Teka Teki

92 5 0
                                    

Sudah hampir satu minggu Raya tinggal di apartemen milik Saghara dan selama satu minggu itu pula Andre tidak ada kabar sama sekali. Raya pikir setelah kepergiannya Andre akan datang untuk menjemputnya pulang tapi, hingga saat ini Andre bahkan tidak peduli tentang Raya.

Saghara juga sama sudah tiga hari terakhir ini dia tidak pernah datang ke apartemen.

“Apa kau sudah, siap?” tanya Ayu. Raya mengangguk dan mengambil tasnya untuk segera berangkat bekerja ke butik milik Ayu.

Selama Raya tinggal di apartemen ini Raya memang bekerja di butik Ayu. Lama-lama dia bosan juga jika harus berdiam diri di apartemen ini tanpa ada kegiatan.

Mobil milik Ayu melaju membelah padatnya jalanan ibukota. Beginilah keseharian Raya dia mencoba untuk menyibukkan dirinya agar bisa lupa tentang masalah yang tengah di hadapinya.

“Apa, rancangannya sudah selesai?” tanya Raya saat sudah sampai di butik.

“Belum Buk, masih ada beberapa bagian yang harus di perbaiki lagi,” tutur sang pegawai.

“Tidak apa kau bisa memberikannya padaku biar aku saja yang menyelesaikannya.”

“Ah tidak usah Buk, Ibuk sudah terlalu banyak menolong saya,” ucap pegawai itu tidak enak hati. Pasalnya selama Raya bekerja di butik ini para pegawai jadi tidak terlalu banyak bekerja karna Raya selalu saja menyuruh mereka untuk beristirahat.

“Tidak apa lagi pula bau ini harus selesai dalam empat hari jadi kita harus benar-benar bekerja extra. Kau cukup mencari bakalnya saja oke.”

**

Selama tiga hari ini Saghara -benar sibuk bahkan dia tidak sempat untuk sekedar melihat keadaan Raya. Ada banyak urusan yang harus Saghara selesaikan secepatnya dan itu menyangkut masa depan banyak orang.

Saghara memasuki rumahnya dengan terburu-buru. Tadi saat dia masih di kantor salah satu orang suruhannya mengabari jika tawanan pentingnya itu melarikan diri.

“Bagaimana bisa kalian lalai hanya menjaga satu orang gadis saja!” murka Saghara sambil membanting salah satu vas bunga yang ada di sana.

“Maaf tuan kami salah.”

“Apa kalian pikir dengan minta maaf dia bisa kembali hah!” sarkas Saghara. Semua orang suruhan Saghara yang ada di sana hanya diam. Mereka takut jika melihat Saghara murka seperti ini.

“Cepat cari dia!” titah Saghara yang langsung di angguki para orang suruhannya itu.

Saghara berjalan mondar mandir tidak tenang. Jika sampai gadis itu berhasil maka semua rencana yang dia susun akan kacau. Dan itu semua tidak boleh terjadi. Rencana itu sudah jauh-jauh hari Saghara siapkan dan dia tidak mau jika semuanya sia-sia.

Bukannya dian di rumah Saghara malah ikut mencari gadis itu. Dia harus memastikan bahwa gadis itu benar-benar sudah dapat.

“Sialan!” maki Saghara saat mobil yang dia kendarai tiba-tiba mogok.

Tanpa berpikir panjang Saghara berlari-lari kecil ke arah sorum mobil yang ada di sebalah jalanan. Saghara langsung membeli mobil tidak peduli jika semua surat-suratnya belum di urus.

Mobil putih yang baru saja di beli Saghara langsung melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Tujuannya hanya satu menemukan gadis yang selama ini menjadi kunci utamanya untuk mendapatkan Raya.

Saghara tersenyum devil saat melihat Dina yang tengah berlari karna di kejar-kejar orang suruhannya. Ah sepertinya dewi keberuntungan berpihak padanya.

Tapi tunggu Dina berlari ke arah jalanan tanpa melihat ada mobil yang sedang melaju dengan kecepatan laju.

Brak!

Darah bercucuran di mana-mana.

**

Raya merasa perutnya keroncongan sepertinya makan roti di temani dengan green tea choco cocok untuk makanannya siang ini. Raya berjalan menuju salah satu Cafe yang ada di seberang butik. Cafe itu sudah menjadi langganan Raya semenjak bekerja di butik milik Ayu.

Sesudah memesannya Raya duduk di kursi panjang yang ada di bawah pohon beringin dekat jalanan. Tempat itu sangat dingin dan nyaman untuk beristirahat sejenak. Baru saja Raya ingin menyesap minumannya seseorang yang berlari dari depannya membuat Raya kaget dan menumpahkan minuman miliknya.

“Dina!” kaget Raya saat melihat bahwa Dina yang berlari di hadapannya dan dia tengah di kejar oleh dua orang laki-laki berbadan besar.

Raya berlari berlawanan arah. Dia tahu jalan potong agar segera bertemu dengan Dina. Dan benar saja sekarang jarak Raya lebih dekat dengan Dina yang ingin menyeberangi jalan. Tapi tunggu ... ada satu mobil dari arah kanan yang melaju dengan kencang dan sepertinya rem mobil itu blong.

Dina yang memang tidak melihat kanan kiri berlari begitu saja tanpa tahu jika bahaya sedang mengintainya.

“Awas!” teriak orang-orang yang ada di sekitar sana.

Bruk!

Terlambat teriakan mereka semua tidak ada gunanya. Badan itu terpelanting cukup jauh dan darah berceceran di mana-mana.

**

Tbc.

Jodoh Tak Terduga [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang