Berhenti menyalahkan segalanya

373 36 0
                                    


If you read this page, make sure you all vote first or vote at the end of the chapter^^

____________________________________

▪︎SICK▪︎


***


Langit menurunkan berjuta-juta airnya diatas tanah malam ini. Hujan deras yang selalu diselingi oleh petir dan gemuruh hujan membuat malam ini terasa menakutkan bagi sebagian orang diluar
sana. Jalan raya sepi akibat kabut yang berdatangan setiap hujan turun. Halte bus kosong tak berpenghuni malam ini. Seolah semua orang menutup jendela rapat-rapat dan menghentikan semua aktivitas mereka ketika hujan.

Sama seperti Doyoung malam ini. Lelaki itu menutup rapat jendela kamarnya yang tiba-tiba terbuka karena angin kencang dan membuat sebagian tirai jendelanya basah terkena air hujan. Wajah lelaki itu babak belur, kaki nya terkilir saat berlari dari kejaran Jaehyun siang tadi, dan tangan kirinya bisa dikatakan memar karena terkena pukulan balok kayu dari Jaehyun saat ia mencoba menghalangnya.


"Doyoung! Jangan lari lo, sialan!"


Lelaki itu tetap terus berlari sekuat tenaga saat Jaehyun terus mengejarnya sembari membawa balok kayu berukuran lumayan besar. Wajah babak belurnya sempat menghalangi kesadaran Doyoung karena terlalu sakit jika dipaksakan untuk berlari. Walau lukanya diwajah, tetapi tetap saja sekujur tubuhnya juga merasakan sakit. Jaehyun benar-benar gila untuk menghabisi dirinya.

"Doyoung!"


Doyoung terjatuh dengan kondisi tubuh yang terseret aspal saat berlari. Punggungnya dihantam balok kayu yang Jaehyun lempar tepat sasaran. Karena tidak kuasa lagi untuk berdiri, Doyoung hanya bisa melindungi bagian kepalanya menggunakan kedua tangan yang menjadi perlindungan. Meringkuk diatas aspal bersama kondisi tubuh yang mengenaskan.

Jaehyun kembali memukuli Doyoung tanpa ampun. Membabi buta sejak Jaera memperbolehkan dirinya untuk memukuli sepuas hati lelaki didepannya ini.


Setelah menutup rapat jendela kamarnya, Doyoung kembali mendekati kasurnya dan duduk pada pinggiran kasur king size miliknya dengan susah payah. Duduk termerenung seraya menunduk dalam-dalam kemudian menghembuskan nafas.


"Kenapa Papa harus nikah lagi sih? Harusnya gue hidup sendiri aja dengan penghasilan yang gue punya. Ketimbang selalu dibenci sama Jaera kayak gini" Gumam Doyoung berbincang pada dirinya sendiri. Dulu, Papa nya memilih menikah bersama Ibu Jaera karena takut Doyoung tidak ada yang mengurusinya saat Papa nya pergi keluar negri.

"Mama juga salah. Mama harusnya bisa bagi kasih sayang dia ke anak kandungnya sendiri. Jadinya gini kan,"

"Mau dibagi dua sama gue juga persentasenya tetep tinggian lo, Kak." Doyoung sontak menoleh kearah ambang pintu kamarnya. Disana Jaera tengah menyandarkan bahu kanannya sembari mengaduk secangkir kopi hangat.

"Lebam lo udah diobatin? Sakit gak?" Tanya Jaera, kaki nya melangkah masuk kedalam kamar Doyoung untuk memperhatikan luka lebam disekitaran wajah Doyoung.

"Tolong obatin, Ra" Pinta Doyoung terdengar memelas ditelinga Jaera, membuat wanita itu menatapnya cemas.

"Sayangnya ini belom seimbang sama apa yang lo lakuin ke Jeno, Kak. Dia lebih sakit daripada lo yang cuma babak belur, kaki terkilir sama tangan yang memar." Balas Jaera mendesis kecil. Kini tatapannya berubah menjadi tajam


Doyoung langsung membuang muka ke sembarang arah. Merasa muak karena Jaera terus menerus membahas soal Jeno dihadapannya saat wanita itu sudah tau bahwa ialah yang membully Jeno dan menyebabkan Jeno terus menerus masuk kerumah sakit.

SICK [stay by my side] + Lee Jeno Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang