Chapter 19

130 18 2
                                    


Keadaan memburuk

Jujur saja ... mereka tak pernah menyangka serangan ini akan terjadi. Monster itu membuat mereka semakin terluka parah. Banyak luka yang mereka derita—meskipun hanya beberapa orang yang terkena luka yang parah, namun trauma akan sosok tersebut tidak akan pernah bisa dilupakan.

Rosé merasakan firasatnya semakin memburuk. Dadanya begitu sesak terlebih dengan keadaan mereka yang baru saja, diserang sosok raksasa tersebut. Lisa, Hana dan Hany terluka namun sudah diobati oleh Jennie dan Jisoo.

Rosé sendiri memilih untuk terjaga dan menjaga. Sebab, dari mereka semua hanya dia yang tubuhnya masih kuat untuk berdiri bahkan bertarung. Rosé juga melakukan patroli kecil, siapa tahu ia melihat serigala. Rosé tahu bahwa serigala masih banyak di hutan belantara tersebut.

Lisa, Hana dan Hany terlihat tertidur, setelah diobati mereka langsung beristirahat. Jennie dan Jisoo pun mendekati Rosé. Gadis tersebut hanya duduk terdiam sembari menatap sekitarnya. Gadis itu memang seperti pengawas.

"Hei Rosé," ucap Jennie. "Apa kau tidak mau beristirahat?"

Rosé menggelengkan kepalanya.

"Kau sudah kelelahan Rosé ... serangan monster tadi pasti membuatmu sangat lelah." Jisoo menjeda kalimatnya. "Beristirahatlah Rosé."

Rosé menarik nafasnya dan mengeluarkannya kembali. "Aku harus berjaga, karena aku khawatir jika sesuatu buruk terjadi pada kita .... hanya aku di sini yang masih bisa bertarung."

"Tidak apa-apa Rosé ... tidak akan terjadi apapun malam ini," ucap Jennie. "Benar apa yang dikatakan Jisoo, kau harus istirahat Rosé."

Jisoo pun mengenggam telapak atas tangan Rosé. "Jangan pikirkan apapun ... istirahatlah."

Rosé pun menurut dan dia bergegas ke tempat istirahat dekat dengan Lisa, Hana dan Hany. Tinggal Jennie dan Jisoo yang masih terjaga. Mereka berdua duduk sembari menekuk lutut mereka dan menatap langit.

Jennie menarik nafas dan menghembuskannya kembali. "Aku sudah tidak bisa menggunakan otakku dengan baik Jisoo ... hal-hal yang terjadi diluar perkiraanku dan sungguh mengejutkanku."

Jisoo sekilas menatap Jennie, kemudian ia kembali menatap langit. "Kecerdasan hanya untuk prediksi Jennie, sisannya adalah nasib manusia. Kau pasti tahu, kita semua tak berharap peristiwa ini akan terjadi ... kita hanya bisa menerima saja."

"Kau benar Jisoo ... kau benar ...."

Di sisi lain ada yang juga sedang mengobrol dengan suara pelan. Rosé dan Hana ... obrolan mereka cukup larut dan mendalam seperti keadaan mereka saat ini. Rosé mendengar cerita-cerita baru dari Hana, dan ada beberapa perkataannya yang membuat Rosé takut. Rasa khawatir Rosé kian menjadi-jadi. Namun, Hana bilang tidak apa-apa dan menyuruh Rosé untuk beristirahat.

Mentari berbinar terang. Hangatnya menyebar ke seluruh penjuru hutan belantara. Hangat itu juga menerpa Rosé, Jennie, Lisa, Jisoo, Hana dan Hany. Mereka terbangun dengan keadaan yang masih mengumpulkan nyawa.

Rosé dan Lisa yang telah mengumpulkan nyawa lantas segera untuk membersihkan dirinya. Kemudian, Jennie dan Jisoo pun mengikuti Rosé dan Lisa untuk membersikan diri. Terakhir ada Hana dan Hany yang mengikuti.

Tempat istirahat mereka dekat dengan kubangan air yang cukup untuk minum dan mandi. Mereka berenam memutuskan untuk mandi secara bergantiaan, Rosé dan Jennie, Lisa dan Jisoo, Hana dan Hany.

Setelah mereka selesei membersihkan diri, lantas segera menyiapkan makanan. Rosé, Jennie dan Jisoo yang menyiapkan semuanya sebab Lisa, Hana dan Hany masih dalam proses pemulihan tubuh.

Mereka pun menyiapkan makanan. Hanya tinggal tiga mie dan mungkin beberapa liter beras. Namun, akan memasaknya dan akan membuat itu cukup untuk bertiga. Hal yang paling penting sekarang adalah mereka berenam bisa mengisi perut dulu. Makan siang nanti bisa dipikirkan nanti.

Beberapa saat kemudian mereka telah menyeleseikan sarapan mereka. Mereka pun berkemas dan membawa tas beserta semua barang bawaan mereka. Barang bawaan tersebut dicek satu persatu agar tidak ada yang terlewat dan yang tertinggal. Setelah selesei mereka pun segera berbegas pergi.

Saat mereka berjalan tiba-tiba entah mengapa suara hutan belantara itu menjadi hening. Bahkan, suara serangga dekat mereka pun tidak terdengar. Ada sesuatu yang membuat hal ini bisa terjadi.

Buk! Buk! Buk!

Suara-suara terdengar—suara tersebut seperti suara benda terjatuh, hal yang jatuh itu bertabrakan dengan ranting dan batang pohon. Rosé, Jennie, Lisa, Jisoo, Hana dan Hany mendengar dengan jelas itu dan suara itu dekat dengan posisi mereka.

Suara langkah kaki terdengar dalam jumlah yang cukup banyak. Mereka semua mencari tempat persembunyian di sana. Mereka berhasil menemukan bebatuan dan pohon yang bisa dijadikan tempat persembunyian.

Drap ... drap ... drap ....

Ada beberapa orang aneh yang melangkah dengan penuh kewaspadaan. Mulut mereka penuh liur, mata merah menyala, banyak tusukan paku yang beberapa diantaranya terdapat kawat melingkar. Pakaian mereka robek-robek dengan warna putih. Jumlah mereka sangat banyak.

Mereka berenam sangat ketakutan—bahkan Jennie dan Jjsoo yang terkenal pintar juga gemetar terhadap keadaan mereka. Namun, dari hal itu mereka menangkap keimpulan bahwa indra dari orang aneh tersebut kurang berfungsi. Sebenarnya, harusnya beberapa orang aneh tersebut bisa menemukan mereka.

Mereka hanya melihat sekilas lalu jalan kembali. Firasat Rosé semakin memburuk. Entah mengapa keadaan menjadi berbeda posisi Rosé, Jennie, Lisa dan Jisoo saling berdekatan. Sedangkan posisi Hana dan Hany jauh dari mereka—meskipun masih saling bisa menatap satu sama lain.

Tiba-tiba dari arah mereka bersembunyi keluar beberapa orang aneh, mereka sedikit tergesa ke arah mereka berenam

"AYO LARI!" teriak Rosé.

Semua yang ada di sana segera bergegas namun karena posisi mereka berbeda. Mereka berlari ke arah yang berbeda. Rosé mencoba untuk tetap melihat ke arah berlari Hana dan Hany yang berbeda jalur. Namun, padangan itu kabur. Jennie menarik Rosé agar larinya menjadi lebih cepat. Jisoo dan Lisa di sana berlari dengan kondisi waspada. Sekilas menatap ke belakang.

Ketika sudah lama berlari Rosé, Jennie, Lisa dan Jisoo terdiam. Tubuh mereka penuh dengan peluh ... keringat mengucur deras, tas yang mereka bawa untung saja masih melekat di punggung. Setidaknya, beberapa barang bawaan masih tersedia, mungkin hanya beberapa makanan dan kotak obat yang tidak ada karena berada di tas Hana dan Hany.

"Bagaimana keadaan semuanya?" tanya Jennie.

"Aku tidak apa- apa ...." sahut Jisoo pelan.

"Tapi kita terpisah," ucap Lisa.

Hana dan Hany ...." Rosé melemas.

Semua seketika terdiam. Mereka tahu bahwa mereka tersesat. Tidak mungkin harus mencari keberadaan Hana dan Hany sebab pasti mereka juga berlari sangat jauh. Jujur saja, semua firasat yang Rosé rasakan benar-benar terjadi. Rosé sudah tahu hal buruk akan terjadi namun, ia menghilangkan pikiran burujk tersebut.

Namun ... sekarang benar-benar terjadi.

"Lebih baik kita beristirahat," ucap Jennie.

"Apa yang kau ucapkan benar, Jen." Jisoo menyahut, kemudian ia meletakkan tas-nya.

Rosé dan Lisa juga menurunkan tas-nya. Mereka pun berkumpul namun, tdiak menyalakan api. Mereka menggunakan lampu senter yang hanya tinggal dua untuk menerangi pembicaraan malam mereka.

"Besok akan terjadi hal besar." Jisoo menjeda kalimatnya. "Kita harus bersiap dengan segala resiko yang akan terjadi."

"Monster-monster itu pasti akan menemukan kita." Jennie menyahut. "Namun ... mereka mempunyai banyak kelemahan seperti, bahkan mereka tak melihat kita meskipun dari jauh sebenarnya terlihat."

Lisa mengepalkan kedua telapak tangannya. "Aku akan bertarung habis-habisan."

Rosé menatap langit. "Aku berharap semuanya bisa selamat."

Bersambung

Commentand Vote

Kill Or Die (Blackpink) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang