Semakin Parah

548 51 0
                                    


If you read this page, make sure you all have a strong mentality ^^

____________________________________

▪︎SICK▪︎




Matahari terbit dari Timur sana, cahaya hangatnya perlahan mulai mengantar dan menelusup masuk dari tirai jendela diruang rawat Jeno, membuat sang empu yang sedang tertidur lelap itu membalikkan tubuhnya membelakangi cahaya pagi yang hangat.

Tampaknya pagi ini akan menjadi pagi yang cerah untuk melakukan berbagai aktivitas diluar sana. Berolahraga maupun berlari pagi dan bersepeda, sayangnya itu tidak akan terjadi pada pemuda yang masih terlelap dalam tidurnya. Pemuda itu sedang sakit, mau tidak mau segala aktivitas diluar sana tidak akan ia lakukan untuk beberapa hari kedepan.

Perlahan matanya terbuka sedikit demi sedikit, menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam indra penglihatannya sebelum akhirnya kedua kelopak mata indah itu terbuka dan menampilkan iris mata coklat pekat disana. Jeno meregangkan tubuhnya, bertepatan dengan seorang perawat paruh baya yang masuk kedalam ruang rawatnya.



"Merasa baikan tuan Jeno?" Tanya perawat paruh baya itu, kini ia sedang mengganti infus Jeno yang hampir habis

Jeno mengangguk "Terima kasih," ujarnya pelan, dan perawat paruh baya itu mengangguk

"Saya boleh pulang kapan ya?" Tanya Jeno pada perawat paruh baya itu sebelum pergi

"Pneumonia anda masih dalam tahapan pengawasan dokter, jadi anda masih harus dirawat disini untuk berjaga-jaga jika pneumonia itu semakin parah dan berakibat fatal pada paru-paru anda" Ujar perawat itu pelan, membuat Jeno menganggukkan kepalanya dan perawat itu pamit untuk keluar dari ruang rawatnya.



Jeno menghela nafas panjang, mendongakkan kepalanya untuk menatap langit-langit bercat putih bersih pada ruang rawatnya, tangan kanannya perlahan bergerak menutupi sebagian dari wajah, memijat perlahan keningnya yang tiba-tiba terasa pusing dan berdenyut.

Lelaki muda itu menggigit bibir dalamnya, menyalurkan rasa sakit pada kepalanya agar tidak mengeluarkan suara  sebisa mugkin, namun tanpa Jeno sadari, darah segar mulai mengalir didalam mulutnya, meninggalkan rasa asin darah karena terlalu kencang saat menggigit bibirnya itu.

"Sshhh"

Jeno terus menerus mengerang kesakitan, bertepatan dengan itu, tiba-tiba dada nya juga ikut terasa nyeri yang sangat amat sakit, seperti ada puluhan belati yang bersarang di dada lelaki itu. Jeno mencoba meraih nurse call yang tak jauh dari atas kepala, berharap dokter bisa menghilangkan rasa sakit pada tubuh Jeno yang tersiksa.

Dokter pun datang bersama beberapa perawat yang ikut membantu, kemudian dengan sigap dokter itu memeriksa detak jantung Jeno menggunakan stetoskop yang selalu menggantung dilehernya, lalu salah satu perawat memberikan satu jarum suntik kecil yang dokter itu akan suntikkan pada nadi Jeno.

Selang beberapa menit tubuh Jeno pun melemah, seakan suntikan itu adalah obat penenang agar Jeno kembali terlelap dan rasa sakitnya perlahan akan hilang sendirinya, dengan begitu dokter yang menangani Jeno bisa lebih mudah memeriksa keadaan paru-paru Jeno nantinya.


"Kita harus segera melakukan rontgen pada paru-paru pasien, berjaga-jaga jika saja kankernya semakin parah." Ujar dokter itu pada perawat yang ikut bersamanya tadi

Salah satu perawatnya mengangguk "Kami akan memindahkan pasien keruang rontgen," lalu dokter itu mengangguk menyetujui

"Jangan lupa kabari pihak yang bertanggung jawab, kita akan mulai rontgen pada pasien se-segera mungkin"


SICK [stay by my side] + Lee Jeno Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang