13. Pentas Pasien

10 2 3
                                    

Kysa menunggu Dhiren lewat di depan kamarnya, namun Dhiren tak kunjung ke luar. Akhirnya Kysa pun memberanikan diri untuk mengetuk dan membuka sedikit pintu kamar Dhiren. Terlihat kamarnya gelap dan kosong tidak ada siapapun di sana.

Kak Dhiren udah pulang? Masa iya dia gak pamit?

Kysa menutup kembali pintu kamar Dhiren dengan sangat pelan dan memutuskan untuk berjalan sendiri menuju lapangan tempat mereka berkumpul.

Karena menunggu Dhiren di koridor lantai 6 (enam) membuat Kysa telat sampai di lapangan, akhirnya Kysa berada di barisan paling belakang. Lalu dia mengikuti gerakan senam sendiri dan kesepian walaupun di sekitarnya banyak sekali pasien yang ikut senam.

Dalam waktu 2 (dua) jam senam pun selesai, kini pihak Wisma Nusantara mengadakan pentas yang entah konsepnya seperti apa.

Seperti biasa semua pasien berkumpul di tribun pentas. Kysa pun segera mencari tempat duduk yang kosong dan duduk sendiri di atas tribun itu, kesepian.

Satu persatu pengisi acara masuk, yang tidak lain adalah para pasien yang menunjukkan bakatnya di depan pasien lain. Mereka menunjukkan bakatnya masing-masing, entah dengan bernyanyi, bercerita, stand-up comedy, bahkan dengan bermain musik.

Sekarang sudah saatnya masuk ke pasien yang menunjukkan bakatnya dengan bermain musik. Mereka yang berani tampil di depan adalah orang-orang yang memang tidak tanggung memiliki bakat tersebut, semua pasien yang menonton pun dapat ikut bernyanyi diiringi alat musik tersebut.

Tak lama kemudian seorang laki-laki muncul dari balik tenda atau backstage yang ada di tribun. Sosok yang baru-baru ini Kysa kenal, Dhiren. Dia membawa gitar kesayangannya yang telah dia bawa dari rumahnya.

Semenjak ke luar dari backstage matanya bisa langsung tertuju ke arah Kysa, dia sudah mengetahui posisi Kysa duduk. Dhiren menatapnya sambil berjalan ke kursi yang ada di tengah panggung.

Dhiren membawakan lagu yang sering dia nyanyikan bila sedang mencintai seorang wanita, "Lavina-Pilihan Hatiku". Kini dia mulai memetik gitarnya dengan sangat indah dan sangat sopan untuk didengar. Suaranya pun terdengar sangat harmonis diiringi dengan suara gitar.

Kysa sangat terheran melihat Dhiren yang ke luar dari tenda backstage. Yang tadinya Kysa hanya memainkan social media-nya, kini matanya tak dapat terlepas dari Dhiren yang sedang bernyanyi di depan sana dan selalu memandang Kysa.

Lavina – Pilihan Hatiku

Berdiriku disini hanya untukmu
Dan yakinkan ku untuk memilihmu

Dalam hati kecil ku inginkan kamu
Berharap untuk dapat bersamamu

Aku 'kan ada untuk dirimu
Dan bertahan untukmu

Terlukis indah raut wajahmu dalam benakku
Berikan ku cinta terindah yang hanya untukku
Tertulis indah puisi cinta dalam hatiku
Dan aku yakin kau memanglah pilihan hatiku

Dalam hati kecil ku inginkan kamu
Berharap untuk dapat bersamamu

Aku 'kan ada untuk dirimu
Dan bertahan untukmu

Terlukis indah raut wajahmu dalam benakku
Berikan ku cinta terindah yang hanya untukku
Tertulis indah puisi cinta dalam hatiku
Dan aku yakin kau memanglah pilihan hatiku

Terlukis indah raut wajahmu dalam benakku
Berikan ku cinta terindah yang hanya untukku
Tertulis indah puisi cinta dalam hatiku
Dan aku yakin kau memanglah pilihan hatiku

Terlukis indah raut wajahmu dalam benakku
Berikan ku cinta terindah yang hanya untukku
Tertulis puisi cinta dalam hatiku
Dan aku yakin kau memanglah pilihan hatiku

Sumber:MusicMatch

Tak terasa lagu yang dinyanyikan oleh Dhiren itu sudah habis. Dhiren beranjak dari panggung dan segera menghampiri Kysa yang dari tadi duduk sendiri.

Sontak Kysa terheran-heran, orang yang baru saja bernyanyi dengan sangat indah itu kini sudah ada di hadapan matanya, walau dengan jarak.

"Kenapa, Kys?"

"Kakak bisa nyanyi? Aku kaget kak,"

"Haha nggak sih, standar aja."

Sebenarnya selama ini Dhiren kaku dan tidak berani tampil di depan banyak orang. Tapi kini demi Kysa, demi menghibur Kysa dan membuat Kysa melupakan kejadian tadi malam itu. Dirinya sendiri pun kaget jika dia dapat melakukan hal tersebut di depan banyak orang.

Setelah itu Dhiren dan Kysa bercengkrama dengan asyik di atas tribun sambil sesekali memperhatikan para pasien lain yang menunjukkan bakat lain. Kini hati Kysa berbunga-bunga setelah mendengar suara petikan gitar dan nyanyian Dhiren. Wajah Kysa sangat terlihat bahagia karenanya.

Nineteen-19 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang