[Flashfiction #16]

781 73 1
                                    

Menjalani hidup sebagai 'muggle' dan menanggalkan atribut sihir membuat Draco harus berjuang keras. Benar-benar dari nol. Dari sosok Draco Malfoy, ningrat dari dunia sihir, Si Bocah Payah Menyebalkan, dan sebagainya. Berubah menjadi Draco Malfoy si mahasiswa semester awal biasa di sebuah universitas muggle. Muggle. Bangsa manusia yang tak kenal sihir. Yap! Kau tak salah membacanya.

Pemuda itu berjalan lurus. Melewati kerumunan manusia di sepanjang lorong berwarna putih gading. Tujuannya adalah satu, ruang kuliah umum di Gedung C untuk kelas Ekonomi Umum yang harusnya telah dimulai sejak 15 menit lalu. Ya, Draco Malfoy si Penghamba Detik terlambat. Uh! Salahkan apparation atau apapun itu yang tak bisa membuatnya sampai lebih cepat.

Draco berusaha mengatur napas sebelum memasuki pintu di hadapannya. Berusaha sekuat tenaga tak membuat suara apa pun atau ia akan bermasalah nantinya. Mujur bagi Draco. Pemuda itu dapat langsung duduk di kursi paling belakang tanpa ketahuan. Bung! Terlambat di hari pertama kuliah benar-benar tidak keren, bukan?

"Malfoy?"

Draco mencari sumber suara yang dengan begitu pelan hinggap di telinganya. Ditangkapnya sesosok gadis dengan rambut keriting familiar. Draco berusaha menahan gugup sekaligus teriakan tertahan. Bagaimana mungkin! Di belahan dunia ini, di tempat yang sejak dua tahun lalu dikenalnya sebagai New York City, yang menyebunyikannya dari tiap jengkal Inggria Raya, terdapat pula Hermione Granger! Dan, yang lebih parah lagi adalah, ia, Draco Malfoy, duduk di sebelah Hermione Granger! Satu dari sekian kepala yang berusaha untuk ia hindari.

"Granger?" bisik Draco tak kalah pelan.

"Sedang apa kau di sini?"

Tch! "Menurutmu?"

Hermione berdeham pelan. Tentu ia tahu bahwa sosok yang sayang sekali adalah bagian dari manusia yang berharap tak ia temui, yaitu Draco Malfoy, muncul di ruang kuliahnya. Tempat yang harusnya telah ia tuju dua tahun silam. Jika bukan karena serangkaian fenomena yang ia hadapi, perang, pasca perang, orang tuanya, Hogwarts, dan ya, Draco Malfoy menjadi bagian tak terpisahkan dari itu.

Hermione menggeser duduk. Mendekat ke arah Draco. "Dosen itu sangat menyebalkan, dia berbicara semaunya dan tidak mau paham situasi," celoteh Hermione seraya menunjuk ke sekeliling menggunakan geram kepalanya. Draco mengikuti.

Pemuda berambut pirang itu hanya mendengkus geli. Seluruh ruangan hampir dikuasai kantuk dan pria gembul di mimbar masih menerangkan sejarah Sastra Barat dan Timur.

Tunggu sebentar! "Granger, kuliah apa ini?"

"Sejarah Sastra."

"Lalu, apa hubungannya dengan bisnis?"

Hermione terdiam sejenak. "Tidak ada."

"Lalu, kenapa aku di sini?" Draco urung mengambil catatan. Sebaliknya ia meraih peta universitas yang terlipat tak keruan. "Bukankah ini Gedung C6?"

"Bukan, ini E6," timpal Hermione. Tangannya menunjuk ke arah pintu. Tanda E6 jelas terpampang di tempat itu. Gadis itu terkekeh melihat wajah pias Draco.

Hermione merapikan buku catatannya. "Ayo, kuantar kau ke gedung C6," tawarnya. Ia bersiap berdiri.

"Bagaimana denganmu?"

"Well, aku bisa membacanya nanti. Lagipula aku mati bosan di sini."

Draco kembali mengendap-endap. Kali ini tidak sendiri. Ada Hermione Granger yang berjalan di sampingnya. Draco tak pernah mengira, bahwa semenjak itu, semenjak Hermione meninggalkan jam Sejarah Sastra yang hanya menyebar kantuk, dan ia yang salah memasuki gedung, keduanya mulai dekat.

#end

DRAMIONE ONESHOT #BOOK1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang