24. Siuman

5 1 0
                                    

"Eh ini Bapak sama Adik udah turun. Kenalin ini Dhiren, pah, dek! Yang sering video call sama kita."

Ucap Mama Kysa memperkenalkan Dhiren dengan sangat baik.

Dhiren pun tersenyum menyapa dan mencium punggung tangan bapak Kysa dengan sangat sopan.

"Oh iya. Aku hafal banget loh ini sama wajahnya yang ganteng."

Lagi-lagi Dhiren tersipu dibuatnya. adik laki-laki Kysa yang masih duduk di bangku SMP pun tidak lupa mencium punggung tangan Dhiren dengan sopan.

"Gimana ini? Langsung aja?"

Tanya Dhiren to the point dan mama-bapak Kysa menyetujuinya langsung tanpa berbasa-basi. Mereka harus sampai di rumah Nenek Kysa sebelum malam tiba.

Sudah setengah jalan perjalanan, Dhiren menawarkan keluarga Kysa untuk makan di rest area. Keluarga Kysa itu pun menyetujui setelah dipaksa berkali-kali dengan Dhiren karena Dhiren sendiri yang akan membayar semuanya.

Mereka pun tiba di salah satu resto terkenal dari setiap rest area yang dia lewati. Namun sayang, protokol tetap protokol. Dhiren menganjurkan mereka untuk memesan dan makan di mobilnya saja, tanpa turun.

*****

1 (satu) jam kemudian mereka sampai di kediaman Nenek Kysa yang juga tinggal dengan Tante Kysa. Rumah yang masih terbilang sangat sederhana dan masih ada unsur jaman dulu di dalamnya karena Nenek Kysa tidak terlalu menyukai ke-modern-an.

Mobil Dhiren juga harus terparkir di rumah depan gang yang tidak jauh dari rumah Nenek Kysa, garasi rumah itu memang telah disewa oleh mereka semenjak Tante Kysa memiliki mobil pribadi.

Tante Kysa menyambut mereka semua dengan baik. Di ruang tamunya telah disediakan kue-kue untuk mereka makan sebagai cemilan. Salah satu Asisten Rumah Tangga (ART) Kysa juga ikut untuk membantu menghidangkan makanan di sana.

Sesampainya di sana, satu-persatu masuk ke kamar Nenek Kysa untuk mencium tangan Nenek Kysa. Nenek masih belum kuat untuk beraktivitas dan hanya dapat berbaring di atas tempat tidurnya. Sesekali Nenek ke luar dari kamar sekedar untuk ke toilet, ke mushola, maupun ke ruang tv untuk bersantai.

"Oh ini yang katanya calon mantu ya?"

Ucap Nenek Kysa saat giliran Dhiren yang mencium punggung tangan Nenek. Genggaman tangan ke pada Dhiren belum juga dilepas olehnya. Dia sangat senang melihat calon Kysa dihadapannya.

Padahal sampai saat ini Dhiren belum mengungkapkan perasaannya ke pada Kysa, namun keluarga Kysa sudah menerima Dhiren dengan sangat baik.

Nenek segera berdiri dari tempat tidurnya menuju ke ruang keluarga dibantu oleh Dhiren yang tangannya masih saja digenggam oleh Nenek.

Saat mereka sedang asyik mengobrol di ruang keluarga, mama mendapat panggilan video call dari Kysa, terakhir kali mama ditelepon menggunakan hp Kysa itu adalah seorang perawat dari pihak Wisma Nusantara yang memegangnya untuk mengabarkan kondisi Kysa dengan video call.

Semua yang ada di sana sangat panik karena takut mendapatkan kabar yang kurang baik. Mama pun segera mengangkat panggilan itu di depan banyak orang.

Terlihat sangat jelas di sana Kysa yang sedang terbaring tanpa menggunakan oksigen lagi. Matanya pun sudah terbuka dan terlihat bahwa dirinya saat ini sudah membaik.

Mereka yang di sana terharu bahagia melihat Kysa yang sudah bisa tersenyum dengan sangat lebar. mama dan bapak pun menyemangati Kysa lewat video call itu.

"Mamah, Bapak sama Adik lagi di mana?"

Tanya Kysa dengan nada yang masih terdengar lesu. Dia menyadari bahwa keluarga sedang tidak berada di rumahnya.

Mama yang mendengar Kysa menanyakan hal itu pun langsung menghadapkan hp-nya ke Neneknya. Kysa menangis haru bahagia melihat Nenek yang telah kembali ke rumahnya, air matanya juga mengalir sedikit di pipinya.

Mereka berdua mengobrol dan tersenyum dengan gembira, sesekali mereka membicarakan hal yang tak penting untuk dibahas. Rindu Kysa terbalas dengan hanya melihat Neneknya dari layar hp-nya dan mengobrol cukup lama.

Nineteen-19 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang