Nafas Dhiren tak terkendali karena dia benar-benar berlari dari lantai 6 (enam) ke lobby dengan menggunakan tangga. Sesampainya Dhiren di lobby langsung menuju meja security dan menanyakan untuk memastikan apa Rey lewat lobby atau tidak.
"Pak, tadi liat ada orang mencurigakan gak? Dia pake hazmat suit tapi jalan dia cepet atau lari."
"Nggak, Dek."
Security itu menjawab kebingungan karena mereka tidak melihat siapapun yang memakai hazmat suit di area lobby ini. Lalu Dhiren meminta bantuan dengan menjelaskan kepada security.
"Gini pak, tadi ada penyusup yang kemarin lagi. Dia nyamar jadi relawan atau perawat di sini, karena hazmat yang dia pake lengkap. Baru aja tadi kabur dari lantai 6, jalannya juga sangat mencurigakan. Tolong bapak sama yang lain ikut cari dia! Saya mohon pak!"
Jelas Dhiren panjang lebar dan panik. Security juga memperhatikan dan ikut panik mendengar Dhiren menceritakan semuanya, karena mereka berhasil meloloskan seorang penyusup masuk ke Wisma Nusantara ini.
Setelah mereka tahu kejadian itu pun, mereka dengan sigap mencari dan mengumumkan pada security lain yang berjaga di tempat lain. Mereka semua berlari ke sana ke mari. Begitu pula dengan Dhiren yang ikut mencari.
Kini gedung Wisma Nusantara sangat sibuk. Terlihat security dan relawan yang meramaikan seluruh gedung tersebut akibat 1 (satu) ulah manusia yang tidak memiliki akal sehat itu.
Sudah cukup lama mereka semua mencari Rey, namun sepertinya Rey sudah menjauh dari lingkungan Wisma Nusantara lewat pintu rahasianya kemarin. Kepala security memutuskan untuk menghentikan pencarian dan meng-intruksikan ke pada seluruh anggotanya dan para relawan yang membantu.
Beberapa security ditugaskan dan diberi tenda khusus di belakang wisma tempat Rey keluar-masuk dari area itu. Kini sekeliling gedung Wisma Nusantara telah di jaga sangat ketat oleh banyak security.
Usaha Dhiren kini sia-sia, dia menyesal harus melewati kesempatan untuk menangkap Rey. Dhiren kembali ke lantai 6 (enam) dan berniat untuk menjenguk Kysa kembali.
Suster Zena yang ada di dalam kamar Kysa pun melarang Dhiren untuk masuk dan menjelaskan pada Dhiren bahwa kondisi Kysa sedang tidak baik-baik saja. Tidak lupa Suster Zena juga menenangkan Dhiren yang wajahnya sudah kelelahan dan penuh kepanikan.
Dhiren duduk di kursi yang saat itu pernah dia duduki bersama dengan Kysa. Dia menunggu kabar Kysa selanjutnya di kursi itu sekaligus menenangkan dirinya sendiri.
Hari sudah larut malam, waktu juga sudah menunjukkan pukul 2 (dua) malam. Dhiren masih di kursi itu namun posisinya telah berubah. Dia berbaring dan melamun melihat ke langit-langit koridor.
Bayangan yang ada dipikirannya saat ini adalah kondisi Kysa yang sedang terbaring lemah di dalam kamarnya. Sesekali dia beranjak dari kursi itu dan mondar-mandir di depan pintu kamar Kysa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nineteen-19 [COMPLETED]
Teen FictionDhiren Shankara Qeis dan Kysa Mannaf remaja yang tengah menjalani isolasi di salah satu Wisma khusus untuk masyarakat yang terkena virus covid-19. Di tengah pandemi dan isolasi tersebut terjalin hubungan antara kedua pasien. Cinta mereka terhalang...