Saghara Adiguna Sauqi

95 6 0
                                    

“Aku merindukanmu,” lirih Raya sambil memeluk laki-laki tadi.

Laki-laki tadi tidak kalah erat memeluk Raya. Dia mencium dalam-dalam aroma rambut Raya yang dulu menjadi favoritnya. Aroma yang beberapa tahun ini sempat hilang.

“Saghara,” lirih Raya.

Saghara melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Raya dan mendaratkan satu kecupan hangat di kepala Raya.

“Maaf membuatmu menunggu selama tujuh tahun.”

Raya menggeleng lantas dia kembali memeluk Saghara rasanya dia benar-benar merindukan laki-laki ini. Raya menangis sesenggukan di dalam pelukan Saghara. Dia ingin menumpahkan semua bebannya dan ingin menceritakan tujuh tahun kehidupannya tanpa Saghara.

“Kurang ajar!” desis Andre dan langsung menarik kerah baju Saghara.

Bugh!

“Berani sekali kau menyentuh calon Istriku!” emosi Andre sambil mencengkeram kuat kerah baju Saghara.

“Calon, Istri?” ulang Saghara sambil menatap tidak percaya ke arah Raya.

“Ma ... Maaf Ghara,” lirih Raya sambil menatap wajah Saghara. Dia tahu bahwa saat ini pasti Saghara sangat kecewa kepadanya.

“Kau tidak salah Raya akulah yang salah karna meninggalkan selama tujuh tahun tanpa kabar apa pun.” Saghara berdiri dan merapikan jasnya yang sempat berantakan akibat ulah Andre.

“Aku berjanji akan merebutmu kembali sekalipun kau sudah menikah dengan dia.” Saghara menatap remeh ke arah Andre. Kemudian dia menepuk bahu Andre.

“Raya tetap milikku sekalipun kau menjadikan dia sebagai istrimu. Dari dulu kau selalu kalah dariku camkan itu.” Setelah mengatakan itu Saghara pergi meninggalkan butik milik Ayu.

**

Saat ini Andre tengah mengantarkan Raya untuk kembali pulang ke rumahnya. Sejak kejadian di butik tadi Raya lebih banyak diam.

“Ini bukan jalan ke rumahku,” ucap Raya heran.

“Sebentar lagi kita akan menikah banyak hal yang harus kita persiapkan. Jadi aku ingin kau tinggal bersamaku agar kita bisa mempersiapkan semuanya bersama-sama,” jelas Andre.

“Baiklah.”

“Jika kau tidak suka dengan pernikahan ini aku bisa membatalkannya. Lagi pula surat undangannya belum tersebar.” Andre mengatakan itu dengan berat hati. Tapi mau bagaimana lagi semenjak Saghara datang sepertinya Raya lebih mengharapkan laki-laki itu.

Raya menggeleng. “tidak perlu. Aku ingin melanjutkan pernikahan ini saja.”

“Jika kau hanya terpaksa dengan pernikahan ini lebih baik dibatalkan saja.”

“Dari awal kau sudah memaksaku ‘kan jadi untuk apa kau menanyakan perasaanku. Itu tidak perlu lagi pula Saghara hanya bagian dari masa laluku.”

Andre menghembuskan nafas lelah dia benar-benar membenci laki-laki yang bernama Saghara itu. Dari dulu, dia selalu saja merebut semua kebahagiaan Andre.

**

Hari ini akan menjadi momen yang paling bersejarah bagi Andre dan Raya. Karna hari ini adalah hari pernikahan mereka. Pernikahan mereka terbilang sederhana. Bertema indoor dengan nuansa pink and white. Yang di bagian atasnya terdapat beberapa hiasan bunga. Tempat pernikahan mereka diadakan di salah salah satu hotel milik Andre.

Beberapa menit lagi ijab qobul akan di mulai. Dan Andre tak henti-hentinya menyeka keringat yang bercucuran dari dahinya.

“Gila baru kali ini gue lihat seorang Andre Wijaksana segugup ini,” ejek Rio--- sahabat Andre.

“Diam lo!” bentak Andre tidak suka.

“Eh btw om Tio, gak datang?” tanya Rio sambil mengedarkan pandangannya mencari letak Tio.

“Gak penting juga. Yang penting mama gue datang,” balas Andre acuh tak acuh.

“Terus keluarga si Raya, gimana?” penasaran Rio.

“Gue udah jeblosin mereka ke penjara,” jawab Andre santai.

“Gila! Jadi walinya si Raya siapa!” kesal Rio.

Mengapa Andre sangat begitu bodoh!

“Gak peduli.”

**

“Wahh kau sangat cantik dengan pakaian ini.” Puji Ayu saat melihat kecantikan Raya yang sangat luar biasa saat memakai pakaiannya.

“Ini semua juga berkatmu kau yang sudah membuatkan aku baju ini. Terima kasih banyak.”

“Tidak masalah. Kalau begitu ayo turun.” Raya menggeleng.

“Aku grogi.”

Tok tok!

Ternyata itu adalah Mawar. Di tersenyum hangat ke arah Raya. Kemudian langsung memeluk Raya yang beberapa menit lagi akan menjadi menantunya itu.

“Kau cantik sekali.” Puji Mawar.

“Terima kasih Tante,” ucap Raya.

“Kenapa masih memanggil Tante? Panggil Mama saja.”

“I ... Iya Ma.”

“Baiklah ayo turun.”

Andre tidak henti-hentinya memandang ke arah Raya yang baru saja turun dengan ibunya itu. Raya terlihat sangat ... Cantik. Bahkan mata Andre tidak berkedip sampai Raya duduk di sebelahnya.

“Kau cantik,” ucap Andre tanpa sadar.

“Te ... Terima kasih.” gugup Raya.

**

“SAH!”

“Alhamdulillahhirobbil alamin.”

Percayalah saat itu juga air mata Raya dan Andre turun secara bersamaan. Andre yang bahagia karna sudah sah memiliki Raya di mata hukum maupun agama. Dan perjuangannya selama sepuluh tahun ini terbayarkan sudah. Soal rintangan yang akan melanda rumah tangga mereka itu urusan belakang. Yang terpenting Raya sudah sah menjadi istrinya.

Andre dan Raya saling menyematkan cincin di jari manis mereka. Setelah itu Raya mencium punggung tangan Andre untuk pertama kalinya serta Andre yang mencium dahi istrinya itu. Hangat. Itu yang di rasakan Raya saat Andre mencium dahinya.

Pasangan pengantin baru itu naik ke atas pelaminan untuk berfoto serta menyambut para undangan yang datang untuk mengucapkan selamat.

Andre melirik ke arah istrinya itu yang kelihatannya seperti sudah kelelahan.

“Apa kau kelelahan?” tanya Andre.

“Iya. Kakiku sangat sakit karna berdiri berjam-jam menggunakan high heels.”

“Apa kau bisa menunggu sebentar hanya ada beberapa tamu lagi yang akan datang.” Raya mengangguk dan melanjutkan untuk menyalami beberapa tamu undangan yang merupakan kolega bisnis Andre.

“Ciee gak jomblo lagi,” ledek Rio sambil berdiri di tengah-tengah Andre dan Raya.

“Berisik!” kesal Andre sambil mendorong Rio agar menjauh dari mereka. Dan setelah itu Andre merangkul posesif pinggang Raya.

“Anjir! Dulu aja pas sedihnya ke gue. Nangis-nangis pas tau ternyata Raya udah pacaran sama Saghara.”

“Maksudnya?” heran Raya.

“Lupakan saja dia itu memang sudah gila karna kelamaan jomblo.”

“Berani ngehina gue lagi. Gue bocorin nih rahasia lo selama ini!” ancam Rio sambil tersenyum mengejek.

“Pergi lo!” usir Andre sambil mendorong Rio agar turun dari pelaminan.

Tamu berikutnya benar-benar membuat mata Raya hampir saja keluar dari tempatnya. Sadar atau tidak dia meremas kuat lengan Andre. Menyalurkan rasa takutnya.

Andre yang paham mencoba memberikan ketenangan pada raya dengan menggenggam tangan Raya yang ada di lengannya itu.

“Semua akan baik-baik saja aku janji.”

**

Tbc.

Jodoh Tak Terduga [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang