"Gelap..." gumamku di tengah malam ini. Sudah kesekian kalinya aku terbangun dari tidur di tengah malam, sudah jadi semacam reflek yang tertanam di kesadaran. Seperti biasa, aku terbangun menatap langit-langit kayu bilik tidurku. Mataku sudah terbiasa dengan gelapnya tempat ini, ruas-ruas kayu yang menjadi dinding bilik terlihat dengan jelas, kalau orang lain menghitung kambing untuk tidur, aku menghitung ruas-ruas dinding, haha... Walau tak membantu sama sekali.
Berbagai macam cara kulakukan untuk berusaha kembali tidur, mungkin berbaring seperti papan membuat otot terlalu kaku untuk pergi ke dunia mimpi. Aku memutar badanku ke kiri mencari posisi nyaman, mengarah ke tempat adikku selalu berbaring nyenyak dengan selimut kesayangan- "Eh? Gak ada...?"
Di tengah kegelapan bilik ini adikku tidak ada di balik selimutnya. Aku pun keluar dari pelukan selimut, dan dari bilik kamar kami. Melihat ke bilik sebelah, hanya terlihat Ibu dan Kakak terlelap di balik selimut mereka. Aku lanjut berjalan ke mulut gua. Sedikit mengharapkan melihat adikku terduduk menghirup bunga lavender di depan rumah.
"Saka..." panggilku dengan suara pelan. Suara gerakan semak-semak dari samping kiri mulut gua membalas panggilanku. Aku berjalan ke sumber suara. Karena hanya semak-semak yang bersuara, aku tak merasa masalah mendekatinya, tak mungkin monster bisa bersembunyi di dedaunan sekecil itu.
Aku terus mengucap nama adikku sambil berjalan perlahan, memastikan tak menghasilkan suara lain. Namun suara yang muncul selanjutnya bukan dari mulut atau kakiku, bukan pula dari semak-semak yang kuhampiri. Tapi dari hutan depan rumah.
Aku terdiam. Di depan gua tempat kami menetap, berdiri pohon-pohon menjulang tinggi, yang dapat tumbuh 10 sampai 15 meter tingginya. Pepohonan itu sangat rindang, bahkan di siang hari pun dedaunan kanopi hutan menghalangi sinar matahari langsung, membuat lantai hutan teduh dengan bayangan. Di tengah malam hari ini sayangnya, keteduhan bayangan tersebut hanya menyembunyikan isi hutan dari penghilatan manusia biasa. Pada saat ini pula, harus kuakui, gerakan dedaunan dari pohon mempercepat detak jantung.
Pandanganku beralih dari semak-semak ke hutan di depan. Aku bahkan berhenti memanggil Saka, berusaha berdiri sesunyi mungkin. Dedaunan pohon kembali bergoyang, aku mengarahkan pandanganku ke batang-batang pohon, berusaha melihat sesuatu yang berbeda dari yang lain, mencari suara hewan. Kalau hewan yang berdiri di sana, aku masih bisa santai.
"Haaaaaaah." Desahan lega muncul dari semak-semak tadi, diikuti dengan sosok Saka berdiri di belakangnya.
Kaget memindah pandanganku ke sang adik. "SAKA!" sahutku dengan suara bisik. "Ngapain kamu!?"
"Pipis." jawabnya sambil menunjuk ke tanah di samping semak-semak. "Kebelet banget barusan."
"Kok sendi-" Aku tersadar suaraku mulai sedikit kencang dan menenangkan diri. "Udah selesai kan? Yaudah buru ke dalem." Lanjutku sambil menunjuk ke arah rumah.
"Iya, iya ini." ucap Saka sambil berjalan ke arahku dengan wajah jengkel.
Begitu dekat denganku, aku mengikut berjalan di samping Saka menuju ke dalam gua sambil mengusap kepalanya yang baru setinggi perutku.
"Eh sekopnya ketinggalan." ujarnya tiba-tiba, secepat kilat ia berbalik badan dan berlari ke semak-semak tadi.
Saka beranjak begitu cepat, aku tidak sempat mengucapkan apapun. Tapi, melainkan memerhatikan dia yang sedang memungut sekop kayu dari semak-semak, pandanganku kembali terarah ke hutan rindang yang sebelumnya bersuara. Aku kembali berusaha melihat ke arah pepohonan itu, mencari tanda-tanda kejanggalan.
"Bang..." Tanpa kusadari Saka sudah kembali berdiri disampingku, dengan sekop di tangannya. "Ngapain? Ayo." Saka menarik lengan bajuku.
Kami sampai di bilik kami, dan Saka langsung bergegas memposisikan dirinya untuk tidur di dekapan selimut kesayangan. "Sak. Kok kamu keluar sendiri aja sih?" tanyaku sambil duduk sila di alas tidurku, di seberang Saka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arran
AdventureArran tinggal bersama keluarganya di dalam gua. Setiap hari ia harus berburu demi memberi makan keluarganya. Arran, Kak Mia, Saka dan Ibu telah tinggal di gua dalam hutan tersebut selama bertahun-tahun. Namun, rutinitasnya terganggu ketika Arran dan...