[Flashfiction #14]

774 75 0
                                    

Draco tergagap. Ia berusaha keras mengatur ucap. Sekaligus menjaga degup jantungnya tetap teratur. Namun, gagal. Gagal! Ia tak mampu mengucapkan kalimat secara utuh. Ah, jangankan kalimat. Bahkan dua atau tiga patah kata saja tak mampu keluar dengan baik dari mulutnya.

Pemuda berambut pirang itu perlahan mendekat. Ke tubuh pucat sang ibu yang terbujur kaku di lantai Malfoy Manor. Narcissa ditemukan bersimbah darah tak berselang lama setelah sekelebat cahaya hijau datang dan menghilang dalam sekejap mata.

"Mother?" panggilnya lirih.

"Mother?" ulangnya.

Diraihnya tubuh Narcissa. Membuat jubah hitam yang ia kenakan berlumuran darah. Draco tak mengindahkan derap langkah yang perlahan mendekat. Atau dentuman keras pintu yang terbuka. Tak jauh di belakangnya, Draco tahu sekelompok Auror tengah berdiri. Mungkin memasang wajah ngeri. Tak lupa seraya bergidik. Ah, seorang mantan antek Voldemort ditemukan meninggal. Lagi.

"Malfoy?" panggil sebuah suara. Auror Hermione Granger.

"Malfoy?" Hermione kembali mengulang panggilan. Ia meraih pundak Draco. Menepuknya pelan. Tubuh itu bergetar. Hermione  tahu, Draco tak hanya terdiam. Pemuda itu tergugu.

Hermione menoleh. Mendapati Harry Potter berada di sampingnya. Sementara gaduh langkah kaki memenuhi Malfoy Manor, keduanya hanya mampu saling melirik. Berbicara menggunakan mata atas insiden kedua yang terjadi di Malfoy Manor. Hanya berselang tak kurang dari tiga jam. Narcissa menjadi korban kedua. Menyusul Lucius yang bahkan belum sempat dikebumikan.

Jejak cahaya hijau yang ditinggalkan memberitahu dengan tegas. Siapa pelaku atas kematian beruntun kedua orangtua Draco. Pelahap Maut.

"Harry! Tidak ada jejak apapun di ruang bawah tanah, tapi," Ron mengatur napas. Ia mengeluarkan benda yang ia bawa dari ruangan lain di Malfoy Manor. Sebuah topeng Pelahap Maut.

"Ini milik," kalimat Hermione terpotong. Ketiganya jelas mengerti benda milik siapa itu. Ia, Harry, dan Ron kompak menatap ke arah Draco. Pemuda yang masih memeluk erat tubuh membiru Narcissa.

Harry mendekat seraya membawa potongan topeng Pelahap Maut milik Draco. Meletakkan benda itu di hadapan mantan rival yang kini menjadi rekannya tersebut. Harry tahu, Draco bahkan tak boleh dibiarkan berduka barang sekejap pun. Perang besar akan segera terjadi, dan Harry tahu, Draco menjadi pusat dari semuanya.

"Biarkan aku memakamkan kedua orang tuaku dulu, Potter," cicit Draco. Ditatapnya tajam benda yang sempat ia kenakan bertahun-tahun lalu.

Dipeluknya erat tubuh Narcissa. Meski jelas sendu mata Draco yang berubah menjadi tatapan sedingin es menemui hal lain.

"Mother, sampai jumpa nanti," bisiknya.

Draco siap. Genderang perang telah ditabuh oleh "mantan" rekan Pelahap Maut-nya. Dan, ia, Draco Malfoy, Si Pengkhianat, menyambutnya dengan tangan terbuka.

#end

DRAMIONE ONESHOT #BOOK1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang