Cepat Sembuh Sayang

94 7 1
                                    

Bruk!

Terlambat teriakan mereka semua tidak ada gunanya. Badan itu terpelanting cukup jauh dan darah berceceran di mana-mana.

Saghara yang berada di dalam mobil membeku melihat korban yang tertabrak itu. Darahnya berhenti seketika, tubuhnya melemas seperti tidak memiliki tulang.

“Ra ... Raya,” lirih Saghara.

Sementara Dina tidak peduli saat ada orang yang berkorban demi menyelamatkan nyawanya. Dina malah pergi dan kabur dari tempat kejadian. Orang-orang yang melihat itu langsung datang mengerumuni Raya untuk menolongnya. Iya, yang tertabrak adalah Raya. Saat dia melihat ada mobil yang melaju bukannya berteriak untuk mengingatkan Dina dia malah mendorong gadis itu agar selamat. Dan sekarang malah nyawanya yang terancam.

“Raya!” teriak Saghara sambil menembus kerumunan itu dan langsung memeluk Raya.

“Sa ... sakit Ghara,” lirih Raya terbata-bata.

“Enggak kamu harus ku ... kuat kita bakalan ke rumah sakit.”

Raya tersenyum tangannya yang lemah itu menghapus air mata Saghara yang menetes. Ini adalah kali pertama Raya melihat Saghara menangis. Dan itu karna dirinya.

Uhuk!

“Raya!” teriak Saghara saat Raya batuk mengeluarkan darah dan tidak sadarkan diri.

**

Andre berlari terburu-buru menuju rumah sakit tempat Raya di rawat. Tadi Ayu memberitahunya bahwa Raya kecelakaan. Andre yang saat itu tengah rapat langsung pergi begitu saja dia tidak peduli jika kliennya membatalkan kerja sama mereka. Yang terpenting untuk saat ini adalah Raya.

Bugh!

“Apa yang kau lakukan ke sini bajingan!” sarkas Saghara.

Andre yang mendapat serangan tiba-tiba tersungkur ke belakang. Dia memegang sudut bibirnya yang sedikit sobek akibat pukulan Saghara yang begitu kuat. Tapi, bukannya menjawab Andre malah mendekati Ayu untuk menanyakan keadaan Raya.

“Bagaimana keadaan Raya?” tanya Andre.

Ayu menggeleng lesu. “dari tadi belum ada dokter atau perawat yang keluar dari ruangan itu.”

“Tapi bagaimana bisa Raya kecelakaan?”

“Itu semua karna adik kesayanganmu itu. Raya rela mengorbankan nyawanya untuk perempuan berhati iblis seperti Dina. Harusnya Raya biarkan saja Dina yang tertabrak!” bukan Ayu yang menjawab itu melainkan Saghara.

“Apa sebenarnya salah Dina padamu. Kenapa kau sangat membencinya,” lirih Andre. Untuk saat ini dia tidak ingin berdebat dengan Saghara.

“Itu bukan urusanmu!” sarkas Saghara.

“Tap---“

Ceklek!

Pintu ruangan tempat Raya di rawat terbuka menampakkan sosok dokter yang tadi memeriksa Raya.

“Bagaimana keadaan Raya dok?” tanya Andre cepat.

“Keadaannya cukup parah. Benturan di kepalanya cukup keras sehingga menyebab banyak darah yang keluar. Tapi untung saja rumah sakit ini punya stok darah yang cocok untuk pasien. Tadi, pasien sempat koma tapi untung saja dia bisa melewatinya,” jelas sang dokter.

“Apa aku boleh melihatnya dokter?” tanya Andre antusias. Dan dokter itu mengangguk pertanda iya.

“Apa yang kau lakukan?!” geram Saghara.

“Dia istriku apa ada masalah?” tanya Andre balik.

“Di---“

Belum sempat Saghara menyelesaikan perkataannya Andre sudah lebih dulu masuk ke dalam ruang inap Raya.

**

Posisi terberat dalam hidup adalah saat kita terpuruk tapi tidak ada satupun orang yang paham akan perasaan kita. Mereka semua menganggap seakan-akan kita adalah manusia yang paling bersalah tanpa pernah menanyakan alasannya. Dunia terlalu kejam untuk manusia lemah seperti kita.

Terkadang mereka tidak sadar bahwa kata-kata mereka sangat-sangat melukai perasaan. Tapi, mereka tidak pernah terima saat kita membalikkan kata-kata sadis yang pernah mereka lontarkan kepada kita.

Orang selalu menilai hanya dari satu sudut pandang. Terkadang mereka tidak sadar bahwa perkataan mereka bisa membunuh seseorang.

Andre duduk di samping brankar Raya. Gadis itu masih setia terpejam dengan impus di tangannya. Menggenggam erat tangan itu sambil sesekali menciumnya.

“Apa untuk bisa bahagia bersamamu itu berlebihan. Hanya hal sederhana itu yang aku inginkan tapi mengapa sepertinya sangat begitu sulit.”

“Maaf untuk penderitaan yang kamu rasakan selama menikah denganku. Bukannya bahagia kamu malah semakin menderita,” lirih Andre. Tidak terasa air matanya jatuh begitu saja.

Rasa cintanya kepada Raya begitu besar tidak ada kata-kata yang tepat untuk bisa mengungkapkan betapa takutnya Andre kehilangan Raya. Tapi, semua orang menganggap jika Andre menikahi Raya hanya untuk main-main.

“Bangunlah, Raya. Aku sangat takut melihat keadaanmu yang seperti ini. Aku lebih suka melihatmu yang cerewet.”

“Kau boleh menghukumku ta ... tapi bukan seperti ini caranya.”

“Ayo Raya kamu boleh menamparku atau maki aku sepuas hatimu,” ucap Andre sambil mengarahkan tangan Raya ke pipinya.

Andre benar-benar kacau dampak Raya memang begitu besar terhadap dirinya.

Tangan kekar Andre beralih ke perut Raya mengusapnya dengan lembut dan tersenyum.

“Aku harap akan ada malaikat kecil yang tumbuh di sini.”

Cup!

Andre mengecup dahi Raya cukup lama. “cepat sembuh sayang.”

**

“Kenapa wajahmu sangat, pucat?” tanya Saghara saat melihat Ayu yang duduk di depan ruang inap Raya dengan keadaan pucat.

“Apa pedulimu!” ketus Ayu dan memegang perutnya yang sakit.

“Apa kau belum makan dan minum vitaminmu, hah?” tanya Saghara kesal dan duduk di samping Ayu.

“Bukan urusanmu. Pergilah bukankah kau masih banyak urusan yang harus kau selesaikan. Raya mantan kekasihmu itu sedang sakit pasti kau sangat khawatir pergi dan urus saja dia!” sarkas Ayu.

“Kita sudah pernah membahas tentang ini Ayu dan aku harap kau bisa paham.”

“Terserahmu saja!” ketus Ayu dan pergi meninggalkan Saghara. Tapi, baru saja tiga langkah Ayu sudah menjerit kesakitan sambil memegangi perutnya.

“Aakhh!” teriak Ayu.

“Ayu!” pekik Saghara saat melihat Ayu yang sudah terjatuh di lantai.

“Se ... selamatkan anakku,” lirih Ayu sambil memegang kuat bahu Saghara melampiaskan rasa sakit yang sedang dia rasakan.

Saghara semakin gelagapan saat melihat ada darah yang mengalir dari kaki Ayu.

“Anakku.”

**

Tbc.

Jodoh Tak Terduga [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang