FROM: AUTHOR
TO: DEAR READER
HOLA SEMUANYA, TERIMA KASIH SUDAH MELUANGKAN WAKTU UNTUK MEMBACA CERITA INI! MOHON MAAF UNTUK SEGALA KEKURANGANNYA. KALIAN BEBAS MENGEKSPRESIKAN PERASAAAN KALIAN DENGAN BERKOMENTAR, VOTE, DAN JUGA SHARE YA!
HAPPY READING :))
CERITA INI AKAN DI-UPDATE SETIAP 2 HARI SEKALI, PUKUL 20.00 WIB (BISA JUGA SEBELUM ATAU SESUDAHNYA DI HARI YANG SAMA)
# # # # # # # # # #
PART 14 [SEDIKIT KEBENARAN]
Paman Noel terlihat sedikit kesal, "Itu bukan urusanmu. Jika tidak ada yang ingin dikatakan lagi, aku akan pergi—"
"Tunggu—"
Aku memperbaiki posisi dudukku. "Aku sempat percaya bahwa paman adalah orang yang kompeten."
"Namun, bukankah aneh melihat sikap paman saat ini?" Tanyaku bak detektif yang menyilangkan jarinya.
"Perusahaan yang telah dibangun dengan susah payah oleh seseorang dan meninggal karena kasus pembunuhan. Lalu perusahaan itu dikuasai oleh orang lain karena anak dari pemilik aslinya belum cukup dewasa pada saat itu. Bagaimana kalau saat ini anak itu telah cukup dewasa untuk mengelola perusahaan?" Lanjutku.
Sepintas Paman Noel terlihat kaget, tetapi ia dapat dengan cepat menenangkan dirinya.
"Memang dia bukan lawan yang mudah."
"Itu masa lalu dan kasus itu pun sudah ditutup sekarang..."
Badannya condong ke depan, ia mengangkat tangan kanannya dan menutup bibir sebelah kirinya. "Jangan memancingku untuk melakukan sesuatu yang buruk," bisiknya.
"Buruk? Apakah Paman sudah mengetahui maksud kehadiranku?"
"Paman... aku sama sekali belum mengucapkan apa-apa, tetapi dengan senang hati kau malah memberitahukan kebenarannya kepadaku." Aku tersenyum penuh kemenangan.
"Aku berterima kasih penuh atas pengakuanmu."
Kembali lagi dia tidak menunjukkan emosinya, melainkan mempertahankan tindakan yang rasional. "Walaupun kamu mengetahui hal itu, apa ada yang bisa kamu ubah?"
"apa yang bisa kuubah?"
Aku tidak bisa menjawab pernyataan itu, sampai-sampai kepalaku menjadi panas. "Dasar bajingan," umpatku.
Dia menyilangkan kakinya sekarang. "Berhentilah untuk melakukan hal itu, semuanya akan berakhir sia-sia. Bagiku, kamu hanyalah hama penganggu."
"Jangan menganggap rendah—"
"Ayah!" Tiba-tiba seseorang datang dari arah pintu masuk lobi utama.
Seseorang dengan setelan rapih layaknya CEO muda di drama-drama dan seorang perempuan bagai bidadari di sampingnya datang menghampiri kami.
"Sebentar... sepertinya aku tidak asing dengan situasi ini. Benar... aku mengenal mereka, bukan?"
Paman Noel menoleh dengan senyuman bengisnya, "Ada apa? Sudah ayah bilang kalau ayah ada meeting hari ini."
"Maaf, Yah. Ada sesuatu yang ingin kukatakan mengenai pertunangan kami." Evan menggandeng tangan Aurel, dia hanya menunduk.
Aurel mengangkat wajahnya perlahan, mata kami bertemu. "Ya kan, Rel?" Tanya Evan untuk meyakinkan perkataannya.
Evan melihat tatapan Aurel, kini dia menatapku. "Loh? Dia bukannya teman kamu, Rel?"
Mendengar hal itu, Paman Noel dengan spontan tersenyum kecil. "Ternyata kalian saling kenal ya. Mari kita makan bersama dulu sebelum pergi—"
Mataku masih terpaku melihat keadaan di luar dugaan seperti ini.
"Paman Noel adalah Ayah dari Evan dan mertuanya Aurel? Bodohnya aku yang tidak mengenali sepupuku sendiri."
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Keluar pun Berduri [SELESAI]
RomanceKornelius memiliki masa lalu yang kelam terkait keluarganya karena kematian Ayahnya. Di suatu jalan yang indah, ia bertemu dengan seorang bidadari yang amat cantik. Bidadari itu adalah Aurel. Kornelius melihat adanya celah untuk menuntaskan kasus ke...