Seventy Two

3.8K 312 6
                                    

.

.

.
Happy reading!
.

.

.













Di sinilah Renjun berada, di atap rumah sakit sambil menangis tersedu sedu. Renjun menyembunyikan wajahnya di antara lipatan kakinya dan sesekali melihat ke arah langit. Langit begitu cerah, bintang terlihat sangat indah menghiasi langit malam.

"Hiks ini semua salah ku hiks..." Renjun meremas surai nya.

Ia bisa melihat binar bahagia di mata sang anak ketika melihat Guanlin, tatapan kecewa dan terluka karena tak di peluk.

Renjun mengeluarkan ponselnya dan membuka nya, wallpaper ponsel nya adalah wajah sang putra yang tersenyum lebar.

"Maafin mama Guanjun-ah, hiks maaf hiks" Renjun mengusap hp nya.

Renjun semakin menangis ketika mengingat untuk pertama kalinya Guanjun menanyakan keberadaan sang ayah.

Flashback

Guanjun yang kala itu baru genap berusia satu tahun, tepat hari ulang tahunnya. Ia menghampiri Renjun dan duduk di pangkuan sang ibu.

"Mama" panggil nya.

"Ya?" sahut Renjun sambil tersenyum.

"Baba mana? kok hari ulang tahun Guan gak ada?" pertanyaan polos itu keluar begitu saja dari mulut kecil nya.

Seketika Renjun terdiam, apa ia harus jujur dengan sang anak?, karena bagaimanapun ini hak Guanjun.

"Papa kerja, di China dan gak bisa pulang dalam waktu dekat" jawab Renjun setenang mungkin walaupun kini ia sudah berusaha untuk tak menangis.

"Baba sibuk banget ya sampai gak bisa pulang?" tanya Guanjun.

Renjun mengangguk sambil tersenyum.

"Kalau gitu, telpon nin dong ma, Guan mau denger suara baba, mau ngobrol sama baba, dari dulu Guan belum ngobrol sama baba, Guan kangen baba" pinta Guanjun.

"Kan tadi Guan sendiri yang bilang... kalau... kalau baba sibuk, jadi gak bisa di telpon" kata Renjun, nada bicaranya terdengar bergetar.

"Baba kerja apa?" tanya Guanjun.

"Kantoran" jawab Renjun sambil tersenyum.

"Mata mama kok merah?"

"Gak kok, ini mama mau ke kamar dulu, main sama Jae hyung ya!" suruh Renjun di angguki Guanjun.

Setelah nya Renjun segera berlari menuju kamarnya, menutup pintu tak lupa mengunci nya. Lalu menangis dan jatuh terduduk di balik pintu.

"Hiks maafin mama Guanjun-ah" lirih Renjun.

Flashback end

Really I Love U [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang