“Apa kau menyukai makanan, pedas?” tanya Raya pada Ayu.
Saat ini mereka berdua sedang berada di dapur untuk menyiapkan makan malam. Tadi sebenarnya Ayu ingin pulang karena Andre mengusir Saghara. Tapi karna bujukan dari Raya jadilah Saghara menetap di sini.
“Sebelum hamil aku tidak suka, tapi belakangan ini aku benar-benar menyukainya. Bahkan, Saghara sempat melarangku.” Kekeh Ayu.
“Apa, dia membentakmu?” selidik Raya.
Ayu tertawa mendengar itu. “tidak. Kau tenang saja dia sudah jinak.”
“Siapa yang, jinak?” tanya Saghara saat baru saja masuk ke dalam dapur.
Ayu menggeleng dan mendekat ke arah Saghara. Memberikan satu mangkuk yang berisi puding.
“Aku tadi membuat puding coba makan,” ucap Ayu. Saghara tersenyum dan langsung menghabiskan satu mangkuk puding yang di berikan Ayu.
“Ini sangat lezat.” Komentar Saghara yang tentu saja membuat hati Ayu langsung bahagia.
“Baiklah apa kita bisa makan malam. Aku sangat lapar.” Kesal Andre.
**
Keadaan meja makan menjadi sangat rusuh akibat Saghara dan Andre yang berebut ayam goreng. Sebenarnya ada banyak ayam goreng di atas meja itu. Tapi, kebetulan mereka mengambil ayam goreng yang sama dan memperebutkannya seperti anak kecil.
“Hey! Berikan ayam ini milikku,” ucap Andre menarik ayam goreng yang ada di tangan Saghara.
“Enak saja aku yang lebih dulu mengambil ini. Kau ambil saja ayam lain!” Saghara menyembunyikan ayam gorengnya itu di balik badannya agar Andre tidak dapat mengambilnya.
“Ini rumahku jadi apapun yang ada di sini itu milikku!” teriak Andre sambil menatap galak ke arah Saghara.
“Aku tidak peduli yang penting ayam goreng ini milikku.” Saghara mengangkat tinggi ayam goreng itu tapi ....
“Ayu!” kesal Saghara saat menyadari jika ayam goreng yang dia incar sudah di makan Ayu.
“Maaf habisnya ini sangat lezat,” ucap Ayu tanpa dosa.
Ayu memandang ke arah Raya memberi isyarat bahwa sepertinya mereka harus segera pergi dari sini. Raya menganggukkan kepalanya pertanda paham dengan maksud Ayu.
“Ayu, mari ke kamarku,” ucap Raya sambil menarik tangan Ayu. Ayu mengangguk dan langsung pergi mengikuti langkah Raya.
Sekarang hanya tinggal Saghara dan Andre yang ada di meja makan itu. Andre berdehem untuk membuka suaranya. Ada satu hal yang harus Andre tanyakan dan itu sangat penting.
“Aku ingin menanyakan satu hal,” ucap Andre sambil memandang ke arah Saghara.
“Apa?”
“Ayu bilang kau pernah menghabiskan malam dengan Raya. Tapi, kenapa saat aku dan Raya melakukan itu Raya masih gadis,” jelas Andre.
Saghara tertawa keras mendengar itu. Jadi Ayu menceritakan itu kepada Andre. Padahal dia mengatakan itu hanya untuk memanas-manasi Ayu agar cemburu.
“Aku sangat menghormati Raya. Dan aku tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu.” Saghara tersenyum sinis melihat wajah bingung Andre.
“Mak---“
“Waktu itu Ayu pulang di antarkan seorang laki-laki dan mereka terlihat sangat akrab. Aku cemburu melihat itu dan aku ingin balas dendam dengan memanas-manasi Ayu,” jelas Saghara.
“Sialan! Kenapa kau harus membawa-bawa istriku!” kesal Andre.
“Ayolah kita lupakan saja masalah kita di masa lalu. Bukankah sebentar lagi kita akan menjadi, besan?”
“Aku tidak akan membiarkan anakku menikah dengan anakmu.”
“Ck lihat saja jika aku punya seorang putri aku jamin putramu akan tergila-gila dengannya,” ucap Andre dengan percaya diri.
“Bagaimana jika anakmu semuanya laki-laki dan anakku, perempuan?” tanya Andre membalikkan pertanyaan.
“Apa kau tidak bisa melihat. Ayahnya saja model seperti ini sudahku pastikan jika anakku nantinya akan menjadi idola para gadis.”
“Baiklah mari kita lihat. Anakku yang tergila-gila padamu. Atau anakmu yang tergila-gila pada anakku.”
“Oke siapa takut.”
***
Setelah pulang dari rumah Andre, Ayu mengeluh jika kepalanya sedikit pusing. Tentu saja hal itu membuat Saghara menjadi panik. Dia ingin menghubungi dokter tapi Ayu melarangnya istrinya itu bilang jika istirahat pasti pusingnya akan sedikit berkurang.
“Istirahatlah aku ingin ke bawah sebentar untuk mengambil minum.” Ayu mengangguk. Saghara menarik selimut hingga sebatas dada Ayu. Mengecup singkat kening istrinya itu dan pergi turun ke lantai satu untuk menuju dapur.
Drtt ... drtt!
Ponsel di dalam saku Saghara berbunyi. Saat tahu siapa peneleponnya dia benar-benar sangat malas untuk mengangkatnya.
“Ada apa!” ketus Saghara.
“Semua rencana kita gagal. Semenjak nenek tau jika Raya hamil dia malah semakin sayang kepada wanita itu!” kesal Nadia di seberang telpon itu.
“Aku rasa aku tidak ingin melanjutkan rencana ini. Aku sudah menemukan kebahagiaanku sebaiknya kau juga sama pergilah dan cari kebahagiaanmu juga.”
“Apa kau gila hah! Kau harus menolongku agar aku bisa mendapatkan Andre dan kau bisa hidup bersama Raya!” teriak Nadia.
“Aku sudah bahagia dengan Ayu dan aku ingin menikmati masa-masa bahagia kami tanpa ada beban ataupun masalah,” jelas Saghara.
Nadia tertawa sinis di seberang sana.
“Saghara. Aku dengar istrimu itu sedang mengandung. Sepertinya asik juga jika dia harus keguguran untuk yang kedua kalinya.”
Saghara mengeram marah. Bahkan wajahnya memerah karna menahan emosi. Dia paling tidak suka jika Nadia membawa-bawa keluarga kecilnya.
“Sedikit saja kau sentuh Ayu. Aku bersumpah kau akan merasakan balasan yang jauh lebih sakit.”
Tut!
Saghara mematikan sambungan teleponnya dengan Nadia. Bergerak cepat Saghara langsung menghubungi ketua bodyguard yang ada di rumahnya untuk menambah personil dan memperketat penjagaan rumah. Nadia itu gadis sinting dan dia akan melakukan apa saja dia sangat nekat. Itu yang dapat di simpulkan Saghara saat mengajak Nadia menjadi fatnernya.
**
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Tak Terduga [End]
Romance"Apa kau sudah selesai menilai ku!" sarkas bos baru itu. Sontak Raya langsung tersadar dari lamunan panjangnya. "Eh maaf Pak." "Apa kau sadar kau sudah terlambat selama satu jam lewat tiga menit empat puluh detik!" "Iyah Pak, maaf saya sadar saya be...