Pukul 6 pagi para pasien yang hanya merasakan sedikit gejala sudah siap menuju lapangan untuk senam. Relawan dan beberapa perawat memimpin senam pagi tentunya dengan dilengkapi hazmat suit.
Mereka semua senam diiringi dengan lagu-lagu yang memiliki irama semangat. Lagu pertama yang membuat semuanya semangat yaitu goyang Maumere. Para relawan dan perawat memimpin senam dengan semangat dan tidak jarang yang bertingkah laku lucu untuk menyemangati dirinya sendiri dan semua orang di sana.
Pasien mulai dari yang muda hingga tua ikut bahagia dan bersemangat menambah imun mereka agar cepat sembuh dan kembali pulang ke rumah masing-masing. Semua pasien di sana berbaur walaupun tidak saling mengenal.
Dhiren yang sedang berjalan sendirian tiba-tiba melihat salah satu relawan yang sudah dikenalnya saat masih kuliah tatap muka. Posturnya yang tinggi dan memiliki kulit hitam manis itu sedang memperhatikan sekelilingnya seperti orang yang baru melihat keadaan lingkungan seperti ini. Relawan yang siap membantu semua orang di Wisma Nusantara, dia bernama Brian.
"Wow Bang Brian!"
Dhiren berteriak untuk memanggil Brian yang hanya berjarak beberapa langkah dan agar suaranya dapat terdengar melewati suara orang-orang di sekitarnya.
"Eh Bro!"
Brian menjawab dan melihat wajah adik angkatnya yang sedang menjadi seorang pasien covid-19 di Wisma Nusantara itu.
Brian baru saja menjadi relawan di Wisma Nusantara. Dia adalah alumni di kampus Dhiren dan mantan Ketua Himpunan yang sama dengan Dhiren. Mereka berdua mengenal dekat satu sama lain dan sering mengobrol apabila himpunannya mengadakan acara.
"Covid dari kapan bro?"
"Udah lumayan Bang, semingguan deh di sini,"
"Semangat Bro! Btw, gue baru tadi banget kesini, terus gue disuruh pilih mau nanganin pasien di lantai berapa. Lo lantai berapa bro?"
"Wah kebetulan kalo gitu ya Bang. Gue di lantai 6 nih bang, kamar Cendrawasih."
"Oke oke kalo gitu."
Brian meng-iyakan jawaban Dhiren dan bergegas berlari menuju para relawan lain yang sedang berkumpul untuk membicarakan lantai mana yang akan mereka tempati.
Tidak lama senam pun selesai, tepat di pukul 8 pagi. Semua pasien harus bergegas ke kamarnya masing-masing. Meratapi nasibnya kembali di dalam kamar. Beberapa dari mereka berjalan sambil langsung merogoh sakunya untuk mencari hp-nya dan menelpon memberi kabar ke keluarganya.
Dhiren berjalan di koridor Wisma Nusantara menuju kamarnya. Di depan kamar Merpati tiba-tiba hp-nya terjatuh ke lantai dan langsung mengambilnya. Saat berdiri kembali Dhiren melirik kamar Merpati yang pintunya terbuka sedikit.
Dilihatnya di dalam kamar Merpati ada gadis yang sedang duduk di tempat tidurnya dengan keadaan yang masih lemas karna gejalanya. Rambut hitamnya sebahu yang diurai sedikit berantakan karena baru saja bangun dari tidurnya.
Mereka berdua saling bertatapan. Karena terlalu awkward Dhiren memberi Kysa senyuman walaupun ditutupi dengan masker dan memberi semangat kepada Kysa yang masih membalas senyuman Dhiren dengan manis.
"Hai, semangat sembuh!"
Tanpa mendengar jawaban Kysa, Dhiren bergegas masuk ke dalam kamarnya karna melihat Suster Zena yang sedang berjalan menuju kamar Kysa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nineteen-19 [COMPLETED]
Fiksi RemajaDhiren Shankara Qeis dan Kysa Mannaf remaja yang tengah menjalani isolasi di salah satu Wisma khusus untuk masyarakat yang terkena virus covid-19. Di tengah pandemi dan isolasi tersebut terjalin hubungan antara kedua pasien. Cinta mereka terhalang...