•••
"Je, biar gue anter pulang aja."
Sang pemilik nama seketika menoleh, menghentikan langkah yang baru saja hendak menuruni tangga di depan perpustakaan kota.
"Gue bawa motor sendiri."
Hyunjin tetap keras kepala, "Pokoknya gue anter. Tunggu bentar."
Beralih ke Felix, Jisung serta Minho yang masih berdiri diam menyaksikan interaksi mereka berdua, sosok berbibir tebal itu lantas mengeluarkan kunci motor dari dalam saku celana lalu menyerahkannya ke si koala.
Sontak saja hal itu membuat Felix menyerngitkan kening bingung.
"Fel, lo gak apa kan pulang sendiri lagi? Bawa aja motor gue ya, gue mau merjuangin hati." Hyunjin berucap menggebu, namun tak cukup keras sehingga Jeongin belum mampu mendengarnya.
"A-ah tapi Hyun-"
"Please Fel sekali ini aja. Sorry banget gue gak jadi nemenin lo makan siang, kapan kapan gue traktir sumpah. Ini kesempatan gue buat nembak Jeongin."
Apa sosok tampan itu benar benar tak menyadari perasaan yang ia simpan untuknya?
Merasakan genggaman Hyunjin semakin mengerat pada telapak tangan, Felix akhirnya mengangguk pasrah, mengambil kunci yang si tampan serahkan lalu menahan air mata supaya tak jatuh.
"Iya iya, good luck Hyun, semoga berhasil."
Untuk pertama kali, Felix merasa begitu sakit ketika melihat senyum yang Hyunjin ulas kali ini. Menghancurkan hatinya sampai bagian terkecil.
Lalu pada akhirnya Hyunjin benar benar pergi, meninggalkan Felix yang langsung dipeluk oleh Jisung. Anak itu menangis, tepat ketika pemuda Hwang tersebut menghilang dengan si rubah.
━━━━━━━━━ ⍣⍣ ━━━━━━━━━━
b r o t h e r m e
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━"Itu bengkel gue kak." Jeongin tiba tiba berucap cukup keras, membuat Hyunjin tersentak kaget bahkan motor kendaraannya menjadi sedikit oleng.
Mengalihkan pandangan sekilas, dapat si tampan lihat sebuah bangunan cukup besar dengan rolling door di depannya. Jelas saja tempat itu tengah tutup, pemiliknya sedang ia bonceng di belakang.
Menikmati sensasi jatuh cinta serta berkeliling di bawah terik yang menyengat, Hyunjin nampak sudah tak waras karena sibuk senyum senyum sendiri memikirkan rencananya setelah ini. Untung saja Jeongin tak menoleh ke spion, jika tidak, mungkin satu geplakan akan Hyunjin dapatkan di kepala.
"Je." Hyunjin memanggil ketika merasa jalanan sudah tak sepadat tadi. Setidaknya apa yang ia ucapkan masih bisa didengar oleh yang lebih muda.
"Kenapa kak?" Jeongin yang tengah dibonceng sontak saja sedikit mendekatkan wajah, membenarkan letak helm sembari menajamkan pendengaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Me [Minsung]
FanficBanyak orang mengatakan bahwa tak ada yang salah dengan cinta. Hanya saja, kepada siapa dan untuk apa perasaan itu bermuara- maka cinta bisa saja dikatakan sebagai sebuah dosa. "Hidup emang lucu, tapi hal itu gak bisa ngebuat aku ketawa. Terlebih s...