Cerita 18_Remember_Part II

1K 157 22
                                    

"Ada apa denganmu, Mione?" Ginny bertanya ketika melihat hal aneh dari sosok sahabatnya itu.

Ia melirik ke arah Harry, Ron, dan Lavender bergantian. Mereka berlima memang sedang berkumpul di Hogsmeade. Agenda yang rutin mereka lakukan setiap akhir pekan tiba. Setelah menghabiskan hari-hari melelahkan untuk bekerja.

"Ada yang mengganggumu, Mione?" Lavender menambahi.

Hermione hanya tersenyum. "Tidak ada."

"Kau bisa bercerita kepada kami, kau tahu itu, kan?"

"Kau benar Harry, tapi kurasa ini bukan sesuatu yang bisa kuceritakan."

"Apa ini tentang McLaggen lagi?"

"Atau tentang murid-murid nakalmu?"

"Atau kau memutuskan untuk menerima tawaranku bergabung dengan kementrian?"

"Stop it, guys," Hermione meminum butterbeer-nya yang telah lama ia diamkan. "Aku hanya bermimpi."

"Aku kembali memimpikan masa-masa perang, tapi ada sesuatu yang aneh. Malfoy selalu muncul di mimpiku, dan ... dan-"

"Mungkin karena pengalaman burukmu karena Malfoy, Mione," Ginny buru-buru menyambar. Ia meneguk butterbeer-nya. Tak lupa melirik ke arah Harry, memperingatkan pria itu untuk tidak memasang wajah cemas.

"Tidak, Gin, aku bahkan tidak merasa terancam karenanya," Hermione menoleh ke kanan dan ke kiri sebelum mencondongkan tubuh. "Dan kalian ingat anak Malfoy yang kuceritakan beberapa minggu lalu? Dia selalu muncul di mimpiku."

Empat orang di meja tersebut meraih gelas butterbeer mereka bersama-sama. Menyesap isinya sampai habis dan terdiam untuk beberapa lama. Hermione menunduk, memerhatikan buih-buih di dalam gelas fire wishky seorang pengunjung di meja lain. Tidak melihat bagaimana kawan-kawannya berbicara menggunakan mata untuk segera melupakan obrolan tersebut.

"Kau mau sleep potion? Besok kuantarkan kepadamu."

"Thanks, Lav, tapi sepertinya aku lebih membutuhkan fire wishky daripada ramuan itu."

Dan, berakhirlah Hermione bersama dua botol alkohol malam itu. Ginny, Lavender, dan Ron telah terlebih dahulu berlalu. Meninggalkan Harry yang berjanji akan menjaga Hermione sampai wanita itu tersadar. Ia memerhatikan bagaimana teguk demi teguk cairan beraroma kuat tersebut menyentuh kerongkongan Hermione.

"Mione, ini sudah cukup, okay? Ayo, kuantar kau pulang," pinta Harry.

"Tidak, Harry, aku harus menghilangkan mimpi sialan itu!"

"Itu hanya mimpi, Mione! Semua orang bisa mengalaminya."

"Tidak jika kau terbangun dengan sakit kepala luar biasa." Dan, tangis yang tidak kau sadari.

Harry mengembuskan napas. Ia meraih botol fire whisky Hermione dan menuang sebagian ke gelasnya sendiri. Sebelum lantas menenggak habis minuman tersebut. Gemuruh di dada Harry terlampiaskan sudah. Ia menahan diri untuk tidak mengatakan penyebab mimpi yang memang benar terjadi 12 tahun silam.

"Aku selalu memimpikan Malfoy beberapa bulan belakangan ini, dengan adegan yang sama."

"Tidak aneh, kita sudah mengenal bertahun-tahun, kan?"

"Tapi, kenapa harus Draco Malfoy? Dan, putranya? Aku tidak melihat Malfoy lagi setelah perang. Dia satu-satunya orang yang tidak kembali ke Hogwarts, kan?"

"Ya, dan seharusnya hal itu tidak mengganggumu."

Hermione mulai terisak. Ia menutupi wajahnya menggunakan telapak tangan. Menyembunyikan isak tangis yang kian keras. Bayang mengenai mimpi di medan perang, tangannya yang digenggam Draco Malfoy, dan senyum Scorpius, kembali muncul. Bahkan dua botol fire whisky tidak mampu menghilangkan bayang-bayang tersebut.

DRAMIONE ONESHOT #BOOK1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang