Klimaks
"Rosé ... aku merasakan firasat yang buruk." Hana menatap langit malam dengan angin dingin yang menyentuh kulit mereka. "Aku akan bercerita ... dan meminta sesuatu kepadamu."
Rosé terdiam sejenak sampai dia pun berucap. "Kau ingin bercerita apa ... dan apa yang kau minta, Hana?" Rosé yang menatap langit malam lantas melirik Hana.
Hana menarik nafas dan menghembuskannya kembali. "Mungkin aku akan memulai cerita tentang diriku, Hany dan keluargaku." Hana melirik Rosé. "Aku dan Hany lahir dari keluarga yang sederhana ... kami punya rumah sederhana dengan ayah, ibu, aku, Hany dan adik laki-laki kami."
"Jeonsan." Hana terdiam sejenak. "Dia adalah adik laki-laki kami yang sangat baik." Hana menarik garis senyumnya. "Dia selalu membantu ekonomi keluarga, bahkan di waktu dia seharusnya beristirahat, malah dia pakai untuk bekerja paruh waktu ... entah itu menjadi tukang bersih-bersih di restoran atau jadi tukang mengantar koran."
Rosé menyimak cerita Hana, baru mengetahui tentang keluarga si kembar itu. Sebab, mereka hanya menceritakan keseharian mereka di sekolah tanpa pernah bercerita privasi seperti ini.
Hana menatap langit kembali. "Aku dan Hany adalah anak yang manja, dan selalu bergantung pada ayah, ibu dan juga Jeonsan." Hana menghela nafas sejenak. "Aku akan utarakan permintaanku, Rosé."
Rosé juga kembali menatap langit. "Apa itu Hana?"
Hana melirik Rosé, ia tersenyum namun sorot matanya menunjukkan hal lain. Rosé bisa lihat itu. Hana selalu mengalihkan pandangannya kea rah lain entah ke langit atau ke hutan di belakang mereka.
"Jika sesuatu buruk terjadi padaku dan Hany ...." Nafas Hana sedikit tercekat. "Aku ingin kau dan yang lainnya menjaga keluargaku terutama Jeonsan." Hana menggigit bibir bawahnya. "Aku tahu ini permintaan egois, namun aku ingin kau mengabulkan permintaanku ... dia telah sangat berjasa jadi aku ingin kalian merawatnya." Hana tersenyum sembari melirik Rosé. "Aku tahu kalian orang baik ... kalian bisa menjadi pengganti kami sebagai kakak."
Rosé meraih telapak tangan Hana. "Aku yakin tidak akan terjadi hal buruk pada kita." Rosé menatap Hana dengan lekat. "Aku berharap kita bisa terus bersama, sampai kita keluar dari hutan ini." Rosé terdiam sejenak. "Namun, jika hal itu terjadi maka aku jamin permintaanmu itu akan terkabul, Hana."
Rosé berucap dengan yakin di mulutnya, namun berbeda dengan hatinya yang bergemuruh bahwa akan terjadi hal besar besok, Rosé hanya mencoba berpikir positif. Hana seperti sangat yakin akan hal itu, firasatnya membuat pikirannya kalut hingga ia menceritakan hal tersebut pada Rosé.
Firasat buruk itu terjadi bahkan yang selama ini tak terbayangkan terjadi. Rosé menjadi semakin takut sebab, mereka telah berpisah. Hana dan Hany tidak bersama mereka lagi. Ditambah monster-monster itu masih berada di daerah mereka. Jennie dan Jisoo bahkan bisa merasakan bahwa jumlah mereka bertambah signifikan dan seperti memang diarahkan untuk membantai.
Jennie, Jisoo dan Lisa telah mendengar kisah Hana dan Hany. Mereka bahkan bertekad untuk segera keluar dari hutan ini agar bisa bertemu dengan Jeonsan. Namun, sebelum itu mereka harus berkumpul. Mereka yakin bahwa bisa akan bertemu kembali.
Meskipun itu hanya kemungkinan ....
"Rosé! Lisa! lihat di depan kalian!" pekik Jennie.
Mata mereka tertuju pada apa yang ada di depan mereka. Namun, hal buruk bertambah lagi.
"Mereka mengepung kita," ucap Jisoo.
Lisa mengambil dua pisau yang ada di tasnya. "Ini Rosé." Lisa menyodorkan pisau tersebut dan diterima oleh Rosé. Rosé dan Lisa dengan sigap mempersiapkan diri.
Jennie dan Jisoo mencari batang kayu untuk senjata mereka. Beberapa batu di dekatkan agar lebih mudah meraih dan melempar itu pada monster-monster yang ada di depan mereka.
Jennie menelan ludahnya dengan kasar. Kemudian, ia mencengkram batang kayunya dengan erat. "Mereka ada puluhan ... namun pilihan hanya melawan." Nafas Jennie tercekat.
"Secara jumlah memang mereka menang, namun secara kemampuan kita lebih unggul ... Rosé dan Lisa di atas rata-rata kan," ucap Jisoo yang mencoba menenangkan dirinya sendiri.
Lisa menarik garis senyumnya. "Jika aku mati, maka aku mati terhormat ... karena aku mati dalam perjuangan." Lisa memegang erat pisau yang ada di tangan kanannya.
Rosé menatap langit kemudian ia berucap, "semoga Tuhan bersama kita dan menyelematkan kita." Rosé terdiam sejenak. "Aku akan berjuang habis-habisan." Rosé melemaskan pergelangan tangannya.
Lama sekali, semenjak Rosé berdo'a pada Tuhan, sebab yang ada di pikirannya hanyalah kekhawatiran dan firasat yang buruk. Namun, untuk kali ini Rosé berdo'a dalam kondisi di mana, mungkin itu adalah akhir dari hidup mereka.
Tetesan liur dari monster tersebut sudah banyak terbuat seiring dengan mereka yang mendekat. Mereka ber-empat berposisi melingkar dengan memunggugi satu sama lain, posisi tersebut diberi jarak namun tetap dekat. Rosé di samping Jennie dan Lisa di samping Jisoo.
Monster tersebut semakin mendekat saat ingin menyergap, Lisa dengan cepat mencengkram mulut monster tersebut.
Jraasshh!!!
Lisa menyayat leher monster tersebut. Dua monster dengan tiba-tiba mendekati Lisa namun dengan cepat Jisoo memukul kedua monster tersebut, Lisa kemudian membunuh dua monster yang sudah terjatuh itu dengan tikaman pisaunya. Lisa dan Jisoo kembali ke posisi sigap dan menyerang monster yang menghampiri mereka.
Rosé dengan nekad maju sedikit kedepan dari formasi, ada tiga monster yang mendekatinya. Rosé memukul dengan tangan kiri salah satu monster di sana. Ia juga menendang monster kedua yang mendekatinya. Rosé menikam kedua monster tersebut, monster ketiga mendekati Rosé dengan cepat ia menaikan tubuhnya dan langsung menusuk dagu bawah dari monster tersebut. Dari depan kembali datang monster dengan cepat Jennie melempar batu ke arah wajah monster itu hingga tersungkur dan Jennie memukul wajahnya untuk mengakhiri riwayat monster tersebut.
Rosé, Jennie, Lisa dan Jisoo terus menerus bertarung mengahadpi puluhan monster yang terus mendekat. Rosé dan Lisa meningkatkan agresifitas mereka dan membantai. Jennie dan Jennie meningkatkan juga agresifitas merekadalam membantu Rosé dan Lisa dalam membantai monster tersebut.
Namun lama-kelamaan mereka kelelahan, sehingga tubuh mereka tidak mempunyai tenaga lagi untuk bertarung. Rosé dan Lisa bahkan kembali ke posisi semula dan lebih banyak bertahan.
"Akkhhh!!" kaki dari Lisa diterkam oleh monster tersebut. Lisa menusuk monster itu namun tangannya dihalangi oleh monster yang datang, ia ikut serta menerkam tangan kanan Lisa.
"Lisaa!!" Jisoo mendekat dan menghantam kedua monster tersebut namun usahanya gagal, sebab monster yang datang menerkam bahu Jisoo hingga ia tersungkur jatuh.
Rosé yang melihat itu ingin menolong, namun ia melihat dari pandangan lain bahwa Jennie terdesak. Rosé lantas menikam monster yang menerkam Jennie. Dua monster datang dan menerkam Rosé dan Jennie dari arah depan hingga tersungkur jatuh, mereka sempat melakukan perlawanan sampai akhirnya monster-monster banyak yang berdatangan.
Rosé, Jennie, Lisa dan Jisoo telah memasrahkan diri mereka. Tubuh mereka lelah dan kulit terasa perih akibat di mangsa oleh monster tersebut. Dalam terkaman itu ada ucapan terakhir dari mereka ber-empat.
"Semoga kita bisa bertemu lagi, di alam baka ....," ucap Lisa dengan suara rendah.
"Tuhan ... aku berharap kita tetap bersama di alam apapun itu ....," ucap Rosé yang juga suara rendah.
"Iya ....," ucap Jennie dan Jisoo secara pelan, mereka tersenyum sebab bahkan di akhir hidup masih saja memikirkan kebersamaan.
Saat mereka menutup mata terdengar suara-suara aneh ... dan terdapat cahaya yang menyilaukan sebelum mereka benar-benar menutup mata.
Bersambung
Commentand Vote
KAMU SEDANG MEMBACA
Kill Or Die (Blackpink) - END
FanfictionRosé, Jennie, Lisa dan Jisoo adalah siswa yang yang bersekolah di salah satu sekolah menengah atas negeri di Seoul. Namun saat pulang sekolah. Secara tiba-tiba mereka berpindah ke tempat lain. Hutan Belantara. "Ugh ... Rosé kita ada di mana?" "Aku...