Bagian 10

113 20 0
                                    

Saat membuka pintu ruang kerja Tobirama-sensei, ku dapati pria itu sedang duduk bersila sambil menghisap pipa cangklong dimulutnya.

Pandangannya kosong lurus kedepan.
Mungkin dia tidak tau jika diriku ini melangkah masuk ke dalam.

Mungkin dia tidak tau jika diriku ini melangkah masuk ke dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sensei...." Sapaku dengan pelan.

Pria itu memang terlihat sangat dingin, apalagi ketika mengajar. Tapi aku tidak tau jika kebiasaan pria ini adalah merenung.

'Sedang merenungi masa lalu ya sensei?'

Aku menahan bibir karena lintasan pertanyaan gila yang berputar dalam otak.

"Ano... sumimasen...." Aku berdiri menunggunya hingga menoleh.
"Tobirama-"

Tapi saat menoleh, matanya justru melebar seperti melihat hantu. Pipa cangklong ditangannya jatuh kelantai, membuat debu berserakan mengotori tempat berpijak.

Hal mengejutkan berikutnya adalah panggilan yang keluar dari bibir Tobirama-sensei.

"Seira?!!"

Dengan tampang bodoh, ku gerakan dengan pelan kepala ini ke samping. 'Seira? Siapa?'

Mengesampingkan batinku yang bertanya-tanya, ada hal lain yang membuatku sangat terkejut.

GREB!

Bola mataku yang bulat ini hampir keluar, pipiku bertabrakan dengan dada bidang seorang pria bertubuh kekar.

Kepala dan bahuku tertahan karena tangannya yang mendekap. Hal gila lainnya akan terjadi setelah ini.

"Seira... aku merindukanmu...."

Pelukan ditubuhku semakin mengerat, tapi yang kulakukan hanya mengerjap dengan bodoh sambil mencerna situasi yang ada.

'Apa mata sensei sudah rabun? Tidak bisa membedakan mana [ name ] dan mana seseorang yang bernama Seira itu?' Lagi, mataku mengerjap untuk beberapa kali hingga ku putuskan untuk membuka mulut.

"Sen..."

"Aku tau. Aku tau.... maafkan aku...."

Hal gila berikutnya adalah, bahu Tobirama-sensei bergetar. 'Apa pria ini sedang menangis?'

"Maafkan aku... maafkan aku...."

Ah, ternyata benar. Tobirama-sensei yang malang...

Rasa iba menyelimuti kalbu, membuat tanganku tergerak untuk membalas pelukannya.

Tidak banyak yang ku lakukan, hanya menepuk pundaknya dengan lembut sampai pria ini tersadar dan melepas pelukannya.

"A-a-a-a-.... " Mulutnya terbuka dengan tatapan lebih mengejutkan.
" [ name ] !"

"Dōmō..." Ucapku sambil mengangkat tangan kanan dan tersenyum canggung.

"Astaga...." Pria jangkung bertubuh kekar ini mengusap wajah.
"Maafkan aku, [ name ]."

Yang ku lakukan hanya menggaruk telinga dengan penuh kecanggungan.
"Apa sensei baru saja melihat orang lain dalam diriku?"

Setelah berkali-kali mengusap wajah, Tobirama-sensei akhirnya mengambil pipa yang tergeletak di lantai dan mempersilahkanku duduk.

Tapi aku memilih berdiri karena suasana masih sangat canggung.

"Kau sangat mirip dengan mendiang tunanganku." Pinggangnya bersandar pada meja sambil menyugar surainya ke belakang.

"Mendiang?" Aku tersentak mendengarnya.

"Dia meninggal karena kecelakaan lalu lintas 3 tahun silam." Ia menjeda.
"Dari samping, wajahnya sangat mirip denganmu. Apalagi saat aku tidak memakai kacamata."

Ah... begitu rupanya.

"Apa yang kau lakukan disini?" Pertanyaan itu muncul saat aku hendak berimajinasi.

"Memberikan jasa pelukan secara gratis." Ucapku dengan intonasi datar.

Sensei tersenyum dan kembali menyugar rambut putih keperakannya ke belakang.

"Kebetulan."

Aku yang sudah menghadap ke depan langsung menoleh ke samping, 'Apa?! Jangan bilang kebetulan kalau dia ingin memeluk lagi?!!!!'

"Kenapa? Wajahmu seperti melihat hantu, [ name ]." Ucap sensei.

"Ke-kenapa?"

Tobirama sensei menarik pinggang dan berdiri sempurna didepanku. Jangan bilang dia mau menggodaku, eh? Tolong pikirkan saja mantan -um maksudku mendiang tunanganmu. Jangan membuat jantungku berdisko, please!

"Apa besok kau ada jadwal? Kalau tidak ada, temani aku ya?"

"Kemana?" Sepertinya formalitasku sedikit menurun. Aku bahkan langsung menjawab tanpa pikir panjang.

"Kau besok akan tau." Dia menepuk kedua pundak dan membalikan badanku sebelum mendorong tubuh ini keluar.
"Hari ini aku sibuk, jadi tolong jangan menggangguku. Oke!"

Aku menatap protes ke belakang, namun sensei justru mengedipkan sebelah matanya sebelum menutup pintu dengan sempurna.

Aaarrrggg!!!! Senseiiiii! Aku kan jadi lupa mau menanyakan sesuatu padamu!!!!

***

HEALERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang