Malam ini Andre membawa Raya ke rumah pribadinya. Dia sengaja membawanya karna dia takut jika sewaktu-waktu trauma Raya kambuh.
Andre meletakkan tubuh Raya di atas kasur king size miliknya. Kemudian memanggil bik Surti salah satu pembantu yang ada di sini untuk mengganti pakaian milik Raya. Karna tidak mungkin Raya bisa tidur nyenyak dengan menggunakan dress seperti itu. Andre juga mengganti pakaiannya dengan kaos hitam lengan pendek serta celana selutut.
Baru saja dia ingin merebahkan tubuhnya di samping Raya. Isak tangis dari gadis itu menghentikan aksinya.
“Hiks ... Saya mohon jangan tuan, sakit jangan siksa saya,” igau Raya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Serta keringat dingin yang terus menetes dari kepalanya.
“Hey tenanglah aku di sini,” ucap Andre sambil menggenggam tangan Raya. Serta menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah cantik gadis itu.
“Jangan tuan ini sakit.” Raya terus menerus meronta dengan air mata yang tiada henti. Andre tidak tega, hatinya teriris melihat Raya yang tersiksa seperti itu.
“Diamlah aku di sini jangan takut,” bisik Andre sambil memeluk Raya. Dia meletakkan kepala Raya di dada bidangnya.
Saat melihat tidak ada pergerakan dari Raya, Andre tersenyum ternyata gadis ini sudah tertidur. Tanpa melepaskan pelukan mereka berdua. Andre tidur menyusul Raya ke alam mimpi.
**
Raya menyesuaikan cahaya matahari yang masuk ke dalam retina matanya itu. Dia merasa perutnya berat seperti ada beban yang menimpa. Saat Raya melihat ke bawah ternyata ada tangan kekar yang melingkar apik di pinggangnya itu. Raya mendongak dan langsung di suguhi pemandang luar biasa yang pernah ada. Di sana Andre tertidur pulas seperti bayi, wajahnya sangat imut dan tenang. Alis tebal, hidung mancung dan bibirnya sangat menggoda iman.
Tapi tunggu dulu, kenapa Andre bisa ada di sini. Itu artinya mereka satu ranjang?
“Aaaa!” Raya menjerit keras sambil mengintip ke bawah apakah pakaiannya masih utuh.
“Apa kau gila!” kesal Andre sambil mengusap telinganya yang berdenging akibat teriakan super keras milik Raya.
“Ka ... kau kenapa bisa ada, di sini?”
“Aku yang menolongmu tadi malam apa kau lupa itu, huh?” tanya Andre sambil turun dari kasur.
“Tapi, ini?”
“Ini rumahku. Tenanglah aku tidak ada menyentuhmu. Tadi malam aku hanya bingung ingin tidur di mana karna semua kamar belum di bersihkan.” bohong Andre.
“Aku tau laki-laki seperti mu ini hanya modus saja. Kau pasti mengambil kesempatan karna tidur denganku!” tuduh Raya.
“Hey! Sudah aku katakan kau ini kurus dan aku tidak tergoda untuk menyentuh tubuhmu yang datar itu.” Bantah Andre tidak terima.
“Kau bilang aku tidak menggoda, apa kau lupa saat di kantor kau lah yang pertama kali menciumku!” kesal Raya sambil melemparkan bantal guling ke arah Andre.
“Itu aku hanya khilaf, buktinya setelah aku menciummu besoknya aku langsung jatuh sakit mungkin itu akibat dari mulutmu yang mengandung banyak virus itu,” ejek Andre sambil melemparkan jas yang ada di sofa tempat dia duduk.
“Hey apa kau benar-benar mengajakku ribut hah! Ayo mari kesini kita ribut!” tantang Raya sambil berdiri di atus kasur dan menggulung lengan bajunya.
“Ck harusnya kau sadar diri tubuh kurus seperti itu ingin melawanku yang penuh otot ini. Ku jamin bahkan aku sanggup untuk melemparkanmu ke segitiga bermuda detik ini juga,” remeh Andre. Raya yang tidak suka di remehkan pun beralih mengambil bantal dan setelah itu memukul Andre dengan sangat brutal.
Bugh!
Bugh!
“Bilang saja kau tidak berani melawanku iya ‘kan!”
“Hey gadis tepos hentikan ini kau bisa merusak wajah tampanku!” kesal Andre sambil menutupi wajahnya dari serangan Raya.
“Aku tidak peduli apa kau pikir kau begitu tampan hah! Bahkan keringat Jin Bts saja tidak sebanding denganmu!”
Bugh!
Bugh!
Raya terus memukul Andre, sepertinya gadis itu tengah meluapkan segala emosinya kepada Andre. Sebenarnya Andre bisa dengan mudah untuk mematikan serangan Raya. Tapi sepertinya membuat Raya marah akan menjadi hobi barunya.
“Sudah sudah bagaimana jika kita berdamai saja.” gerakan tangan Andre terhenti saat mendengar kalimat itu keluar dari mulut Andre.
“Berdamai.” ulang Raya tidak percaya. Andre mengangguk dan merapikan bajunya yang berantakan.
“Apa kau tidak lelah jika kita terus-terusan bertengkar seperti, anjing dan kucing?” tanya Andre sambil menarik tangan Raya agar duduk di sofa.
“Aku tidak lelah karna di sini aku kan kucing sementara kau anjing. Harusnya aku yang bertanya, apa kau tidak lelah terus-terusan menggonggong?” tanya Raya balik.
“Kau benar-benar---“ Andre menggantung ucapannya mencoba untuk sabar saat menghadapi gadis tepos yang ada di hadapannya ini.
“Apa buktinya jika kau memang ingin berdamai, denganku?” tantang Raya.
Andre berpikir sejenak, menimang apa kiranya yang akan dia tawarkan pada Raya. “aku akan menuruti semua permintaanmu, hari ini bagaimana?”
“Serius?” tanya Raya memastikan. Andre menangguk.
“Jalan-jalan ke mall.”
“Boleh.”
“Seharian belanja sepuasnya tanpa ada larangan.” Andre mengangguk dan pergi ke arah laci untuk mengambil black card miliknya kemudian menyerahkannya kepada Raya.
“Bahkan kamu bisa mengosongkan seisi mall saat berbelanja.” Raya bersorak penuh kemenangan kemudian setelah itu dia menjulurkan tangannya. Andre langsung menerimanya.
“Perdamaian di terima.”
**
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Tak Terduga [End]
Romance"Apa kau sudah selesai menilai ku!" sarkas bos baru itu. Sontak Raya langsung tersadar dari lamunan panjangnya. "Eh maaf Pak." "Apa kau sadar kau sudah terlambat selama satu jam lewat tiga menit empat puluh detik!" "Iyah Pak, maaf saya sadar saya be...