⚠️SPOILER⚠️

474 53 42
                                    

"Apanya yang sakit? Kamu harus bilang Mama supaya Mama tau, Jenoo." Tiffany berujar begitu lembut pada Jeno. Nada suara dan tatapan mata Tiffany membuat siapapun pasti akan terhipnotis begitu melihat dan mendengarnya.

"Semua. Semua badan aku sakit, Ma. Terutama dada, rasanya sesak, kayak mau mati." Balasnya parau memutar putarkan garpu ditangan, merasa canggung untuk memberitahu Tiffany karena pastinya kondisi akan berubah sebentar lagi.

Tiffany menghembuskan nafas, sedikit mendekat pada ranjang Jeno dan mengusap rambut Jeno lembut "Gapapa, sayang... ini cuma sebentar kok. Mama yakin kamu kuat, ok?" Ia menatap Jeno penuh harap, menyalurkan aura kepastian agar Jeno mengiyakan perkataannya.



***



"Kehidupan emang seperti ini. Pahit, manis, asam, dan hambar nya selalu kita rasakan. Dengan lo salahin diri sendiri kayak tadi, apa ada yang berubah dari kondisi Jeno? Huh! Lo bodoh, gue bodoh. Gue yang bodoh aja bisa nasehatin lo dengan kata-kata kasar kayak gini, gimana nanti Jaemin?" Haechan mengangkat dagunya menatap Chenle yang masih menangis menahan suaranya. Dadanya sudah terasa sesak menasehati Chenle dengan cara kasar seperti ini, Haechan juga mau mengeluarkan air matanya, tapi jika ia menangis, Chenle menangis, siapa yang mau menenangkan? Renjun? Tidak mungkin.

Telinga dapat mendengar, hati dapat merasakan, namun mata tidak akan pernah bisa berbohong. Renjun meneteskan air matanya walaupun menutup mata sekalipun. Dekapan dada sebagai sarkasan bahwa ia akan bersikap tenang ternyata hanya sebuah kebohongan besar untuk dirinya sendiri. Tenang? Iya. Tetapi hatinya juga merasakan sesak ketika mendengarkan kata-kata Haechan.



***



"Kita disini aja yang lama ya. Sampai matahari terbenam lagi, sampai langit berubah warna lagi, sampai seorang bayi terlahirkan, dan... sampai selamanya." Ucap Renjun kecil hampir bergumam. Tidak peduli jika temannya tidak ada yang mendengar karena kerasnya desiran ombak dan angin pantai. Renjun hanya mau menghilangkan sedikit kekhawatirannya sekarang.


Tiba-tiba Jaemin mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya, memberikan sapu tangan itu kepada Jeno dan memberitahu bahwa hidungnya kembali mengeluarkan darah lagi. Jeno menerimanya seraya tersenyum, mengusap darah segar yang keluar begitu banyak sembari mendongak agar bisa menghentikan pendarahannya.


"Gue sakit. Kalian harus inget itu." Gumam Jeno menatap satu persatu temannya setelah mimisannya sudah berhenti.


Sesaat mau beranjak dari kasur, Chenle menyadari ada yang aneh dari Jeno, tidak biasanya lelaki itu tidur sebegitu lelap sampai gerakan tangannya yang meraba saku celana dan saku kemeja saja tidak Jeno gubris sedikit pun. Hasratnya pun memimpin, tangannya bergerak perlahan menekan dada kiri Jeno untuk merasakan detak jantung lelaki itu. Merasa aneh karena jantung Jeno tidak berdetak, tangan Chenle beralih kebawah lubang hidung Jeno untuk merasakan hembusan nafasnya, namun, tidak terasa hembusan nafas yang Chenle rasakan.

Haechan dan Yohan menarik tubuh Jaemin agar melepaskan cengkramannya lalu mundur untuk menenangkan lelaki itu dibangku besi rumah sakit. Tiffany jatuh pingsan seketika, namun beruntung ada Mark yang menahan tubuh Tiffany. Jaera kembali meneteskan air matanya lebih banyak, entah kekecewaan dari mana asalnya, entah darimana arah belati menusuk jantungnya, tetapi yang pasti kini hatinya telah hancur berkeping-keping, terbang terbawa angin seolah tidak akan pernah terbentuk lagi.


"Gara-gara lo bertiga, Jeno seolah pasrah dengan penyakitnya! Pa, Ma, mereka bertiga ini dalang dibalik setiap Jeno masuk rumah sakit! Semua gara-gara mereka!" Chenle mengadu begitu marah. Wajah merah serta urat tengkuk yang begitu menonjol seakan membuat bukti bahwa ia benar-benar mengatakan apa yang sudah harus ia katakan sejak awal.


Bagi kelima sahabatnya, Jeno adalah sebuah permata yang sudah seharusnya dijaga dengan baik setelah mereka semua mengetahui penyakit sang empu. Kini ingatan dimana mereka semua bermain air dipantai, bernyanyi didalam mobil, berkumpul dan tertawa bersama, tidur didalam satu kamar bersama-sama, mengajari cara Renjun bermain gitar, dan semua hal-hal yang mereka lakukan bersama terlintas kembali dipikiran mereka.













Komen yg banyak disini klo mau tau kelanjutan dari spoiler ini.

gk ada tawar menawar yaaaa.

100 komen ditungguuu. spam komen juga boleh<3
lebih cepat lebih baik bukaannn😏


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SICK [stay by my side] + Lee Jeno Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang