•••
Hari ini aula universitas nampak dipenuhi oleh beberapa orang yang tergabung dalam kepanitiaan acara Dies Natalis kampus. Mereka tengah dibagi ke dalam beberapa sie untuk menghandle kegiatan yang berlangsung nanti.
Jisung tentu turut serta di sana, ia sudah menyanggupi ajakan sang kakak beberapa minggu lalu. Dan begitulah, setelah terdaftar sebagai panitia seminar yang akan mengurus acara diskusi terbuka di hari keempat, lelaki manis tersebut kini akan mulai disibukkan dengan agenda agenda yang harus disiapkan.
Ada sekitar tiga narasumber yang diundang, tentu perencanaan perlu dibuat sematang mungkin supaya meninggalkan kesan baik. Belum lagi segala kemungkinan memusingkan yang bisa saja terjadi, seperti halangan untuk datang yang diberitau secara mendadak, keterlambatan dan berbagai hal lain. Mereka harus siap dengan semua itu. Begitu merepotkan, salah satu alasan kenapa Jisung malas terlibat kegiatan jika tak diwajibkan.
"Jadi hasil rapat kita hari ini seperti yang saya sampaikan barusan, jika ada yang tidak dipahami, bisa langsung menghubungi ketua sie masing masing." Jihyo selaku sekretaris lantas mengedarkan pandangan ke arah rekan rekannya, mengangguk singkat lalu kembali mendudukkan diri ketika dirasa tak ada pertanyaan.
Sang presiden mahasiswa lantas memainkan pena di tangan, memutar mutarnya pelan lalu menulis entah apapun itu dalam kertas yang dibawa.
"Informasi informasi terkait akan dishare di grup, mohon kerja samanya untuk kelancaran acara nanti." Chan berucap tegas namun santai di saat bersamaan, suasana rapat tak terlalu tegang tapi tentunya diikuti dengan serius oleh mahasiswa mahasiswi tersebut. Pemuda pucat itu memang memiliki aura pemimpin yang kental.
Karena tak ada yang perlu dibahas lagi untuk sekarang, Chan lantas memutuskan untuk mengakhiri rapat. Lagipula ini sudah siang, mungkin mereka sudah lapar kembali karena hanya disuguhkan segelas air putih saja.
"Baiklah hanya sekian untuk rapat hari ini. Silahkan rekan rekan sekalian kembali melakukan aktifitas masing masing, acara bebas."
Mendengar ucapan tersebut, satu persatu dari mereka keluar meninggalkan aula, tentu dengan beban yang kian bertambah di kepala. Kegiatan dies natalis masih beberapa bulan lagi namun mereka sudah mulai diserang oleh pekerjaan dari sekarang.
Jisung tak langsung pergi, ia masih berbincang dengan koor sie seminar karena gadis tersebut meminta nomor ponselnya supaya nanti bisa dimasukkan ke dalam grup.
Tak terlalu lama, akhirnya mereka berpisah. Si manis tak terlalu dekat dengan siapapun, hal yang cukup untuk menjadi alasan kenapa sosok mungil itu berjalan sendirian diantara banyaknya orang.
Begitu melangkah mendekati pintu aula, secara tak sengaja maniknya menangkap kehadiran sang kakak yang cukup jauh. Namun begitu manik mereka saling bertubrukan hampir sedetik lamanya, dengan cepat Minho langsung memalingkan pandangan lalu menghampiri Chan yang tengah berjalan menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Me [Minsung]
FanfictionBanyak orang mengatakan bahwa tak ada yang salah dengan cinta. Hanya saja, kepada siapa dan untuk apa perasaan itu bermuara- maka cinta bisa saja dikatakan sebagai sebuah dosa. "Hidup emang lucu, tapi hal itu gak bisa ngebuat aku ketawa. Terlebih s...