Saghara berjalan mondar mandir di depan ruangan tempat Ayu di rawat tadi. Dia berharap semuanya baik-baik saja.
“Arrgh!” kesal Saghara dan meninju tembok yang ada di hadapannya.
“Kenapa aku bisa seceroboh ini!” frustrasi Saghara menjambak rambutnya.
“Dengan suami, pasien?” tanya dokter yang baru saja keluar.
“Iyah Dok saya sendiri,” jawab Saghara cepat.
“Kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi kami tidak dapat menyelamatkan janin pasien.”
Deg!
Saghara langsung terjatuh ke lantai. Bibirnya pucat dan air mata yang sedari tadi dia tahan jatuh juga. Baru dua minggu yang lalu dia bahagia karena mengetahui kabar kehamilan Ayu dan sekarang dia harus kehilangan anak yang bahkan belum lahir ke dunia.
“Apa rumah sakit ini tidak punya fasilitas yang lengkap hah!” bentak Saghara sambil menarik kerah baju dokter tadi.
“Sabar tuan ini semua sudah kehendak dari tuhan,” ucap sang dokter menenangkan.
“Aku tidak peduli lihat saja aku akan menutup rumah sakit ini.”
Saghara berjalan linglung ke arah ruang inap Ayu. Pemandangan yang pertama kali Saghara lihat adalah Ayu yang tengah duduk dengan pandangan kosong. Perlahan Saghara duduk di kursi yang ada di samping brankar Ayu.
“Apa kau, puas?”
Saghara diam dia tahu saat ini pasti kondisi Ayu benar-benar terpuruk. “istirahatlah kau pasti lelah.”
Ayu menggeleng dia merubah posisi duduknya menjadi miring tepat ke arah Saghara. Ayu menggenggam erat tangan Saghara sambil menatap penuh harap.
“Saghara selama kita menikah aku belum pernah meminta apapun kepadamu. Kali ini a ... aku ingin meminta sesuatu kepadamu.” Saghara menggeleng dia tahu apa yang ingin Ayu minta. Dan permintaan Raya itu tidak akan pernah bisa di kabulkan Saghara.
“Ayu aku minta maaf karna terlalu egois. Selama ini aku hanya memikirkan diriku sendiri,” lirih Saghara dengan air mata yang terus menerus menetes.
“Enggak kamu gak salah. Yang penting kamu harus bisa mengembalikan anakku. Selama ini sa ... saat kamu pergi dari rumah dan selalu meninggalkanku hanya dia yang menjadi temanku Ghara. Jika dia pergi aku harus dengan siapa.” Frustrasi Ayu sambil menjambak rambutnya sendiri.
“Ayu jangan kayak gini kamu lampiasin sakit kamu ke aku aja. Ayo pukul aku biar aku juga merasakan apa yang kamu rasakan.”
“Enggak! Aku Cuma mau anakku kembali lagi. Kamu boleh siksa aku sepuasmu tapi aku mohon kembalikan dia Saghara dia berharga untukku!” teriak Ayu sambil turun dari brankarnya dan berjalan ke arah pintu.
“Ayu!” teriak Saghara saat melihat Ayu yang keluar dari ruang inapnya dengan berjalan tertatih tatih.
“Ayu tunggu!” teriak Saghara sambil mencekal tangan Ayu.
“Lepas! Aku tau kamu pasti memberikan anakku kepada Raya ‘kan!” sarkas Ayu dan terus berjalan.
“Anak Bunda kamu di mana sayang, sini sama Bunda kamu pasti haus, ‘kan?” teriak Ayu seperti orang gila. Mencari ke seluruh penjuru ruangan.
“Jangan kayak gini Ayu aku mohon,” isak Saghara sambil memeluk Ayu.
“Lepas! Aku mau mencari anakku Saghara pasti dia kedinginan kasihan dia.”
Saghara menggeleng di ikuti dengan air mata yang semakin deras. Hatinya benar-benar hancur saat melihat Ayu seperti itu.
Saghara dan Ayu memang menikah sejak dua bulan yang lalu. Pernikahan mereka yang di dasari perjodohan membuat Saghara bersikap semena-mena kepada Ayu. Dia selalu saja melampiaskan rasa marahnya kepada Ayu. Terlebih saat Saghara tahu bahwa Raya cinta pertamanya menikah dengan Andre yang notabennya musuh Saghara sejak SMA di situlah puncak penderitaan Ayu semakin menjadi-jadi. Di hati Saghara hanya ada Raya, Raya dan Raya. Ayu hanya sebagai pelampiasan emosi dan dendam Saghara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Tak Terduga [End]
Romance"Apa kau sudah selesai menilai ku!" sarkas bos baru itu. Sontak Raya langsung tersadar dari lamunan panjangnya. "Eh maaf Pak." "Apa kau sadar kau sudah terlambat selama satu jam lewat tiga menit empat puluh detik!" "Iyah Pak, maaf saya sadar saya be...