Dhiren Shankara Qeis atau biasa dipanggil Dhiren, salah satu pasien covid-19 di Wisma Nusantara, berumur 19 tahun yang sedang berjuang untuk sembuh. Tubuhnya tinggi sekitar 175 cm, kulitnya putih bersih, rambutnya yang ikal sudah mulai gondrong dan sering dikuncir, memiliki tubuh yang terbilang ideal dan memiliki otot di lengannya karena memiliki hobby pergi ke tempat gym. Aneh bukan dia bisa terkena covid-19?
Sudah menyentuh hari ke-8 (delapan) Dhiren di isolasi. Selama itu juga Dhiren sudah mengenal baik relawan atau perawat yang menanganinya di sana.
8 (delapan) hari di Wisma Nusantara membuat dirinya jauh dari keluarga dan teman-temannya. Setiap hari Dhiren mendapatkan kalimat semangat dari teman-temannya dan setiap hari juga Dhiren selalu melakukan video call dengan keluarganya.
Setiap pagi para relawan, perawat maupun dokter masih sibuk mengurus para pasien. Tepat pukul 5 pagi para perawat mengontrol pasien-pasien dan memberi banyak obat-obatan untuk diminum di pagi hari.
Suster Zena perawat yang menangani Dhiren mengetuk pintu Kamar Cendrawasih, Kamar yang di tempati oleh Dhiren. Pintu dibuka oleh Suster Zena yang memakai hazmat suit lengkap.
Setiap relawan, perawat dan dokter diwajibkan untuk memakai hazmat suit lengkap di area Wisma Nusantara agar mereka aman dan tidak tertular virus corona yang sangat mudah menular.
Dhiren menyambut baik Suster Zena yang akan mengontrol kondisi Dhiren dan memberinya obat-obatan. Tidak lupa Dhiren selalu bergegas memakai maskernya dan mulai menyapa Suster Zena ataupun orang lain yang masuk ke kamarnya.
"Hai Sus, apa kabar hari ini?"
"Kabar baik!"
Suster Zena menjawab dengan tegas, semangat dan dengan senyuman manis yang tertutup oleh lapisan masker yang dia pakai.
Ya, Dhiren yakin orang-orang baik yang senantiasa merawat pasien di sini adalah orang yang memiliki hati yang manis seperti senyumannya.
Hal itu pula sebagai bentuk semangat dan dapat menambah imun para pasien.
"Kondisi kamu sekarang gimana? Apa masih ada gejala yang dirasa?"
"Yaaa, masih gak ada rasa sih Sus kalo makan. Pusing-pusing udah agak mendingan."
"Oke deh kalo gitu ini semua obat diminum ya! Istirahat yang banyak! Jangan lupa jam 6 ikut senam di lapangan! Semangat!"
Setelah memberi Dhiren obat dan menyuruh Dhiren untuk senam pun Suster Zena bergegas keluar dan menuju Kamar Merpati yang terletak di sebelah Kamar Dhiren.
Kamar merpati, jam 3 pagi ini baru diisi oleh pasien covid-19 baru. Kysa Mannaf pasien covid-19 yang masih berumur 18 tahun. Kysa memiliki penyakit bawaan yaitu ASMA. Gejala covid-19 yang dideritanya saat ini cukup parah. Sesak, pusing, mual, tidak dapat merasakan makanan yang masuk ke dalam mulutnya dan membuatnya tidak nafsu untuk makan.
Suster Zena masuk ke Kamar Merpati dan melihat Kysa yang masih tertidur lelap. Kamar Kysa sedikit berbeda dengan Kamar yang di tempati oleh Dhiren. Oksigen dan alat-alat professional lainnya tersedia di Kamar tersebut untuk berjaga-jaga apabila terjadi hal-hal yang tidak menyenangkan.
Melihat Kysa yang masih tertidur, Suster Zena hanya dapat mengecek kondisi tubuh Kysa dengan stetoskop dan segera keluar agar tidak mengganggu Kysa yang sedang beristirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nineteen-19 [COMPLETED]
Teen FictionDhiren Shankara Qeis dan Kysa Mannaf remaja yang tengah menjalani isolasi di salah satu Wisma khusus untuk masyarakat yang terkena virus covid-19. Di tengah pandemi dan isolasi tersebut terjalin hubungan antara kedua pasien. Cinta mereka terhalang...