dua belas

4 0 0
                                    

°𝓱𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓻𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰°


Kana sangat merasa jengkel, hari ini dia dihukum untuk membersihkan gudang. Akibat mengambil kunci gudang secara diam-diam. Harus nya Miola juga ikut bertanggung jawab mengingat dia yang menyuruh Kana. Tapi lihat, anak itu saja tidak muncul dari pagi. Kalaupun dia dihukum pasti lebih ringan dari Kana atau bahkan hanya Kana saja karena kekuasaan orang tau Miola.

Dengan pergerakan yang malas Kana  menyapu lantai gudang, sangat kotor karena tidak pernah terpakai. Dia juga menata barang-barang yang berserakan.

"Akhirnya bersih juga." Kana tersenyum, sembari menghapus keringat dia merasa lega sekarang.

Selepas mengembalikan alat kebersihan, Miola masuk dan menutup pintu gudang.

Kana sudah menatap sinis Miola. Lihat dia baru muncul saat semuanya sudah selesai.
"Gue nyesel bantuin lo, sedangkan lo nggak rugi apapun." Sarkas Kana, dia sudah tak tahan dengan sikap Miola.

"Mulai sekarang kita berhenti." Lanjutnya, berniat pergi keluar lengan Kana ditahan oleh Miola.

"Lo belum tahu alesannya Kana." Cegah Miola, ekspresi nya berganti sendu.

"Gue tau pun gak ada pengaruhnya buat gue. Lebih baik gue ga tau apa-apa." Kana tak peduli lagi, dia melepas tangan Miola darinya.

"Zerico meninggal."

Deg....

Kana sangat terkejut, dia hanya diam ditempat. Tak tahu harus berbuat apa. Zerico adalah mantan pacar Kana sewaktu SMP, dia selalu menemani Kana apapun keadaannya. Mereka putus setelah dua bulan masuk SMA. Kana tidak pernah bertemu Zerico setelah itu. Dan ya, Zerico adalah kakak dari Miola.

"K-kenapa bisa?" Tanya Kana, walaupun sudah berstatus mantan tetap saja Kana pernah memiliki masa indah bersama Zerico.

"Dia dibunuh." Jawab Miola yakin.

"Apa?" Kana semakin tak paham apa yang terjadi.

"Tiga bulan lalu dia meninggal, kematiannya disembunyiin. Polisi bilang dia bunuh diri, tapi gue gak percaya. Akhirnya gue cari tahu dan dari situ gue tahu adanya luka tembak. Ga mungkin kakak gue punya pistol. Dia juga gak punya alesan buat bunuh diri Na. Lo tau dia gimana kan." Terang Miola dengan mata berkaca-kaca. Sangat sakit mengingat kakak tersayangnya harus pergi meninggalkan dunia secepat itu.

"Tapi siapa yang bunuh dia?" Kana berusaha tenang, sejauh ini apa yang disampaikan Miola hanya sebuah opini.

"Barren."

Kana menggebrak meja yang ada di sana. Dia mengacak rambutnya frustasi. Kemudian mencengkeram lengan Miola, dia berkata. "Pemikiran lo pendek banget sih, lo belum punya bukti Barren ngelakuin semua itu. Jangan berasumsi dulu, lo harus bener-bener buktiin faktanya tolol. Kalau lo sampe balas dendam ke orang yang salah gimana?"

Miola meronta, dia menatap Kana tajam.
Selama ini Miola hanya sendirian, dia yang mencari tahu semuanya secara langsung. Namun tak kunjung menemukan sesuatu, sebenarnya Miola sangat merasa frustasi. Namun harus ia tahan sampai dia tahu siapa dibalik kematian kakaknya.

"BARREN YANG TERAKHIR KETEMU SAMA ZERICO SEBELUM DIA MENINGGAL." Teriak Miola di depan wajah Kana.

Kaki Kana melemas, dia melepas cengkraman nya. Tak kuat berdiri, dia mendudukkan dirinya di kursi. Kana memegangi pelipisnya, bingung harus melakukan apa. Dia mengetuk-ngetuk meja sambil berfikir. Barren?

"Apa alesan Barren ngelakuin itu?" Kana mendongak menatap Miola yang masih berdiri dengan wajah penuh air mata.

"Gue gak tau, karena itu gue harus cari tau. Tapi gue makin marah, dia harusnya nunjukin wajah bersalah setelah tahu Zerico meninggal. Nyatanya nggak. Makanya gue butuh bantuan lo." Miola mengarahkan rambutnya kebelakang.

Our BluesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang