Jaera yang memilih terbuka

261 34 0
                                    


If you read this page, make sure you all vote first or vote at the end of the chapter^^

____________________________________

▪︎SICK▪︎



Ketika kedamaian begitu terasa harmonis jika disatukan oleh ketentraman, rasanya Jeno akan selalu bersyukur pada Tuhan jika saja ia diberi kesempatan untuk dapat merasakannya lagi diesok hari.

Malam ini, Jeno membaringkan tubuhnya, menutup kedua kelopak matanya perlahan karena rasa kantuk sudah terasa berat sekali. Sembari menunggu malam berganti menjadi pagi, hati Jeno selalu bergumam  untuk meminta kedamaian lagi keesokan harinya.

Tiba-tiba, ponsel Jeno berdering diatas nakas. Mau tak mau, Jeno meraba sekitar nakas untuk menemukan ponselnya sebelum sambungan itu terputus, setelah mendapatkannya, Jeno langsung menggeser ikon hijau untuk menjawab panggilan itu.

"Jauhin adek gue atau lo berusuran lagi sama gue, Jeno? Pilih mana?"

Suara berat disebrang sana membuat Jeno terlonjak dari tidurnya menjadi duduk terbangun. Ia melihat layar ponselnya, disana tertera nama Doyoung yang menghubungi. Seketika bulu kuduknya merinding mendengar ancaman tajam dari lelaki disebrang sana.

"Lo denger gak?!"

"Iya. Toh bukan gue yang deketin adek lo duluan," balas Jeno terlihat tidak peduli.

"Waahhh, lo udah berani ya sama gue, huh? Mau jadi sok jagoan lo didepan adek gue nanti? Cih, penyakitan aja belagu lo setengah mati!" Ejek Doyoung seraya mendecih

"Yang penting, tujuan gue hidup bukan untuk terus berurusan sama lo, Bang. Gue hidup untuk menjalani era kehidupan seorang manusia. Gue juga gak minta buat dilahirin kayak gini, Bang. Tapi karna Tuhan udah buat rencana, jadi apa boleh buat?" Ujar Jeno panjang lebar.

"Makanya... Kalo gak mau berurusan sama gue, simple kok. Serahin nama lo untuk mundur di olimpiade nanti, dan ganti sama gue. Gimana?" Doyoung mencoba tawar menawar bersama Jeno. Karena olimpiade itu adalah salah satu impiannya untuk bisa menang dan mengharumakan nama fakultasnya.



Penyakit tidak akan menghentikannya untuk terus berjuang. Itu yang Jeno pikirkan sekarang. Jadi ia langsung memutar otak untuk menolak permintaan Doyoung yang sangat tidak masuk akal adanya.

Olimpiade sudah dipilih oleh dosen dan sudah disetuji bahwa Jeno lah yang mewakilkan nama fakultasnya. Sewaktu itu, diakan tes olimpiade sebelum pemilihan, dan yang sanggup menyelesaikan tes itu hanya beberapa orang disalah satunya adalah Jeno dan Doyoung.

Toh tujuannya ikut tes juga bukan untuk menggeser nama Doyoung dari peringkat satu mahasiswa terbaik dan terpintar difakultasnya. Namun kali ini Jeno tidak akan menyerahkan olimpiade itu pada Doyoung. Karena hanya dengan memenangkan olimpiade itulah Jeno bisa secepatnya melakukan operasi jika saja ia bisa menang pangkat satu dari beberapa pangkat lainnya.


"Enggak, Bang. Kali ini gue harus ikut olimpiade itu" Balas Jeno setelah meyakinkan diri sendiri. Jantungnya juga berdebar lebih cepat karena memikirkan apa yang akan ia dapatkan nantinya karena sudah menolak permintaan Doyoung.

"Yakin lo bisa menang? Yang ada malu-maluin nama fakultas lagi, cih"

"Gue bakal buktiin kalo gue pantes ikut olimpiade itu. Gue masih punya waktu 7 bulan lagi," Ujar Jeno menarik nafas. Ia sempat mengambil inhalernya karena kembali merasa kesusahan untuk bernafas.

"Apanya 7 bulan? Jangka waktu lo mati 7 bulan lagi? Hahahaha"

"Olimpiade. 7 bulan kedepan nama gue bakal mencetak sejarah, Bang."

SICK [stay by my side] + Lee Jeno Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang