•••
Gesekan kertas, suara pensil terjatuh serta bunyi khas dari jam yang telah mati karena kehabisan baterai. Gema ketukan sepatu terdengar, membuat orang orang menoleh karena fokus mereka menjadi terganggu.Sang pelaku utama menyadarinya, seketika menghentikan gerakan kaki yang resah sembari menghela nafas gusar.
Suasana kelas saat mengadakan kuis tak setegang ini, percayalah, hanya saja perpaduan dari dosen killer serta hasil tes yang akan membantu banyak terhadap nilai- tentu membuat kumpulan mahasiswa di sana mengerjakannya dengan sungguh sungguh.
Sepuluh menit terlewat, tak ada satu pun orang yang berdiri karena masih sibuk berkutat dengan soal soal objektif di hadapan.
Ya setidaknya kondisi itu masih sama sampai beberapa detik ke depan.
Jisung melingkari jawaban terakhir dari lembar kertas kecil yang tadi dibagikan, mengambil tas lalu segera bangkit tanpa memeriksa ulang. Pemuda menggemaskan itu lantas berjalan ke depan guna menyerahkan jawabannya kepada dosen yang mengawas, langkahnya disaksikan oleh beberapa orang yang menoleh karena penasaran.
Entahlah, lelaki manis itu tak terlalu fokus, ia hanya ingin segera keluar dari ruangan lalu menepikan diri ke tempat biasa.
Tanpa mempedulikan anak anak yang lain, Jisung langsung membawa tungkai mungilnya menyusuri lorong yang cukup sepi. Cahaya mentari pagi menyoroti dari kaca dengan noda di beberapa bagian, tak cukup menyilaukan sehingga si manis masih bisa sesekali menoleh ke arah luar.
Jalan setapak, gedung fakultas lain serta taman universitas. Jisung berjalan seorang diri, mengundang perhatian dari mahasiswa lain serta membuat burung burung kecil terbang menjauh karena kehadirannya.
Mengulas senyum simpul serta menjawab sapaan dari beberapa teman kampus, pada akhirnya Jisung bisa sampai di bagian samping fakultas teknik, tempat yang tak terlalu menarik sehingga jarang yang menghabiskan waktu di sana.
Sempurna, Jisung bisa mendapat ketenangan meski sesaat. Pribadinya memang sedikit lebih pendiam dan penyendiri dibanding Minho, membuat lelaki manis tersebut terkadang ingin menghindari siapapun dalam hidupnya.
Menginjak rumput gersang karena tak dirawat dengan baik, Jisung lantas menerobos ilalang yang kian tinggi setiap harinya, berjalan beberapa meter kemudian melemparkan tas lalu memanjat pohon layaknya tupai, melompat melewati tembok universitas sebelum akhirnya mendarat di gundukan tanah.
Ini memang cukup gila, namun karena letak yang terpencil membuat siapapun tak bisa menyaksikan aksi barusan. Sejauh ini Jisung masih aman.
Menarik sudut bibir menciptakan lengkung yang cukup lebar, si manis kemudian mendudukkan diri di space yang diteduhi oleh sebuah pohon besar, batangnya ditempeli parasit sehingga beberapa daun justru menjuntai ke bawah. Benar benar teduh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Me [Minsung]
FanfictionBanyak orang mengatakan bahwa tak ada yang salah dengan cinta. Hanya saja, kepada siapa dan untuk apa perasaan itu bermuara- maka cinta bisa saja dikatakan sebagai sebuah dosa. "Hidup emang lucu, tapi hal itu gak bisa ngebuat aku ketawa. Terlebih s...