12. Kepanikan

5 1 0
                                    

Tidak sadar Brian sudah ada di belakang mereka berdua. Ternyata suster dan relawan di lantai 6 mencari-cari Kysa, karena seharusnya Suster Zena saat itu mengecek kondisi Kysa. Lama menunggu, Kysa tidak juga muncul di sana.

Kali ini Brian menahan tangan Kysa agar tidak ikut terseret oleh Rey. Tenaga Brian yang kuat pun mampu membuat Rey berhenti dari langkahnya.

Kini emosi Rey sudah pada puncaknya. Dia melepaskan genggaman tangannya dari tangan Kysa dan siap meninju Brian dengan kencang.

Kepalan tangan itu sampai di pipi Brian yang sampai merusak face shield yang Brian pakai. Brian yang tidak terima diperlakukan seperti itu pun sudah bersiap membalas dengan tinjuannya juga. Belum sempat membalas, 2 (dua) security datang dan memisahkan mereka berdua.

Para security itu menyeret Rey ke luar dan akhirnya Kysa dan Brian terbebas dari lelaki psycho itu.

Tanpa memikirkan dirinya sendiri, Brian langsung merangkul Kysa dan membawa Kysa ke kamarnya. Kysa sudah sedikit tenang, namun sesekali dia menjatuhkan air matanya mengingat kejadian tadi.

Mereka berdua sampai di lantai 6, dibarengi dengan Dhiren yang juga sampai di sana setelah mencari Kysa di seluruh lantai Wisma Nusantara. Sangat terlihat jelas wajahnya yang kepanikan dan kelelahan.

Dhiren melihat Kysa dan langsung menghampirinya. Dia memeluk Kysa dengan sangat erat, tidak peduli dengan virus yang ada pada diri mereka berdua karena kepanikan Dhiren yang sudah tidak dapat tertahan. Dhiren mengelus lembut luka memar yang ada di tangan dan pipi Kysa.

"Sekarang kalian masuk ke kamar masing-masing ya!"

Setelah mereka berdua sudah tenang, Suster Zena menyuruh mereka berdua masuk ke kamarnya masing-masing.

"Dhiren tenang aja, saya bakal jagain Kysa di kamarnya."

Peraturan Wisma Nusantara tetap peraturan yang harus ditaati. Akhirnya mereka semua pergi. Para relawan kembali dengan tugasnya, Dhiren masuk ke kamarnya, Kysa dan Suster Zena masuk ke kamar Merpati.

*****

Esok harinya seperti biasa, aktivitas mereka semua di pagi hari. Suster Zena masuk ke kamar Dhiren dan mengecek kondisi Dhiren. Lalu tak lama kemudian Brian pun masuk ke kamar Dhiren. Mereka bertiga pun mengobrol bersama.

"Udah Sus, Dhirennya ga usah dikasih obat lagi, betah kok dia di sini katanya gak mau pulang."

Ucap Brian yang tiba-tiba masuk ke kamar Dhiren dan langsung saja meledek Dhiren tanpa peduli apa yang telah dia katakan dengan maksud bercanda.

"Sembarangan lo bang kalo ngomong,"

Dhiren menjawabnya dengan rambutnya yang masih berantakan, matanya pun menyipit setengah tertidur karena Dhiren mendengar suara pintu yang diketuk oleh Suster Zena dan akhirnya terbangun dari tidurnya.

"Oh, mau jadi pasien abadi ya Ren? Jangan deh, saya capek ngurus kamu tiap hari,"

"Dia mau jagain yang di kamar sebelah soalnya, Sus."

Sontak Dhiren memelototinya dari jauh sambil tangannya menunjuk seperti sedang mengancam.

Brian yang melihat reaksi Dhiren pun langsung tertawa senang dan langsung kabur meninggalkan kamar Dhiren. Suster Zena yang berada di dekat Dhiren hanya tertawa melihat kelakuan konyol dari mereka berdua.

"Gimana Kysa semalam, Sus?"

Tanya Dhiren tiba-tiba kepada Suster Zena yang akan melangkahkan kakinya ke luar dari kamar Dhiren.

"Gak-papa, Kysa baik-baik aja. Kamu tenang aja ya!"

Suster Zena menjawab disertai dengan senyuman agar membuat Dhiren tenang. Setelah itu pun Suster Zena ke luar darij kamar Dhiren.

Nineteen-19 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang