sebelas

4 2 0
                                    


°𝓱𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓻𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰°


Pagi-pagi buta Darren sudah membuat Kana kesal. Iya kemarin dia minta tolong sama Darren buat gandain kunci. Tapi ya enggak sepagi ini lah. Padahal Kana belum mandi, sarapan, bersihin rumah.

"Sekarang masih jam tujuh Darren. Lo kok udah kesini sih."

"Loh, katanya mau minta tolong. Nanti kalau siang tu orang udah tutup."

"Yaudah gue siap-siap dulu."

"Hm." Jawab Darren santai. Saat ini dia sedang duduk dan melihat isi rumah Kana. Dari kemarin sepi terus, apa Kana tinggal sendirian.

"Kana."
Darren menoleh mendapati seorang cowok yang berumur tak jauh berbeda darinya. Kemudian cowok tersebut berjalan dan duduk didepan Darren. Kenapa kesannya kek berhadapan sama calon mertua ya.

Raga terus saja melihat Darren. Tanpa mau berbicara dia hanya menatap dan mengamati  orang asing ini.

"Eh kenapa sih? Diliatin mulu, risih gue." Darren berterus terang, memang tak nyaman diperhatikan seperti itu.

"Lo siapa?" Tanya Raga pada akhirnya.

"Temennya."

"Kana orang gila, jangan ditemenin." Ujar Raga pelan agar Kana tidak mendengar.

Darren terkekeh, "Kana denger abis lo sama dia."

"Makanya gue gak kenceng ngomong nya. Kecuali lu aduin ke dia."

"Gak lah yakali."

"Lo bukan temen sekolah Kana kan? Gue gak pernah liat dia ada temen."

"Iya, kita beda sekolah."

Bersamaan dengan itu, Kana keluar. Dia menatap Raga dengan ekspresi penuh pertanyaan.

"Gue mau keluar, ntar kuncinya gue titipin di rumah lo! Ayok sekarang berangkat." Kana berjalan duluan.

"Dia yang kemaren lo bilang habis ketemuan? Haha mampus lo abis ini gue aduin." Sahut Raga sambil tertawa jahat.

Otomatis Kana berbalik lalu membungkam mulut ember Raga.
"Heh, diem lu adit."

Raga meronta meminta Kana melepas tangannya.

"Gak bisa napas woi." Keluh Raga, Kana langsung melepaskan tangannya dari mulut Raga.

"Makanya punya mulut dipake ngomong yang bener."

"Yaudah sih kalau enggak. Napa lu ribet."

Darren yang melihat itu hanya bisa tertawa, dia tidak paham mereka membahas apa. Apa yang Kana bilang pada Adit. Kenapa dia jadi aneh responnya. Udahlah mungkin urusan keluarga.

"Hah udahlah, gue pergi deh. Males sama lo." Ucap Kana dengan melemparkan kunci rumahnya pada Raga.

"Jangan lupa dikunci!"

Darren berjalan menyamai Kana.
"Adit siapa lo?" Tanya Darren hingga Kana berhenti berjalan.

"Adit siapa?"

"Itu tadi yang ada di rumah lo."

"Namanya Raga anjrit bukan Adit."

"Lah tadi lo panggil Adit."

"Eh masa? Kapan?" Kana jadi mengingat-ingat. Kok Adit, kapan dia manggil gitu.

Oh, astaga.
Ternyata tadi waktu nutup mulut Raga.

"Ohh inget, tadi gue salah manggil. Hehe.."

"Pikun ya, kasian masih muda padahal."

Our BluesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang