Arjuna Harvito Widiatmaja POV
Ternyata waktu 3 bulan yang diberikan kepada kami untuk mempersiapkan pernikahan bukalah hal yang bisa aku anggap sebagai waktu bersantai. Selama kurun waktu itu, aku dan Nada harus mengurus persyaratan pernikahan, memilih konsep pernikahan dan tentunya prewedding. Mama Nada mengusulkan kami melakukan prewedding di luar negeri terutama di beberapa negara Eropa. Bagiku itu adalah suatu pemborosan, kalo kesana untuk bulan madu masih mending, kalo jauh-jauh ke sana hanya untuk foto saja, buang buang uang dan tenaga. Di sini juga banyak tempat bagus. Aku kira, aku saja yang menolak, ternyata Nada juga menolaknya. Kali ini ia sepemikirian denganku.
Akhirnya pagi ini kami melakukan foto prewedding dengan konsep yang dipilih Nada. Harus aku akui gaun yang digunakan Nada begitu pas jatuh di tubuhnya.
"Nad, gaunnya kok malah kaya gaun pengantin, ya?" Tanyaku ketika melihatnya keluar dari ruang ganti.
"Ya memang, Jun soalnya 'kan konsep baju dan make up resepsi kita besok paes ageng basahan Jogja, ya sudah biar ada foto ala-ala pernikahan internasional gitu, makanya milih pakai gaun aja lah, ya."
Aku geleng-geleng kepala mendengarnya.
"Niat banget kamu, Nad mikir sampai sana.""Haruslah karena mengimbangi kamu yang nggak pernah punya harapan dalam pernikahan kita kelak."
Kali ini giliran aku yang terdiam. Sejak kejadian di acara lamaran itu, Nada sama sekali tidak mengajak bicara padaku selama satu minggu. Semua kata maaf yang terucap dari bibirku dengan segala bahasa yang mampu di pahami manusia di dunia ini telah aku gunakan. Namun akhirnya aku harus menceritakan padanya ketika sabtu pagi aku mengajaknya sarapan bersama, baru Nada memahami semua tindakanku selama ini, kenapa aku ragu untuk menikah. Dan salah satu rahasia diriku terpaksa aku buka padanya. Memperlihatkan diriku yang sebenarnya. Diriku yang rapuh, tidak sekuat dan setegar yang terlihat.
"Nad, aku minta maaf soal kemarin." Kataku waktu itu. Nada hanya menatapku dalam. Seperti dia berusaha mencari kesungguhan dalam permintaan maafku.
"Sebenarnya aku ada masalah dengan kepercayaan apalagi sebuah hubungan dan pernikahan." Kataku melanjutkan. Nada masih diam dan terus menatapku. Seolah menunggu kelanjutan ceritaku.
"Mama Papaku berpisah ketika aku usia 6 bulan. Mama meninggalkan aku dan Papa untuk laki-laki lain, karena papa sibuk dengan pekerjaannya dan sejujurnya salah satu alasanku tidak mau menikah karena aku takut kecewa dan tersakiti nantinya. Apalagi ketika kita punya anak tetapi kita masih egois ingin menikmati hidup kita sendiri tanpa memperdulikan anak, sama seperti Mamaku yang dengan entengnya meninggalkan aku yang masih bayi. Aku nggak mampu, Nad kalo harus melalui semua itu, di sisi lain aku nggak mampu nyakitin kamu."
Aku merasakan tangan kanan Nada menyentuh tangan kiriku di atas meja. Mengelusnya pelan, membuatku merasa Nada sedang berusaha berempati dengan kondisiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
#ArjuNada (END)
ChickLitSebagai perempuan modern yang sukses dalam karier, dijodohkan adalah sesuatu yang sangat konyol dalam hidupku. Tapi ketika aku mulai mengenalnya apakah aku sanggup untuk mengubah semuanya, termasuk pandangan hidupnya tentang hubungan dan pernikahan...