru Jennie.

Namun, Rosé maupun Lisa tidak menjawab. Mereka seperti kalut dengan pikiran mereka sendiri.

Kill Or Die (Blackpink) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang