Dhiren dan Brian ke luar dari lift bersamaan dengan barang-barang yang Dhiren bawa pulang. Dia pun berpamitan ke pada Brian yang telah menjaganya di sana.
"Bang, gue nitip bingkisan-bingkisan ini buat Kysa, boleh?"
Tidak lupa Dhiren menitipkan bingkisan-bingkisan untuk Kysa itu ke Brian. Tanpa berpikir panjang, Brian mengangguk setuju untuk membantu Dhiren memberi bingkisan-bingkisan itu.
"Gue nitip pesen juga, gue harap Kysa ga buang notes yang gue tulis ini ya bang."
"Oke siap. Gue bakal sampein pesennya ke Kysa. Tenang aja, gue bakal jagain Kysa dan ngasih kabar ke lo!"
Dhiren pun mengulurkan tangannya yang dibalut dengan sarung tangan, hal itu dilakukan untuk bersalaman dengan Brian sebagai tanda perpisahannya.
"Makasih banyak ya bang udah bantu gue sama Kysa di sini."
Dia pun mulai mengangkat koper dan tasnya sendiri, Brian hanya dapat mengantarnnya sampai lobby Wisma Nusantara.
Dhiren pergi meninggalkan Wisma Nusantara dengan berat hati. Terlalu banyak moment yang dia lalui di tempat ini. Menakutkan, namun bahagia berada di sini.
Sampailah Dhiren di parkiran Wisma Nusantara. Sebelum dia masuk ke mobilnya, dia menyemprotkan disinfektan ke seluruh bagian dalam mobilnya hingga ke sudut-sudutnya. Setelah itu mobil siap dikendarai menuju rumah Dhiren.
Rumah yang cukup besar itu sudah ada di hadapan Dhiren sekarang. Gerbang rumah itu di buka oleh security pribadi di rumahnya. Sambutan baik terlihat dari saat Dhiren masih di depan rumah.
Dia pun memarkirkan mobilnya dan segera masuk ke dalam rumah. Namun saat itu terlihat rumahnya sudah gelap seperti mereka sudah masuk dan tidur di kamarnya masing-masing.
Dibuka lah pintu kamar Dhiren yang ada di lantai 2 (dua), sangat gelap karena sudah 14 hari kamarnya ditinggal.
Saat menyalakan lampu kamarnya, Dhiren kaget melihat semua anggota keluarganya yang sedang menunggu dan mempersiapkan kejutan untuk Dhiren pulang.
"Surprise!"
Teriak salah satu ponakannya yang masih balita dan memegang sebuah bouquet Bunga untuk diberikan ke pada Dhiren.
Dhiren tertawa sangat bahagia dengan kepulangannya, juga melihat seluruh anggota keluarganya lengkap di sana. Kakak Dhiren yang sudah berkeluarga dan adiknya yang masih SMA hadir di dalam kamar itu.
"Wahhh, makasih banyak!"
"Sekarang kamu mandi dulu, abis itu panggil kita semua buat foto di sini ya!"
Ibu Dhiren memberi intruksi karena dia tidak pernah melupakan sesi untuk berfoto, ditambah saat ini keluarganya sedang lengkap.
Diberilah handuk yang ada di tangan ibunya ke Dhiren. Dhiren pun masuk ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. Keluarga Dhiren itu ke luar dari kamar dan mengobrol di ruang keluarga sebelah kamar Dhiren sembari menunggu Dhiren selesai mandi.
"Ayo! Aku udah siap nih!"
Beberapa menit kemudian Dhiren keluar dari kamarnya sudah dengan pakaian yang rapih namun tetap casual. Dia memanggil keluarganya yang sedang mengobrol dan keponakannya yang sedang bermain bersama adik Dhiren.
Mereka semua pun berkumpul kembali di kamar Dhiren yang sudah diberi hiasan dan pernak-pernik sambutan untuk Dhiren. Kini Dhiren sudah bisa berdempetan dengan yang lain karena Dhiren sudah terbebas dari virus itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nineteen-19 [COMPLETED]
Novela JuvenilDhiren Shankara Qeis dan Kysa Mannaf remaja yang tengah menjalani isolasi di salah satu Wisma khusus untuk masyarakat yang terkena virus covid-19. Di tengah pandemi dan isolasi tersebut terjalin hubungan antara kedua pasien. Cinta mereka terhalang...