•••
Suara detik jam yang terpasang di ruang tengah menjadi pengiring langkah Jisung untuk pergi ke dapur. Tengah malam ini ia tiba tiba terbangun disertai dengan rasa kering ditenggorokan, membuat si manis mau tak mau harus rela berpisah dengan hangatnya kasur barang sejenak.
Merasa pandangan sedikit terhalang akibat gelapnya suasana apartemen, sembari meraba tembok di sebelah, Jisung lantas menekan saklar lampu dengan pendar cahaya yang terasa sedikit menyilaukan mata.
"Kak Minho?"
Kaki mungil itu terhenti, bilah ranumnya bergumam pelan ketika manik bulat tersebut menangkap sosok sang kakak tengah meringkuk di sofa ruang tengah. Kenapa si tampan justru terlelap di sana?
Buru buru berjalan ke dapur lalu meneguk segelas air, Jisung lantas memutar langkah yang semula hendak kembali ke kamar- menjadi mendekati yang lebih tua.
Minho memang selalu seperti ini, pulang tanpa ia ketahui lalu pergi tanpa pemberitauan. Kedua pemuda tersebut sangat jarang bertemu akhir akhir ini.
Padahal ada segudang kata rindu serta hal yang ingin ia sampaikan, namun melihat bagaimana manik elang itu yang terpejam damai, Jisung memilih untuk mengurungkan niat.
Berjongkok di hadapan sang kakak sembari diterpa deru nafas teratur milik Minho, Jisung sibuk termenung memperhatikan paras yang entah kenapa nampak begitu sempurna. Hidung bangir yang khas, bulu mata lentik yang menghiasi sepanjang garis tegas di kelopaknya, bibir tipis nan lembut, surai sehitam arang serta rahang tegas yang seolah menggoda siapapun untuk mengelusnya.
Ah, Jisung memang sudah sadar sejak kecil jika kakaknya adalah sosok yang sangat tampan, namun baru kali ini fakta tersebut mampu membuat jantungnya berdebar seperti orang orang di luar sana.
"Kakak kenapa tidur di sini?" Jisung menggumam pelan, membawa tangan guna menyingkap pelan surai yang sedikit menutupi wajah menawannya.
Ia tak mendapati jawaban apapun, tentu saja, Minho masih asik terlelap dalam tidur.
Lalu anggaplah Jisung gila, karena ketika si manis menatap lengan sang kakak yang terjulur begitu saja di tepian sofa, tanpa diminta pikiran pikiran kotor seketika menghampiri.
Kenapa sebuah handjob bisa begitu mengganggu seseorang?
Merasa penasaran, dengan nekat Jisung meraih telapak hangat tersebut, beringsut mendekat lalu menjilat bibir yang mendadak terasa kering.
Jisung sedikit bertimpuh, mengarahkan tangan sang dominan untuk sejajar dengan kejantanannya. Bukan apa apa, Jisung hanya lah anak polos yang tengah penasaran dengan kenikmatan yang baru pertama kali ia rasakan.
Bungsu keluarga Lee itu sempat berhenti sebentar, merasa ragu ketika jarak antara telapak Minho dengan miliknya hanya tinggal beberapa senti.
"Oke, gue cuma mau mastiin aja." menggumam dalam batin, Jisung lantas menelan ludah gugup sebelum akhirnya benar benar memajukan pinggang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Me [Minsung]
FanfictionBanyak orang mengatakan bahwa tak ada yang salah dengan cinta. Hanya saja, kepada siapa dan untuk apa perasaan itu bermuara- maka cinta bisa saja dikatakan sebagai sebuah dosa. "Hidup emang lucu, tapi hal itu gak bisa ngebuat aku ketawa. Terlebih s...