tiga

3 3 0
                                    

°𝓱𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓻𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰°


Hari ini adalah hari minggu
Hari minggu adalah hari libur
Hari libur adalah saat bagi Kana melepas penat, tapi boong. Gabisa gabisa soalnya kalau Libur Kana malah kelayapan bukannya rebahan.

Tapi tidak untuk hari ini. Dirinya akan disibukkan dengan kegiatan membersihkan rumah. Karena sudah berhari-hari tidak begitu diperhatikan oleh Kana.

Kana memulai dari menyapu lantai, mengepel, mencuci piring, mencuci pakaian dan hal-hal lain layaknya seorang ubab.

Layaknya ubab ubab pada umumnya, Kana juga mendengarkan musik sambil membersihkan rumahnya. Tak lupa juga berjoget-joget ria. Emang agak gesrek tu anak. Tapi ya gapapa lah ga ada yang liat.

Baru bilang kaga ada yang liat, eh si bocil malah nyelonong masuk rumah dan ikut joget-joget bersama Kana.

"Heh, gua lempar sapu tau rasa lo. Masuk-masuk malah joget. Untung rumah gue ga ada orang. Perlu dirukiyah dulu keknya." Cerocos Kana sembari menggelengkan kepala. Dia lagi cosplay jadi emak-emak.

"Muka gue keliatan peduli?" Tanya Raga tak tau diri. Dia kemudian berjalan melihat-lihat hal yang dibersihkan Kana, masih ada sisa debu kah dibenda yang ditinggalkan.

Kana memutar bola matanya malas, melanjutkan aktivitas nya yaitu melipat baju yang kemarin ia cuci.

Saat akan mengambil baju, Kana tak sengaja mengambil jaket pemberian Darren beberapa waktu lalu. Dirinya teringat belum mengembalikan jaket tersebut.

Segera dirinya menyambar kardigan lalu berlari keluar rumah tanpa menghiraukan Raga yang berteriak memanggil nama Kana
"Kaya orang gila lama-lama." Gumam Raga keheranan. Oh iya, pasal dirinya yang kemarin agak sensitif pada Kana sekarang sudah kembali normal lagi.

Disisi lain Kana sudah sampai di sekitar jembatan tempat bertemunya dia dan Darren. Siapa tau nongol lagi kan si dadar gulung. Tapi masih kemungkinan, kalau ga ada Kana sia-sia dong kesini. Tunggu bentar bisa lah ya.

Sudah sepuluh menit Kana berdiri, namun si dadar belum muncul juga. Perlukah Kana mencari rumahnya.

"Kak, pacarnya Bang Darren ya."

"Eh." Kana terkejut mendengar tuturan bocah 7 tahun yang baru berdiri didepannya.

"Yakan? Ngaku deh." Ungkap anak itu lagi.

"Ngga dek, seriusan deh." Ucap Kana membantah.

"Tapi itu jaketnya dibawa."

"Yaallah, gini ya dek. Gua kaga tau nama lo nih jadi panggil dek aja. Sebenernya tadi gue pungut ni jaket dari jalan mau gue balikin ke yang punya." Alibi Kana.

"Boong dosa ga si, tapi ni bocah nethink duluan." Kana menggigit bibir bawahnya. Sepertinya dia menyesal telah berbohong.

"Jelas dosa lah."

Kana dibuat terkejut dengan suara berat Darren yang sepertinya sudah menguping pembicaraan mereka berdua.

"Kok dia tau si, padahal gue ngomong di ati."
Lanjut Kana, masih dalam hati juga.

Seperti bisa mendengar suara hati Kana. Lagi -lagi Darren berkata, "gue bisa denger apa yang lo omongin."

"Bohong." Elak Kana.

"Dih, ngga bohong kok. Gue ga bilang bisa denger omongan lo dihati."

Iya juga ya, duh Kana malu-malu in emang. Ogeb sekali bundaaa....
Pulang deh pulang aja. Dunia sedang tidak baik-baik saja.

Our BluesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang