14. Samaran

7 2 0
                                    

Di malam harinya Dhiren dan Kysa asyik bercengkrama di atas balkon masing-masing. Sesekali Dhiren memainkan sebuah lagu dengan gitarnya dan Kysa yang bernyanyi. Seketika Kysa melupakan kejadian-kejadian buruk yang sebelumnya terjadi.

Namun saat itu juga seseorang masuk ke kamar nya memberi bouquet bunga. Kysa melihatnya dan segera izin ke pada Dhiren bahwa dia akan masuk ke kamarnya dan bersiap untuk tidur.

"Kak, aku masuk ya. Udah ngantuk soalnya. See you kak."

"Oh iya, Kysa. Good night!"

Dhiren yang sedang memetik gitarnya asal itu langsung terhenti ketika Kysa izin padanya. Kysa pun masuk ke dalam kamarnya, Dhiren masih tetap di balkon kamarnya.

Kini Kysa membuka pintu kamarnya dan menerima bouquet bunga itu yang dikirim oleh seseorang. Bunga yang sangat indah jika dibandingkan dengan bouquet sebelum-sebelumnya yang Kysa terima.

"Wahhh, indah banget! Makasih ya kak udah anter ini!"

Kysa tersenyum sangat lebar ke arah bunga itu dan mengambilnya. Tidak lupa Kysa berterima kasih dan melihat mata orang itu. Pakaian dari atas hingga bawah lengkap seperti para perawat dan relawan.

Hazmat suit dan masker yang menjadikan orang itu hanya terlihat matanya yang juga terbalut dengan kacamata medis, mata itu sedang memperhatikan Kysa dengan sangat tajam. Kysa pun seperti mengenal mata itu.

Saat orang itu tahu bahwa Kysa sedang terheran karena mengenal matanya, dia pun melangkahkan kakinya mendekat ke Kysa. Kysa pun semakin mundur dan akhirnya mereka berdua sudah masuk di Kamar Merpati.

Di tutuplah pintu itu kamar itu. Perlahan-lahan dia membuka penutup kepala hazmat suit, lalu membuka face shield dan maskernya. Terlihat sangat jelas wajah Rey sekarang. Dia menyamar sebagai relawan sekarang.

Rey sangat niat untuk membeli hazmat suit yang harganya bisa jutaan. Wajar saja karena Rey orang yang kaya, rumah untuk dirinya sendiri pun terbeli dengan uangnya. Dia melakukan hal ini lantaran agar dia dapat masuk ke kamar Kysa. Semua orang yang Rey lewati pun tidak menyadari bahwa orang yang dibalik hazmat suit itu adalah orang asing.

Kini mata Kysa terbelalak kaget. Bunga yang ada di tangannya pun terjatuh ke kakinya. Kysa terus mundur dan menjauh dari Rey, mulutnya sudah terbuka untuk berteriak. Namun Rey dengan sigap berdiri di hadapan Kysa lagi dan menutup mulut Kysa yang tertutup dengan masker, tangannya pun memegang tangan Kysa dengan sangat kencang.

"Gak usah macem-macem!"

Rey membuka masker Kysa sehingga terlihat wajah Kysa dengan sangat jelas. Tamparan keras jatuh lagi di pipi Kysa. Pipinya langsung terlihat sangat merah dan kali ini terkena pinggir bibirnya yang memngakibatkan pinggir bibirnya berdarah dan membiru.

Kysa hanya dapat menahan bibirnya agar tidak terbuka dan orang di sekitar kamarnya tidak mendengar kejadian ini.

"Siapa cowok kemarin?!"

Ternyata kecemburuan Rey memuncak setelah melihat Brian yang menyelamatkannya kemarin.

"Jawab! Dia relawan yang sering sama lo kan? Kalian deket kan?!"

Emosi Rey dia luapkan ke Kysa yang telah membuatnya cemburu. Tangannya menunjuk ke arah wajah Kysa seakan mengancam akan melakukan apapun yang selalu bisa dia lakukan.

Kysa yang tersender di tembok tidak dapat melawan ataupun kabur dari hadapan Rey. Dia hanya dapat menyanggah pertanyaan Rey dengan kepalanya yang terus bergeleng-geleng tanpa dapat mengeluarkan suara apapun. Lagi, pipinya dibasahi dengan air matanya.

"Besok gue ke sini lagi, Gue tunggu di belakang lagi!"

Rey memegang dagu Kysa dan menengadahkan wajahnya menghadap ke Rey. Setelah terlihat Kysa yang mengangguk pun dia melepaskan tangannya dari dagu Kysa dan mulai memasang perlengkapan hazmat suit-nya kembali.

Nineteen-19 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang