•••
Sore hari Jisung nampak duduk termenung di kantin fakultas. Telinganya tersumpal earphone, tangan sibuk mengaduk spageti di hadapan serta pandangan mengarah pada botol minuman di atas meja. Ia tengah sibuk memikirkan peristiwa beberapa malam lalu.
Setelah kejadian sang kakak yang hampir menyetubuhinya, hubungan kedua pemuda tersebut menjadi sedikit renggang. Minho nampak menghindarinya, mencari cari alasan serta aktifitas guna mempersingkat waktu yang dihabiskan di apartement.
Jisung juga tak jauh berbeda, ia masih merasa canggung. Jadi ketika tak sengaja berpapasan dengan Minho, lelaki manis itu akan refleks menghindar sembari merutuk dalam hati, mempertanyakan kenapa tungkai mungil itu justru melangkah menjauh.
Namun percayalah, di balik itu semua, Jisung masih sering menunggu kepulangan sang kakak yang cukup larut. Tak jarang ia sampai ketiduran. Jika si manis sudah mendengar suara pintu apartement terbuka, maka baru lah sosok berpipi gembil itu dapat tertidur dengan nyenyak. Pemuda yang aneh.
"Hhh..." hela nafas terdengar, Jisung memalingkan pandangan, kembali mendapat fokus lalu beralih untuk menghabiskan makan siang.
Kejadian demi kejadian yang berlalu membuat pikirannya menjadi sering tak fokus, bahkan tadi dosen yang mengajar merasa sedikit keheranan ketika mendapati Jisung yang tak ikut mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan.
Bukan apa apa, sosoknya hanya tengah terbebani serta berusaha mencari cara untuk memperbaiki keadaan. Sungguh tak lucu jika mereka akan terus terusan merasa canggung padahal di sisi lain keduanya harus tinggal di bawah atap yang sama.
Suara ketukan jari dengan irama random terdengar, lelaki menggemaskan itu kembali kehilangan fokus meski mulutnya tengah sibuk mengunyah makanan kenyal dengan bumbu tomat serta parutan keju.
Pertanyaan pertanyaan seperti 'gue harus ngapain?' 'gimana cara ngobrol duluan sama Kak Minho?'atau sekedar 'gue gak boleh kabur lagi kalau ketemu kakak.'-berputar di kepala. Sampai tanpa sadar, lagu yang terdengar kini berganti menjadi instrumen yang telah ia kerjakan sejak lama.
Lantunan melodi yang terputar serta keresahan yang dihadapi merupakan perpaduan pas untuk menggali ide ide supaya muncul ke permukaan. Tanpa diminta, potongan potongan lirik datang secara acak di kepala.
Semenjak catatat liriknya dibakar, pemuda manis itu tak pernah membayangkan jika dirinya akan membuat satu lagu yang utuh. Padahal awalnya ia berniat untuk membuat instrumen saja tanpa lirik. Namun begitu bait demi bait mulai menyerang rungu seolah berlomba ingin didengarkan lebih dulu, buru buru Jisung mengeluarkan buku dari dalam tas.
Sekelebat ingatan membawanya pada penggalan pertama lagu yang sempat terpikirkan ketika menepi di balik tembok fakultas. Tulisan yang semula hanya sebaris, kini berubah menjadi sebuah paragraf dengan kalimat kalimat yang tertata rapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Me [Minsung]
FanfictionBanyak orang mengatakan bahwa tak ada yang salah dengan cinta. Hanya saja, kepada siapa dan untuk apa perasaan itu bermuara- maka cinta bisa saja dikatakan sebagai sebuah dosa. "Hidup emang lucu, tapi hal itu gak bisa ngebuat aku ketawa. Terlebih s...