•••
Kursi tunggu stasiun kereta, jam bundar antik yang tergantung di langit langit, dan suara decit nyaring kala roda bergesekan dengan rel.
Jisung memperhatikan itu semua, duduk seorang diri sembari menunggu kereta keberangkatan yang akan mengantarnya ke stasiun dekat kampus.
Pemuda dengan topi baseball putih berisi tiga ring di ujungnya itu seketika berdiri ketika transportasi umum yang dimaksud telah tiba. Melangkah bersamaan dengan penumpang lainnya sehingga pintu masuk terasa sesak karena harus berdesakan, secepat mungkin Jisung mencari tempat untuknya berpegangan karena seluruh kursi sudah terisi penuh.
Jam pulang sekolah memang membuat suasana menjadi padat, cukup bodoh karena memilih menaiki kereta alih alih membawa kendaraan pribadi ke kampus. Namun begitulah, si manis hanya merasa malas untuk menyetir.
Pintu kereta mulai tertutup, membiarkan seorang wanita paruh baya menjadi penumpang terakhir yang masuk. Suara annoucement terdengar, memberi tanda jika transportasi tersebut akan segera berjalan.
"Silahkan duduk bu."
Jisung yang semula menatap pantulan diri dari jendela berbentuk persegi panjang di sebelah, kini menggulirkan ekor mata ke arah lain, menyaksikan seorang pemuda yang menyerahkan kursinya kepada penumpang tadi. Tak ada yang terlalu menarik memang- jika saja sosok tersebut tak berdiri di sebelah si tupai lalu mulai mengajaknya berbicara.
"Mahasiswa Universitas U?" suara yang terlontar terdengar halus, tak terlalu keras karena takut mengganggu penumpang yang lain.
Jisung seketika mengalihkan perhatian sembari menyerngitkan kening, mengangkat wajah guna menatap lelaki dengan senyum manis serta mata serupa rubah, "Tau darimana?"
Terkekeh pelan, si lawan bicara lantas memiringkan tubuh, menghadap penuh ke arah Jisung sembari tetap berpegangan pada gantungan kereta di atas sana.
"Gue mahasiswa jurusan teknik di sana dan beberapa hari lalu gue liat lo manjat tembok di samping gedung fakultas."
Pemuda berpipi gembil itu nampak cukup terkejut, sungguh, Jisung pikir tak akan ada orang yang menyaksikan aksi bar bar tersebut. Memasang wajah biasa dengan sedikit pancaran panik yang terlihat, si tupai hendak membuka suara guna meminta sosok di sebelah untuk menjaga rahasia.
"Tenang aja, gue gak bakal bilang siapa siapa. Ngomong ngomong gue Jeongin, anak jurusan teknik semester dua, lo?" pemilik manik rubah itu dengan cepat menyela, seolah telah mengetahui apa yang ingin Jisung katakan.
Jujur saja ia merasa tak terlalu nyaman, namun akan sangat tidak sopan jika mengabaikan pertanyaan barusan begitu saja. Maka dari itu, mencoba sebisa mungkin mengakrabkan diri, Jisung lantas menjawab.
"Lee Jisung, jurusan bisnis internasional semester empat."
Pemuda yang mengaku sebagai Jeongin itu nampak mengangguk semangat. Sebenarnya dia cukup tertarik dengan Jisung, bukan dalam artian asmara, namun semenjak ia melihat sosok tersebut melompat melewati dinding universitas, si rubah menjadi ingin untuk sekedar berkenalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Me [Minsung]
FanfictionBanyak orang mengatakan bahwa tak ada yang salah dengan cinta. Hanya saja, kepada siapa dan untuk apa perasaan itu bermuara- maka cinta bisa saja dikatakan sebagai sebuah dosa. "Hidup emang lucu, tapi hal itu gak bisa ngebuat aku ketawa. Terlebih s...