Sebagai perempuan modern yang sukses dalam karier, dijodohkan adalah sesuatu yang sangat konyol dalam hidupku. Tapi ketika aku mulai mengenalnya apakah aku sanggup untuk mengubah semuanya, termasuk pandangan hidupnya tentang hubungan dan pernikahan...
Rasanya aku ingin mementung kepala Salma karena dia adalah orang yang menyebabkan diriku harus bersiap siap malam ini karena Juna akan mengajakku ngopi ditempat "anti mainstream" versinya. Bagaimana bisa saat aku mampir ke SPBU untuk sekedar pipis Salma membuka chattku dan membalas chatt Juna. Demi Tuhan, aku shock membaca chatt Juna padaku, apa yang akan dipikirkan Juna tentangku?
Pukul 19.00 WIB Juna sudah sampai di rumah dan aku melihat mobil Land Rover Discovery tahun 2021nya sudah nangkring di luar pagar rumah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku penasaran apa pekerjaan Juna hingga bisa membeli mobil itu? Tidak cuma itu, dari penampilannya Juna itu jauh dari kata mewah bahkan cenderung apa adanya. Karena malam ini aku hanya melihatnya memakai kaos dan celana training panjang. Sumpah, nggak ada keren-kerennya jadi cowok berbanding terbalik dengan mobilnya.
"Nad, udah siap?" Tanyanya ketika aku sampai di ruang tamu.
"Sudah, gini saja 'kan?"
"Iya, udah cukup begitu aja." ucapnya sambil tersenyum dan aku baru sadar ternyata benar kata Salma kalo Juna itu ganteng. Lebih tepatnya tampan berpadu dengan manis. Lesung pipinya yang samar-samar terlihat di balik jambangnya membuatnya terlihat Maco. Lama-lama bisa aku sandingkan ia dengan Nick Bateman.
"Om, Tante, Mas Adam, Juna ijin keluar dulu sama Nada dan pasti pulangnya larut banget. Bisa dini hari juga karena sekarang sudah jam 7 malam."
"Nggak usah pulang aja sekalian, biar besok pagi langsung gue seret ke KUA, 'kan Eyang bakal bahagia lahir batin kalo kalian nikah."
Aku lemparkan bantal sofa ke arah Adam.
"Sudah, Jun. Yuk, buruan kalo kelamaan nanti ketularan jadi jones kaya si Adam," kataku sambil berjalan mendahului Juna setelah mencium dan memeluk Mama dan Papa untuk berpamitan.
"Percaya sama yang sudah mau kawin, jangan lupa pelangkah gue Harley Davidson lho, ya. Restu gue mahal harganya." Aku mendengar Adam mengodaku sambil tertawa cekikikan.
"Jun, kita mau ke mana?" Aku bertanya pada Juna ketika aku sadari mobil Juna menuju ke arah pantai Gunung Kidul.
"Ngopi di tempat anti mainstream, Nad."
Aku hanya bisa mengangguk. Asli, awas aja si Salma kalo sampai Juna melakukan hal yang tidak tidak kepadaku. Jelek-jelek begini aku masih gadis. Setelah perjalanan sekitar dua jam, sampailah aku dan Juna di pinggiran jalan yang masih berbatu, gelap dan jauh dari rumah penduduk. Tapi aku yakin ini di tepi pantai karena aku masih bisa mendengar debur suara ombak pantai selatan. Sejujurnya saat ini pikiranku sudah tidak lurus, aku sudah takut Juna akan memperkosa lalu nmembunuhku dengan menjatuhkan diriku ke pantai. Malah bisa juga si Juna bakalan memutilasiku kali ini dan aku pastikan tidak akan ada saksi yang melihat bahkan bulu kudukku saja sudah berdiri saat ini.