enam

5 3 0
                                    

°𝓱𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓻𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰°

Hai hai selamat pagi

Mari bersama mulai hari

Inilah sedapnyaa teh sarimurni

"Eh gaboleh sebut merk." Kana berucap pada dirinya sendiri. Beginilah selera lagunya, memang agak normal. Saat ini Kana sedang menyiapkan tas nya. Berhubung sudah selesai ujian semester dia hanya akan membawa beberapa barang saja. Mungkin ponsel dan satu buku tulis beserta bolpoin.

Tak sengaja tangan Kana menyenggol tumpukan beberapa buku tulis yang ada dimeja. Sebuah buku terjatuh dan terbuka memuat halaman berisi beberapa tempelan kolom tanda tangan orang tua.

Dirinya tersenyum singkat, lalu mengambil buku tersebut. Kana berjalan menuju sebuah foto yang tertempel di dinding. Menghadap foto tersebut Kana berujar. "Om, inget nggak? Dulu om janji mau bikin Kana ketemu sama orang tua aku. Tapi sampe sekarang pun aku nggak tau mereka. Mereka inget aku nggak ya. Harusnya sebelum Om pergi kasih tau aku dulu." Matanya mulai berkaca-kaca. Tidak bisa menahan lagi, Kana mulai meneteskan air mata. Dirinya memeluk buku tersebut sambil menangis sesenggukan.

Jam sudah menunjukkan pukul 06.49
Kana segera menenangkan dirinya. Membasuh muka lalu berlari keluar rumah menuju rumah Raga.

Memasuki rumah Raga ternyata dia masih sarapan. Padahal dia harus mengantar Kana dahulu. Entah jam berapa bocah itu akan tiba disekolah nanti.

"Raga kok lo belom siap. Telat tau rasa lo." Dumel Kana seraya mendudukan diri di kursi dapur.

"Suka-suka gue lah." Jawab Raga cuek, pasalnya dia masih menikmati sarapan ini. Nanti kalau dimakan buru-buru bisa tersedak. 

"Gue tinggal deh." Kana berdiri berniat berangkat sendiri.

Dengan segera Raga menghalangi Kana.

"Ehh bentaran napa, dikit lagi udah nih." Ucap Raga dengan mulut masih terpenuhi makanan.

Kana menyengir kembali ke tempat duduk dan mengambil roti milik Raga. Butuh beberapa detik saja Kana melahap habis roti tersebut.

"Udah habis yeyyy, berangkat yok!" Seru Kana.

"Anjir roti gue." Raga hanya bisa pasrah lalu mengambil tas dan kunci motor nya.

Kana memakai helm dengan tenang. Walaupun agak kesusahan dikit dia masih bisa mengatasinya. Soalnya kepala Kana agak kecil jadi kalau pake helm gimana gitu.
Masih berusaha Kana mulai terusik dengan Raga yang sedari tadi mengamati nya.

Apa ada yang aneh?
Perasaan Kana makan nggak cemot kok.
Apa dia kebalik pake helm nya....
Nggak nggak,

"Heh." Kana melambai-lambai kan tangan di hadapan Raga.

"Bocah napa lagi lu? Beneran telat deh ini." Ujar Kana dengan nada kesal. Bahkan Raga masih tetap diam dan terus memperhatikan Kana.

Yaudahlah Kana hanya bisa menunggu, semoga Raga cepet sembuh dari diemnya ini.

"Lo abis nangis?"

Yakkk tak dung tak dung....

Bener banget tebakan Raga.

Padahal Kana udah selesai nangis dari tadi masih aja ketauan.

Kana jadi sedih lagi, dia memang tidak bisa menyembunyikan sesuatu dari Raga. Karena Raga akan selalu mengetahuinya. Sehingga jika benar-benar ada rahasia Kana akan menutup rapat hal tersebut sampai Raga tidak mengetahuinya.

"Kana jawab." Ucap Raga dingin.

"Hah enggak kok, sok tau lo. Bilang aja mau merhatiin gue yekaannn." Kana berusaha menutupi kebenarannya. Padahal dia bisa jujur, entah mengapa dia merasa sulit untuk menceritakan apa yang dia rasakan.

"Jangan bohong."

"Ck, gapercayaan."

"Emang."

Sudah, Kana menyerah semakin kesini dia ingin menangis lagi.

"Yaudah iya, puas lo."

"Kenapa lo nangis? Cerita sama gue atau kita nggak berangkat sekolah."

"Aaaa....iya iya g-gue kangen sama papa lo. Dia katanya janji mau ketemuin gue sama orang tua..." Kana tidak bisa melanjutkan lagi. Dia menutup matanya agar air mata ini tidak turun lagi.

"Bahkan sampe sekarang gue nggak tau orang tua gue Raga. Gue nggak bisa....gue capek."

Mendengar penuturan Kana, hati Raga merasa hancur. Seperti ada pisau yang menusuk hatinya. Dia tahu Kana bukan orang yang lemah, saat melihat dia menangis rasanya Raga juga tak sanggup.

Bagaimana Kana bisa menahan itu selama ini.

Raga menghembuskan nafas, "Kana liat gue!"

"Nggak mau." Tolak Kana, dia menghapus air matanya.

"Oke, tapi dengerin gue ngomong. Papa nggak lupa sama janji nya. Lo harus inget itu!"

"Hhhh, udahlah. Lupain semuanya."

"Lo mau kemana?"

"Gue bolos, silahkan berangkat sendiri!" Ucap Kana sambil melepas lagi helm nya. Dia benar-benar tidak ingin bersekolah hari ini.

"Gak!" Tahan Raga.

"MAU LO APASIH." Teriak Kana frustasi.

"Lo gak boleh nyerah, buktiin lo bisa baik-baik aja. Dan selalu cerita sama gue apapun masalah nya. Sekarang lo harus sekolah, lo pasti bisa Kana."

"Gak semudah itu cil. Lo nggak ngerti."
Tak mau belama-lama lagi Kana pergi meninggalkan Raga menuju rumahnya.

Kana langsung masuk ke kamar dan menguncinya. Dia akan tidur, sebenarnya Kana tidak suka menangis. Sebagai gantinya dia akan tidur untuk melupakan semua masalah nya.

Terdengar dari luar Raga mengetuk pintu kamar Kana. Namun dia abaikan, merasa sedikit terganggu dia menutup telinga dengan bantal.

"Kanaa buka pintu nya!"

"Woiiii."

"Kana."

"Kana! Lo gak buka gue dobrak anjing!"

Raga frustasi, dia menyisir rambut ke belakang. Mondar-mandir dan bingung harus melakukan apa. Dia memilih duduk untuk menenangkan diri juga.

Raga mengambil ponselnya lalu mengetikan pesan pada wali kelas Kana. Terpaksa Raga harus berbohong kalau Kana sakit. Dia tidak mau Kana mendapat masalah jika bolos sekolah.

Our BluesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang