Dhiren akhirnya mengabarkan ibunya untuk izin ke Bandung menguburkan Nenek Kysa dan mama pun mengizikannya. Tidak lupa Dhiren meminjam hp Kysa dan mengabarkan Kakak Rey karena tidak bisa datang ke pemakaman Rey.
2 (dua) jam selama diperjalanan, salah satu keluarga yang ada di rumah duka selalu menghubungi mama untuk mengetahui posisi mereka. Saat terakhir dihubungi, nenek sudah dimandikan dan tinggal dishalatkan menunggu keluarga Kysa.
Akhirnya kini mereka sampai di garasi tempat mereka memarkirkan mobilnya. Garasi itu sudah penuh, namun masih ada sisa 1 tempat disediakan khusus untuk keluarga Kysa.
Mereka semua turun dari mobil dan berjalan menyusuri gang. Air mata perlahan turun, sebentar lagi mereka akan sampai dikediaman nenek dengan situasi yang berbeda dari biasanya.
Bendera kuning terpasang di depan rumah nenek. Kini rumah nenek sangat ramai, banyak yang ikut bersedih dan ikut mendoakan nenek. Satu persatu keluarga mereka salami, dan masuklah mereka ke dalam rumah.
Di ruang tamu yang luas nenek sedang terbaring di sana, seluruh tubuhnya telah tertutup kain kafan dengan rapih dan wangi. Mereka mendoakan nenek sambil air matanya berjatuhan. Tidak percaya jika secepat ini nenek harus meninggalkan mereka tanpa berpamitan dan tidak menunjukkan tanda-tanda apapun.
Nek, bangun!
Ayo ke rumah Kysa, Kysa udah jemput!
Dalam hatinya sangat menangis setelah melihat neneknya yang saat ini terbaring dan berharap adanya suatu keajaiban.
Setelah selesai mendoakan nenek, tidak lama kemudian mereka semua menggotong jenazah nenek dan dibawanya ke masjid untuk di shalatkan.
Kondisi masjid yang sebelumnya sepi kini sudah terisi penuh, banyak orang yang mengantarkan nenek ke rumah terakhirnya. Banyak juga orang yang ikut bersedih karena kehilangan sosok orang baik yang ada di sekitar mereka.
Selesai men-shalat-kan, beberapa orang menggotong jenazah nenek dengan melantunkan kalimat tahlil selama di perjalanan menuju ke peristirahatan terakhir nenek yang tidak begitu jauh dari rumah.
Liang lahat sudah siap di sana, secara perlahan mereka menguburkan nenek.
NENEK!
Kenapa nenek gak pamit ke orang-orang sih? Apalagi ke Kysa. Kenapa harus semendadak ini?!
Nek ayo! Kysa di sini!
Nenek liat Kysa kan pasti. Kysa di sini jemput nenek!
Sedikit demi sedikit tanah mulai menutupi rumah nenek dan berakhir dengan gundukan tanah. Nisan juga sudah terpasang di antara gundukan itu, terlihat nama nenek di kayu itu.
Kini sosok nenek benar-benar sudah tidak terlihat dan tidak dapat terlihat lagi. Kysa dari tadi masih menangis namun tetap berusaha agar air matanya tidak jatuh ke tanah.
Hanya bayangan dan kenangan yang dapat Kysa rasakan tentang nenek saat ini dan ke depannya. Nenek sudah tidak terlihat lagi, nenek sudah tenang pergi meninggalkan segalanya.
*****
Setelah mengantarkan nenek ke peristirahatan terakhirnya, Tante Kysa menceritakan kejadian yang terjadi saat dirinya tahu nenek sudah tak sadarkan diri.
Saat subuh seperti biasa nenek ke luar kamarnya untuk shalat subuh. Setelahnya nenek masuk kembali ke kamarnya untuk beristirahat dan mengaji.
Pukul 7 pagi nenek ke luar lagi dari kamarnya dan menuju ke kamar mandi. Anak tante pun masih sempat mengantri ke kamar mandi karena ada nenek di dalamnya. Lalu nenek pun masuk kembali ke kamar setelah itu.
1 (satu) jam kemudian, Tante Kysa pamit untuk mengantar anaknya ke sekolah. Dia memanggil nenek, tapi herannya nenek tidak menyaut seperti biasa. Akhirnya Tante Kysa masuk ke kamar nenek dan membangunkan nenek.
Di sentuh kakinya yang sudah dingin, namun suhu tubuh bagian atasnya masih selayaknya orang normal. Saat itu juga Tante Kysa menyadari bahwa mamanya sudah tidak sadarkan diri.
Tante Kysa kebingungan dan mengabari orang-orang terdekatnya. Sempat nenek sudah siap untuk di bawa ke rumah sakit, namun belum juga berangkat nyawanya sudah pergi meninggalkan tubuhnya dan meninggalkan keluarganya.
Saat itu juga semua yang tahu akan kabar nenek akhirnya menangis histeris dibuatnya. Kejadian ini terlalu sangat mendadak karena memang sebelumnya nenek baik-baik saja dan sudah sembuh dari masa kritisnya beberapa minggu lalu.
*****
Sehari kemudian setelah melaksanakan tahlilan di sore hari Dhiren, Kysa dan keluarganya harus kembali ke rumah mereka. Mereka pulang dengan sangat berat hati karena harus meninggalkan kediaman nenek.
Mobilnya pun harus melewati tempat peristirahatan terakhir nenek. Kysa yang duduk di belakang itu akhirnya menangis kembali, teringat neneknya yang ada di tempat itu sekarang.
Dia menangis cukup lama, tangisannya ditahan agar suaranya tidak terdengar oleh siapapun dan tidak terlihat oleh mereka yang ada di dalam mobil. Hal itu juga dia lakukan untuk membuat mereka tenang dan tidak khawatir dibuatnya, termasuk Dhiren yang sedang menyetir.
Selama berhari-hari Kysa tidak dapat menghibur dirinya sendiri, dia sering teringat masa-masa bersama neneknya. Dhiren yang setiap hari mencoba berusaha menghibur Kysa pun usahanya selalu tidak berhasil.
Hingga pada akhirnya dia melampiaskan semuanya melalui tulisan yang dapat dia kenang selamanya. Kenangan terakhir bersama neneknya akan dimasukkan ke dalam karya Kysa sendiri.
Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa setelah tulisan ini selesai tidak akan ada air mata lagi yang ke luar dan mengalir ke pipinya, lantaran Kysa ingin nenek pergi dengan tenang tanpa berat meninggalkan orang terkasih yang nenek tinggalkan.
Semua harus ikhlas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nineteen-19 [COMPLETED]
Novela JuvenilDhiren Shankara Qeis dan Kysa Mannaf remaja yang tengah menjalani isolasi di salah satu Wisma khusus untuk masyarakat yang terkena virus covid-19. Di tengah pandemi dan isolasi tersebut terjalin hubungan antara kedua pasien. Cinta mereka terhalang...