Bagian 1

477 36 3
                                    

Ibu jari ini bergerak mengusap layar. Sudah lebih dari puluhan kali sampai jejak yang tertinggal pun tak lagi jelas. Ia tersamarkan dengan banyaknya bekas slidingan jariku disana.

Kembali meletakan ponsel, tak ada notifikasi satupun di akun media sosialku.

Sepi.

Seperti itulah yang terjadi selama beberapa hari belakangan.

Aku menghela nafas, dengan dada yang bergerak naik dan turun secara bergantian.
Bola mataku yang bulat kembali menerawamg ke depan, seolah ada gerbang dimensi yang menghubungkan antartika dan kutub utara.

Bersinar.

Pantulan cermin jauh dihadapan sana memancarkan sebuah cahaya.
Oh, tenang saja. Itu bukanlah gerbang dimensi yang terbuka, melainkan hanya cermin kecil biasa yang ku letakan didekat televisi.

Ku tolehkan kepala ke arah belakang, sinar mentari pagi yang mengepung dibalik jendela kaca membuat mataku menyipit karena silau.

Akupun bangkit dan menutup sebagian tirai.

Kembali duduk dan termenung beberapa saat.
"Apa aku introvert?" Gumamanku secara sadar membuat tangan ini kembali meraih ponsel.
Menjelajah dunia maya untuk mencari makna kata introvert yang sesungguhnya.

Aku tidak akan menjelaskan dengan gamblang apa itu introvert, karena kalian bisa mencari sendiri dengan ponsel canggih yang kalian punya tentunya.

Ibu jari ini kembali bergerak mengusap layar ke atas, tahap demi tahap saat membaca ciri-ciri dari pribadi introvert. Dahiku bahkan berkerut sangat dalam seolah terfokus pada tulisan di dalam ponsel.

Layar tak lagi bisa digerakan, yang menandakan artikel telah mencapai batas akhir.

Aku menengadahkan kepala yang bersandar pada bantal setelah puas dengan tulisan seputar introvert.
Helaan nafas terdengar keluar dari mulut yang hanya berjumlah satu.
Mengatupkan kedua bibir dan memejamkan mata dengan damai.

"Aku ingin mati."

Begitulah gumaman yang keluar dari mulutku selanjutnya.

Kebosanan ini telah merenggut sebagian fungsi organ tubuh, melahirkan rasa malas yang kini mulai menggerogot hingga sel-sel didalam otak.

Aku memiringkan badan, dengan mata terpejam. "Aku................................................. siapa?"

Pertanyaan ambigu keluar dari mulut mungil dengan bibir kering karena dehidrasi.
Air galon yang ku punya sudah terkuras habis hingga tak tersisa.
Rasa ingin minum juga mendadak pupus setelah berharap muncul satu notif dari pria yang tak kunjung mengirimiku pesan sejak tiga hari yang lalu.

Aku merebah sepenuhnya, meluruskan kaki dengan sedikit pelemasan otot.

Tiba-tiba ponsel bergetar. Mataku terbuka dengan kecepatan tinggi, mengalahkan pajero sport yang berpacu di jalan bebas hambatan becakayu.

Melirikan mata ke arah ponsel yang masih ku genggam dengan dengan seksama.

Sh*p**...

Aku kembali menghela nafas karena getaran ponsel berasal dari akun sebuah market online yang ku instal beberapa hari lalu.

Helaan nafas kembali ku keluarkan. Kali ini dengan skala yang sangat besar. "Apa dia lumpuh sampai tidak bisa menggerakan jarinya untuk mengabariku..........?"

Aku mendesah, kali ini penuh kekesalan. "Haruskah ku terima ajakan Orochimaru untuk berselingkuh, eh?!" Sudut bibirku berkedut hebat.

'Tidak-tidak! Apa kau bodoh? Atau tol*l?! Seorang Orochimaru bukanlah apa-apa jika dibanding Jiraiya!' Aku menggeleng kepala dengan cepat.

Bangkit dari tidur dan bergegas ke kamar mandi. "Aku butuh sesuatu yang segar untuk mendinginkan kepala." Begitulah gumamanku.

***

Ps: Cerita ini membosankan, jadi jangan dibaca :P

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ps: Cerita ini membosankan, jadi jangan dibaca :P

Btw saya kembaliiiiiii.....

Karena hari ini mantan ulang tahun, jadi saya dedikasikan cerita ini buat doi yang bisa kalian liat namanya di profil. lol

Nah.... buat para bucinnya Kakashi, harap bersabar dulu. Sedang saya siapkan naskah cerita yang sedikit berbeda dari sebelumnya. Tapi mungkin membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama untuk di publish, karena saya belum nemu ending yang passss  buat fanfic Kakashi terbaru.

Ah, ya... hampir lupa. Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih buat kalian yg sudah mendukung kesembuhan mental saya. Domo arigato!

HEALERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang