Arjuna Harvito Widiatmaja POV
Mengajak Nada dan teman temannya mendaki tidak membuatku kerepotan seperti dugaan sebelumnya. Bahkan Nada dan teman temannya cukup mandiri dan bisa membagi tugas mereka sendiri dari membawa tas hingga tolong menolong, hanya saja memang aku memfokuskan diriku pada Nada, karena aku harus melakukan skrining pada Nada. Aku mengakui jika Nada adalah tipe wanita yang cukup dewasa dari kedua temannya yang selalu berdebat akan hal-hal kecil. Mungkin itulah yang membuat mereka kuat bersahabat selama ini. Karena Nada adalah penengah antara Deva dan Salma. Semacam menjadi emak bagi Salma dan Deva. Sedangkan Deva dan Salma adalah pemantik api agar persahabatan mereka tidak pernah padam. Menurut Nada masih ada satu lagi sahabat laki-laki mereka, namun ia memiliki kesibukan yang teramat banyak dan jarang ikut berkumpul saat ini.
Ketika telah sampai di puncak, teman temanku memintaku berfoto bersama Nada. Ya Ampun, aku malu. Bukan karena aku berfoto dengan Nada tapi godaan dari dua curut sahabat Nada memang istimewa bila disatukan sudah seperti duo racun.
"Lo berdua mau foto KTP? Kaku amat sih. Deketan dikit kenapa sih?" seru Deva.
"Tenang aja, Jun si Nada nggak lagi positif, jangan takut deket-deket." Gantian Salma menambahi.
"Iya nih, itung-itung nyicil prewedding gitu biar anti mainstream 'kan. Prewedding-nya di kenteng 9." Saat ini giliran si Nico yang jadi kompor.
"Nggak, gue nggak mau, muka gue kucel banget. Lo pada gila apa? Kaya babu sama majikan tau gue deket sama Juna gini. Mempermalukan dunia persilatan."
Nada sudah sewot di sebelahku. Aku mengakui Nada memang terlihat sangat kucel. Berbeda dengan teman temannya yang hoby sekali berswafoto di Merbabu kali ini. Nada sama sekali tidak terlalu berminat. Bahkan aku harus mengambil fotonya diam-diam dan itupun dari belakang. Pantas saja teman temanku dulu ngiler melihat body-nya. Body Nada memang sungguh menggoda bagi pria yang normal.
"Ya udah fotonya dari jauh aja full body, nggak close up muka. Fokusnya pemandangan." Kataku menengahi.
"Nah, gitu dong, Jun. Buruan ah, mesra dikit sama calon bini." kata Salma yang membuatku tertawa.
Mengenal Nada dan teman temannya membuat duniaku semakin sedikit semarak dengan ocehan mereka. Terbiasa hidup penuh dengan ketenangan tanpa gangguan, aku harus menyadari sejak Nada hadir di hidupku, kini hidupku tidak lagi sama. Tapi aku yakin aku tidak siap terjun ke jurang perasaanku sendiri jika pada akhirnya aku hanya akan menjadi raga yang hidup tapi seperti mati karena terluka oleh orang terkasih.
Setelah satu jam kami di sini, akhirnya kami segera turun, karena matahari sudah hampir berada tepat di atas kepala kami.
"Jun, kayanya kalo turun lewat sini enak deh , ijo gitu pemandangannya."
"Beda jalur, Nad, kalo ke situ nanti turun di Selo, deket sama pendakian ke Merapi."
"Tapi bagus, kayanya banyak edelweiss-nya."
"Iya bagus, tapi nggak boleh dipetik, apalagi di bawa turun. Bunganya dilindungi."
"Ck... Jelek-jelek gini walau bukan pendaki aku juga tau, Jun."
"Baguslah, ternyata pengetahuan kamu juga cukup luas."
"Wah, menghina banget kamu, Jun. Gini-gini aku lulusan Oxford."
"Pinter juga ya ternyata. Aku kira cuma jago masak aja."
"Aku itu paket lengkap kali. Kamu aja yang nggak nyadar."
Setelah mengatakan itu Nada berlalu meninggalkanku di belakangnya. Kami melalui perjalanan turun dengan rute yang sama seperti tadi ketika kami mendaki. Selama perjalanan dengan cahaya matahari yang cukup, perjalanan kami cukup menyita mata para pendaki laki laki yang melihat ke arah 3 perempuan yang sedang pertama kali mendaki ini. Karena mereka masih tetap memiliki pesonanya walau dalam keadaan wajah lelah, keringat menempel di baju dan debu sudah menjadi bedak mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
#ArjuNada (END)
Chick-LitSebagai perempuan modern yang sukses dalam karier, dijodohkan adalah sesuatu yang sangat konyol dalam hidupku. Tapi ketika aku mulai mengenalnya apakah aku sanggup untuk mengubah semuanya, termasuk pandangan hidupnya tentang hubungan dan pernikahan...