°𝓱𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓻𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰°
Kana memandang Raga lekat, dia sedang mencoba membaca pikiran cowok. Matanya makin menajam agar segera tahu sesuatu.
Semakin lama, Kana hanya bisa menghela nafas. Dia membuka ponselnya, mencari informasi dari google.
Apa kemampuan seorang laki-laki
Dirinya benar-benar heran, kenapa laki-laki selalu mudah mendapatkan informasi apapun. Seperti halnya Barren, gak ada yang kasih tau loh kalau dia dituduh Miola bunuh Zerico. Apa emang Barren yang bunuh, makanya tau.
"Raga." Panggil Kana pada orang yang habis ia tatap lama.
"Apa?" Raga hanya menjawab santai, dia bahkan tidak sadar sedari tadi diperhatikan Kana. Mata dan raganya tetap terfokus pada layar ponsel.
"Apa semua cowok punya keahlian cari informasi ya?" Kana sambil menatap keatas, membayangkan beberapa hal.
"Enggak tau." Ketus Raga.
"Cowo ga sih?" Sindir Kana, dia jengah dengan kelakuan anak ini. Udah pake rumah Kana buat tempat ngegame, nggak tau waktu pula.
Jadi Raga itu gak boleh main game sama mama nya, soalnya dia gak pernah inget waktu. Dia pun diem-diem ngegame nya.
Kenapa Kana setuju?
Ya karena ada imbalannya lah.Mendengar penuturan Kana, Raga menurunkan ponselnya.
Dia menatap Kana, "gue cowo dan gue punya bakat cari info. Terus gue gak tau cowo lain kaya gimana. Cari tau aja satu-satu, wawancara mereka. Nah abis itu lo bikin kesimpulan."Kana menelan savila nya, "buset dah lu pikir gue segabut itu."
"Yaudah."
Raga menghentikan aktivitas nya. Setelah itu mematikan ponsel lalu melemparkan hp tersebut.Dengan sigap Kana berusaha menangkap. Untung gak jatoh, "ck, malesin."
"Haha, eh ayo keluar!" Ajak Raga membangkitkan semangat Kana. Tau aja lagi bosen dirumah.
"Tapi boleh nggak."
"Gue kan udah SMA, bukan bocah lagi."
"Iya iya belagu."
Mereka beranjak pergi, belum membuat rencana mau kemana. Yang penting jalan dulu aja.
Kana memasukkan tangan ke saku jaket, dia menatap langit yang sangat indah dihiasi bintang-bintang bersinar.
"Raga."
"Apa?"
"Kenapa kita jalan kaki?"
"Karena..." Raga menggantungkan kalimatnya.
"Karena?"
"Gue gak kuat boncengin lo kalau naik sepeda." Jawab Raga dengan wajah tanpa dosa. Dia menyengir sampai tercetak senyum dibibirnya.
Sementara Kana, sudah siap untuk membunuh Raga. Dia seperti banteng yang mengamuk sekarang.
"Ragaaaa ihh." Kana menggembungkan pipinya. Menatap Raga tajam. Dia menggerakkan tangannya untuk memukul Raga, tapi teringat sesuatu.
"Tapi tangan lo juga di usahain kalem dikit napa."
"Tapi tangan lo juga di usahain kalem dikit napa."
"Tapi tangan lo juga di usahain kalem dikit napa."
Kana terngiang-ngiang ucapan Darren waktu kemarin. Ohiya, dia harus menjaga tangan. Okeee Kana biasa in tangannya yang kalem ya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Blues
Teen FictionDia memejamkan mata, membiarkan semilir angin menerpa wajahnya. Untuk sesaat Kana merasa sejuk, hatinya menjadi tenang. Namun, tangan Kana menghangat akibat genggaman seseorang. Belum sempat membuka mata dirinya sudah ditarik jatuh oleh orang itu. ...