°𝓱𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓻𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰°
Sejak tadi Barren merasa risih sampai tak fokus menggiring bola.
Tau nggak kenapa?
Karena ada kucing, kaga cing.
ADA MIOLA TUH NUNGGUIN BARREN MAEN.
Apa Barren yang kegeeran, tapi untuk siapa lagi Miola akan menonton futsal.
Sebelum benar-benar membuyarkan fokusnya. Barren memilih berhenti, dia berjalan kearah Miola yang sudah tersenyum manis kepadanya.
"Lo kenapa sih?" Tanya Barren gusar.
Suara Barren yang sampai ditelinga Miola, membuat gadis itu makin tersenyum. Gatau juga kenapa senyum, emang senyum salah ya. Nggak kan!
"Bentar."
Dia menarik nafas pendek, mengganti ekspresi menjadi biasa saja. Tak lupa juga merapihkan poni yang diterpa angin. Oh ya tali sepatu nya juga lepas, dibenerin dulu.Sementara Barren menatap jengah, mau ngomong aja seribet itu. Perasaan yang ngomong kan mulut. Kenapa disangkutin ama ekspresi, poni dan tali sepatu.
Miola menegakkan badan, mengulurkan tangannya pada Barren.
"Nih air, katanya minta gue yang ngasih.""Itu lo yang ngomong deh kemarin, ngga gue iyain."
"Dihh masa?"
Tanpa aba-aba, Barren menarik tangan Miola. Karena tak ada persiapan tubuh nya terhuyung kedepan. Untung saja tidak jatuh, kalau jatuh sudah pasti Barren akan dia makan idup-idup.
"Santai aja tai, gua bisa jalan sendiri. Sakit tau."
Ucapnya sambil melepas cekalan Barren. Masalahnya itu Barren megang tangan Miola yang memar, gimana coba rasanya. Mana kasar banget narik nya.Barren berhenti, sikapnya yang kurang banyak bicara membuat suasana menjadi tidak santai.
"Kenapa sih? Ga mau ya didengerin banyak orang."
"Nih." Tidak menjawab pertanyaan Miola, dia memberikan sesuatu pada cewek didepannya ini.
Miola menautkan alis bingung, dikasih salep? Miola tau ulang tahunnya beberapa bulan lagi, tapi ya kalau kasih hadiah ga gini amat.
"Gue ga lagi ulang taun." Balas Miola jutek.
Tapi hal itu membuat Barren tertawa. Dia menempelkan jidat pada dahi Miola.
"Gak waras ternyata." Tuturnya masih tertawa."Enak aja, ya jelasin kek ini buat apaan." Merasa geram, Miola memukul lengan Barren.
Barren mendatarkan ekspresi nya.
"Bukan gue yang bunuh kakak lo.""Buktinya?" Miola tersenyum sinis, eh miris. Padahal ini belom dikasih tau loh kalau dia nuduh Barren kok udah tau aja. Dia juga belum melaksanakan balas dendam. Kalau udah kek gini yang ada gagal semua rencana Miola.
"Lo nanya bukti? Emang lo ada bukti juga?"
Jleb, nah loh makanya dipikir dulu kalau mau ngomong. Keliatan makin bego kan.
"Ya engga sih, maka dari itu gue cari buktinya."
"Gue ga ada alesan buat habisin dia." Imbuh Barren, dia serius mengatakan ini.
"Yakin?"
"Hm."
"Bukannya situ marah karena bokap gue udah celakain orang tua lo? Dan sekarang nyokap lo koma dirumah sakit?"
![](https://img.wattpad.com/cover/272964950-288-k577806.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Blues
Teen FictionDia memejamkan mata, membiarkan semilir angin menerpa wajahnya. Untuk sesaat Kana merasa sejuk, hatinya menjadi tenang. Namun, tangan Kana menghangat akibat genggaman seseorang. Belum sempat membuka mata dirinya sudah ditarik jatuh oleh orang itu. ...