Sebagai perempuan modern yang sukses dalam karier, dijodohkan adalah sesuatu yang sangat konyol dalam hidupku. Tapi ketika aku mulai mengenalnya apakah aku sanggup untuk mengubah semuanya, termasuk pandangan hidupnya tentang hubungan dan pernikahan...
Ini medan yang harus dilalui untuk kepuncak via wekas
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Semoga sedikit banyak memberikan gambaran ya ..
Selamat membaca 🤗
Sharenada Raharja POV
Kami mulai berjalan menuju ke atas, dinginnya malam, gelapnya hutan, bahkan suara angin yang membawa butiran pasir sampai kewajah kami. Perjalanan dalam dinginnya malam ini kami lalui dengan sesekali mengobrol, bercengkrama, dan saling bisa mengenal satu sama lain lebih jauh.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Juna masih berjalan di belakangku sambil sesekali memperingatkan untuk hati-hati atau memilih pijakan yang benar jika kami menanjak ke atas, karena aku sempat memijak pada tanah dan batu yang salah sehingga berakhir batu itu terperosok turun. Untung Juna bisa menghindar, kalo tidak sudah mandi darah aku yakin kepalanya. Medan yang di lalui memang tidak mudah, sesekali kami juga bertemu dengan para pendaki yang juga menuju ke atas atau bawah. Di gunung semua orang saling menghargai, mengenal, bahkan hartamu, uangmu tidak berarti di sini. Yang berarti adalah teman temanmu, kalian adalah satu, saling bantu membantu, lupakan soal kasta, perbedaan keyakinan, perbedaan ras atau apapun karena kalian adalah saudara ketika kalian sudah ada di gunung. Aku sangat menyukai hal itu, sesuatu yang sudah sulit di temukan di kehidupan sehari hari.
Kami beristirahat ketika berada di dekat batu gede. Kali ini kami minum bahkan camilan yang aku bawa bersama kedua temanku kami keluarkan sebagian untuk dinikmati bersama. Hitung-hitung agar beban naik ke atas lebih ringan. Kasian juga Deva setelah perjalanan hampir dua jam dia membawa tas itu, aku gantian akan membawanya nanti. Sebentar lagi menjelang subuh. Tapi udara masih dingin entah perasaan apa , tapi aku merasa nyaman dengan suasana ini.
"Nad?" Aku mendengar Juna memanggilku, lalu aku membalikkan badan menatapnya, dia sudah berdiri di belakangku, membawa roti gandum.
"Nih, makan buat tambah tenaga," Juna memberiku roti itu dan aku menerimanya.
"Makasih, ya."
"Gimana rasanya, masih sanggup atau sudah kapok?"
"Sejujurnya aku nggak kapok sih, cuma nggak nyangka aja, kalo jalan di gunung sama jalan di tempat biasa itu lain, lebih susah dan berat manjat naik ya, lebih gampang capek ... hehehe."