14 | Hati Yang Tak Terucap

957 193 56
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Jam delapan malam, kedua remaja tersebut berakhir duduk di pinggir trotoar sembari menikmati jagung di genggaman. Tadi Minho memilih untuk menepikan mobil ketika melewati area street food yang menjual makanan makanan lokal dengan harga terjangkau.

Sebenarnya perut tak terlalu lapar karena mereka sudah sempat menyantap kepiting bakar di mall, namun karena yang lebih tua ingin menghabiskan waktu sedikit lebih lama, pada akhirnya Minho mengambil keputusan sepihak yang untungnya tak terlalu ditentang oleh sang adik.

Dan begitulah, sedikit menyulitkan pejalan kaki yang lewat, mereka sibuk bercengkrama serta menggerogoti makanan manis yang sudah dibeli tadi.

"Tadi penampilanmu keren banget Ji."

Mendengar pujian barusan membuat si manis mengulas senyum simpul, cukup jarang ia tampil di depan umum padahal skill yang Jisung miliki tak bisa dianggap remeh. Anak itu hanya menjadi pelengkap di klub musik kampus, kalaupun ada acara atau event, biasanya lelaki virgo tersebut hanya akan ikut pentas ketika sudah tak ada anggota yang tersisa.

"Makasi kak."

Entah itu ucapan yang keberapa kali hari ini, namun rasanya Jisung tak bisa berhenti mengatakan. Minho seolah membuat impian kecil Jisung menjadi terwujud.

"Iya sama sama." yang lebih tua menjawab singkat, sibuk menggigit butir jagung sembari memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang di hadapan mereka.

Keadaan malam kota tak terlalu gelap, banyak penerangan dari lampu lampu yang terpasang di berbagai sudut. Lima belas meter dari tempat mereka duduk pun terdapat area dengan banyak penjaja, bolham bolham yang terpasang turut menjadi penerang kala itu.

Asap dari arang yang digunakan untuk membakar jagung tertiup ke arah mereka, samar samar perihnya memang sedikit menganggu, namun rasanya baik Minho atau Jisung enggan beranjak dari tempat semula.

Tak lama kemudian Minho selesai lebih dulu. Sisa jagung itu ia masukkan ke dalam plastik, sengaja dikumpulkan menjadi satu supaya mudah membuangnya nanti.

"Eh kakak udah selesai? Bentar kak." Jisung menoleh ke samping, sedikit terkejut kala melihat Minho yang sudah menghabiskan makanan sedangkan jagung di genggamannya bahkan masih tersisa setengah.

"Pelan pelan aja Ji, kakak tungguin."

Tak terlalu menghiraukan, buru buru Jisung menggerogoti makanan kekuningan yang ia pegang, cara makannya persis seperti hewan pengerat bernama tupai, membuat kedua pipi yang memang sudah gembil- kini tambah mengembung.

Tanpa sadar Minho sudah memperhatikan sang adik dengan lekat. Pandangannya nampak teduh, seolah memuja paras si manis dalam diam.

Entahlah, Minho sendiri juga tak tau dan tak ingat kapan perasaan menyimpang miliknya mulai tumbuh. Semua berawal dari rasa sayang sebatas saudara yang kemudian ia biarkan berkembang menjadi sebuah dosa indah.

Brother Me [Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang